Di pertengahan keheningan malam, Ustadz Segaf Baharun dibangunkan oleh ayahanda beliau Habib Hasan Bin Ahmad Baharun.
“Segaf, ikut Abi, kita jalan-jalan,”
“Pertengahan malam ini kita jalan-jalan? Ngapain?”
“Kita mancing, ayo ikut aja Abi,”
“Mancing? Mancing apa tengah malam?”
“Kita mancing uang!!”
“Pertengahan malam ini kita jalan-jalan? Ngapain?”
“Kita mancing, ayo ikut aja Abi,”
“Mancing? Mancing apa tengah malam?”
“Kita mancing uang!!”
Ustadz Segaf Baharun bangkit dari ranjang menaati perintah, namun mimik wajah heran. Ustadz Segaf Baharun menemani ayahanda. Beliau jalan-jalan di tengah malam gelap menuju Pasar Bangil. Di pasar Bangil nampak jelas sejauh mata memandang di samping setiap beberapa bangunan, ada para fakir miskin tertidur, tukang becak lelap pulas dalam posisi duduk dan pemulung dengan karung-karung bawaannya.
Habib Hasan Baharun mengeluarkan lembaran-lembaran uang lima ribuan yang keseluruhannya berjumlah Rp. 200.000. Masing-masing lembaran lima ribuan diselipkan di saku para fakir miskin, tukang becak, pemulung, yang terlelap pulas di setiap sudut pasar itu. Namun ternyata uang yang dibagikan belum habis. Beliau masih mencari mereka yang tidur pulas di Pasar Bangil hingga uang Rp. 200.000 seluruhnya dibagikan. Tentunya lembaran lima ribuan nilai yang sangat besar ketika itu.
Keesokan harinya, Habib Hasan Baharun memberikan kabar gembira kepada Ustad Segaf Baharun. Beliau menceritakan hasil “mancing uang” di Pasar Bangil semalam. Ternyata hari itu uang Rp. 200.000 digantikan Allah dengan rezeki dari berbagai penjuru. Jumlah keseluruhannya tidak kurang dari Rp. 20.000.000 yang keseluruhannya sepenuhnya digunakan untuk kebutuhan pesantren dan para santri.
Acara “mancing uang” Habib Hasan Baharun tentunya adalah ketulusan beliau untuk peduli pada mereka yang membutuhkan dan keteguhan keyakinan beliau pada Ayat Allah:
مثل الذين ينفق أموالهم فى سبيل الله كمثل حبة أنبتت سبع سنابل فى كل سنبلة مائة حبة, و الله يضاعف لمن يشاء و الله واسع علي
Habib Hasan bin Ahmad Baharun, Bangil |