Iklan

Iklan

,

Iklan

Ekspresi Perayaan Maulid di Belahan Dunia Lain

14 Des 2015, 02:44 WIB Ter-Updated 2024-08-18T18:10:56Z
Download Ngaji Gus Baha
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Pakistan dipenuhi jutaan orang. Foto: istimewa.

Dutaislam.or.id - Umat Islam, siapapun dia, dimanapun berada, serta dari aliran madzhab apapun, pasti berbahagia atas dilahirkannya Baginda Muhammad saw. Terlepas dari adanya saudara-saudari kaum muslimin yang enggan merayakan hari kelahiran (maulid) Rasulullah, tetap saja momen ini adalah momen istimewa bagi setiap orang beriman.

Bagi umat Islam yang sepakat dengan perayaan kelahiran Rasulullah, mencoba melukiskan kegembiraannya dalam bentuk acara-acara besar di daerah masing-masing.

Perayaan Maulid di Afrika
Perayaan Maulid di Afrika agak berbeda dengan perayaan-perayaan di Asia atau Timur Tengah. Bahkan nama perayaannya pun khas sesuai dengan tradisi negara-negara atau daerah penyelenggaranya. Di Sudan, perayaan maulid disebut ‘Havliye’, di Mali disebut ‘Donba’ (Hari Besar), di Nigeria disebut ‘Gani-gani’.

Di negara-negara Afrika tersebut, umat Islam merayakan maulid dengan antusias, bahkan surat kabar dan media-media setempat memuat edisi khusus tentang perayaan ini. Asal mula perayaan maulid di Afrika bahkan disebut-sebut lebih tua dari perayaan di Timur Tengah. Selain itu, perayaan-perayaan di Afrika ini sarat dengan tradisi dan budaya lokal.

Kaum muslimin di Senegal, misalnya, menjadikan hari kelahiran Rasulullah saw. ini sebagai momen berkumpulnya mereka di ibukota negara, yakni Dakar, atau di kota-kota besar lain semisal Tivavuan dan Kaolack. Perayaan maulid ini begitu membahana, dipimpin seorang syaikh dari tarekat Tijaniyyah, Syaikh Ibrahim Niasse. Pada momen ini, banyak pengunjung berdatangan dari berbagai kota di wilayah Afrika Barat.

Di Mali, umat Islam juga menggelar perayaan maulid dengan meriah. Mereka berkumpul di masjid untuk shalat, berdoa, shalawat, dan menyenandungkan syair pujian tentang Nabi Muhammad. Acara semacam ini digelar di berbagai kota di sana, seperti Djenne maupun di kota yang dikenal sebagai kota dengan 333 wali, Timbuktu.

Di Nigeria, perayaan maulid digelar selama 7 hari berturut-turut. Di momen itu, diadakan perlombaan tilawah Al-Qur’an antar sekolah-sekolah, penerjemahan dan pembacaan teks-teks Islam ke bahasa lokal yang berisi sejarah kehidupan Nabi Muhammad.

Di Addis Adaba, Etiopia, umat Islam yang berpopulasi 40% dari total penduduknya, juga merayakan Maulid Nabi. Bahkan, setelah pembacaan sirah nabawiyah dan ceramah dari para ulama, mereka menyembelih hewan unuk kemudian disedekahkan kepada kaum fakir miskin. Acara makan-makan pun digelar, baik bersama-sama maupun per rumah, dan mereka tak segan mengundang tetangga-tetangganya yang beragama Kristen.

Tak jauh beda dengan perhelatan di Kenya, tepatnya di Lamu. Bahkan sejak tahun 1990, Museum Nasional Kenya menjadi sponsor tetap bagi perayaan maulid di sana. Tidak hanya acara-acara yang bersifat ritualistis, dim momen ini juga digelar pertandingan renang, lomba hias henna, balap keledai, dan sebagainya. Sangat meriah! Inilah sekelumit jendela tentang perayaan-perayaan maulid di Afrika.

Perayaan Maulid Nabi di Eropa
Setiap tahun, hari kelahiran Nabi Muhammad saw dirayakan dengan berbagai kegiatan yang berbeda di beberapa bagian Eropa. Di hampir setiap negara di Eropa, kaum muslimin berkumpul pada malam yang diberkati ini, untuk berdoa dan bersuka cita bersama-sama. Umumnya, acara-acara ini diadakan di pusat-pusat komunitas, semisal masjid aau Islamic Centre.

Misalnya di London, Inggris, acara dimulai dengan pembacaan Al-Qur'an, dilanjutkan dengan ceramah tentang pentingnya peran organisasi-organisasi ini berperan dalam memperkuat ikatan antar-muslim, pembacaan nasyid dalam bahasa yang berbeda dari berbagai latar belakang etnis, lalu digelar jamuan untuk para tamu. Di luar London, banyak lagi organisasi atau perkumpulan uma Islam yang menyelenggarakan perayaan maulid di berbagai daerah. Berbagai kegiatan disusun, seperti konferensi, ceramah, seminar, kompetisi, kuis, parade maulid, pembacaan Al-Qur'an dan tentu saja salawat salam untuk Nabi.

Di Spanyol, sebuah negara Eropa dengan populasi muslim yang sangat besar, perayaan kelahiran Nabi Muhammad bisa ditengok dari sejarah tentang Granada dan Andalusia. Perayaan Maulid menjadi hari libur resmi di Mesir dan Afrika Utara mulai abad ke-10 atau ke-11. Setelah hari libur maulid ini populer di Afrika Utara pada akhir abad ke-13 (hingga hari ini), maka dengan cepat menyebar ke seluruh Granada.

Di masa lalu, perayaan maulid di Andalusia tidak berbeda dengan perayaan di Timur Tengah. Misalnya, di abad ke-14, perayaan Maulid di Granada digelar sepanjang malam, selama dua belas jam, dimulai dengan shalat Maghrib saat matahari terbenam, shalat Isya ', hingga shalat Subuh di fajar pagi selanjutnya. Di acara ini disediakan makan malam, makanan ringan larut malam, dan sarapan di pagi berikutnya. Berbagai macam makanan disajikan untuk para tamu. Makanan penutup terdiri dari kue-kue yang dibuat dengan gula, juga ada air mawar dan buah-buahan, seperti ceri dan apel dari Granada, buah ara kering dari Almunecar, dan buah delima dan anggur dari Malaga.

Lantunan kasidah didendangkan oleh para munsyid yang berbeda sepanjang malam. Selain kewajiban shalat jamaah dan bacaan Al-Quran, acara malam itu diisi pembacaan kasidah dan puisi-puisi klasik abad pertengahan.

Jerman dan Perancis, negara-negara di mana populasi besar kaum muslimin bermigrasi di masa lalu, juga digelar perayaan maulid. Di Jerman, umat Islam berkumpul bersama di masjid dan aula untuk merayakan kelahiran Nabi. Di Perancis, perayaan maulid Nabi Muhammad telah menjadi tradisi dalam beberapa dekade terakhir.

Di negara-negara lain seperti Belgia, kelahiran Nabi Muhammad dirayakan dengan berbagai kegiatan, seperti di negara-negara Eropa lainnya. Di Polandia telah menjadi tradisi bagi kaum muslimin di sana untuk berdoa bersama di masjid-masjid, kemudian mengunjungi kerabat pada hari yang diberkati ini.

Sedangkan di Rusia, perayaan maulid diselenggarakan dalam ruangan konser besar, dihadiri ara ulama, anggota parlemen Rusia, sejumlah akademisi, penulis, serta orang-orang dari latar belakang dan etnis yang berbeda. Lomba puisi disusun untuk memilih puisi terbaik yang mengungkapkan cinta untuk Nabi. Lagu-lagu Islami dinyanyikan oleh berbagai kelompok dan anak-anak.

Salah satu perayaan maulid paling antusias digelar di Ukraina. Mufti Ukraina menyelenggarakan kegiatan Maulid di aula besar dengan ribuan orang yang hadir. Acara ini dimulai dengan pembacaan Al-Qur'an, lalu kelompok nasyid menyenandungkan syair-syair Islam berbahasa Arab, Rusia, Turki dan Tatar. Kehidupan Nabi dikisahkan disertai dengan visualisasi yang indah. Setelah acara ini, permen-permen dibagi-bagikan oleh anak-anak untuk para tamu.

Di Denmark, ada asosiasi wanita yang mengatur perayaan maulid. Dalam program tersebut, kompetisi syair juga diadakan untuk kategori usia yang berbeda. Acara dimulai dengan pembacaan Al-Qur'an setelah shalat Dzuhur. Kemudian syair dinyanyikan untuk memuji Nabi Muhammad, lalu ada ceramah keagamaan. Di sini juga berbagai hadiah diberikan kepada para wanita dan anak-anak, acara berakhir dengan salaam kepada Nabi Muhammad dan doa.

Maulid Nabi Muhammad juga dirayakan di Austria. Di Belanda, kelahiran Nabi Muhammad dirayakan dengan berbagai kegiatan. Perkumpulan besar dihelat selama berhari-hari, di aula besar dan dihadiri orang-orang dari latar belakang etnis yang berbeda (Maroko, Arab, Turki, dan asli Belanda). Kehidupan Nabi Muhammad disosialisasikan di acara ini. Di jalan-jalan, mereka membagikan mawar yang disisipi kertas kecil bertuliskan hadits Rasulullah. Dalam momen ini, sumbangan dan makanan pun dibagi-bagikan.

Di Yunani, kaum muslimin berkumpul di Syntagma Square, di ibukota Athena, mereka menyenandungkan syair Islami untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad. Kemudian Al-Qur'an dibacakan dan diakhiri dengan doa bersama. Inilah sekelumit jendela tentang perayaan-perayaan maulid di Eropa.

Perayaan Maulid di Asia dan Australia
Berikut ini beberapa event Maulid Nabi Muhammad yang digelar di berbagai negara di Asia dan Australia.

Di Brunei Darussalam, perayaan maulid dipusatkan di Bandar Seri Begawan. Malam sebelumnya digelar pembacaan rawi Maulid Syaraful Anam di Istana Nurul Iman. Kemudian siang harinya semua laki-laki keluar rumah untuk berkumpul di alun-alun bersama sultan, menteri dan segenap keluarga kerajaan. Momen ini disebut dengan ‘Perarakan Agung’, yakni berkeliling Bandar Seri Begawan sejauh 4,3 km sambil melantunkan shalawat dan salam.

Indonesia sebagai negeri dengan populasi muslim terbanyak di dunia memiliki tradisi perayaan maulid yang beragam. Hari kelahiran Nabi Muhammad menjadi salah satu hari libur resmi di sini. Setiap tahun, di istana negara digelar pengajian peringatan Maulid Nabi. Begitu pula di kota-kota lainnya, baik di masjid, lapangan, hingga rumah-rumah warga.

Misalnya di Banda Aceh, sebuah daerah istimewa di Indonesia yang disebut sebagai Serambi Mekah. Perayaan Maulid Nabi yang dalam bahasa Aceh disebut Kenduri Maulod merupakan perayaan yang terbesar bila dibandingkan dengan tradisi-tradisi lain di Aceh. Yakni dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Besar Muhammad sebagai Pang Ulee Alam (penghulu Alam). Begitu pula di daerah-daerah kesultanan lain, semisal Yogyakarta dan Surakarta (gerebeg Mulud), Cirebon (Panjang Jimat), maupun Garut (Ngalungsur), berupa parade pusaka dan pasar tumpah selama berhari-hari. 

Acara-acara Maulid besar juga digelar secara massal swadaya oleh warga seperti di Madura (Muludhen) dan daerah-daerah lainnya. Tradisi perayaan yang digelar pun mirip, intinya warga berkumpul di suatu tempat, kemudian pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an, riwayat kehidupan Nabi Muhammad, dzikir, doa, tausiyah, dan ditutup dengan makan bersama.

Di Malaysia, perayaan maulid tidak berbeda jauh dengan di Indonesia. Arak-arakan kaum muslimin berkumpul di ruangan besar unuk kemudian digelar pengajian akbar. Dan tentu saja, sebagaimana di Indonesia, di Malaysia pun ada kalangan yang tidak sepakat dengan perayaan maulid nabi sebagai inovasi yang tidak ada dasarnya dalam agama.

Kita bisa melihat bagaimana tradisi lokal dan karakter keislaman berpadu dengan baik pada masyarakat muslim di China, misalnya kaum muslimin Xinjiang maupun Uighur. Dalam perayaan ini, mereka tidak hanya membaca Qur’an, tausiyah, bershalawat dan salam kepada Baginda Nabi, tapi juga menggelar pesta dengan menyembelih hewan-hewan ternak, tradisi ini juga sekaligus momen untuk mendoakan arwah para leluhur mereka.

Sedangkan di Australia, perayaan maulid utama (Grand Mawlid) dipusatkan di Sydney Olimpic Park. Acara bertajuk ‘Multicultural Mawlid’ ini diselenggarakan secara resmi oleh Darul Fatwa Australia. Tempat itu akan dihias dengan berbagai bendera, bunga, balon, dan sebagainya. Kaum muslimin berkumpul di sana, menyimak bacaan Al-Quran, nasyid-nasyid Islami dan pujian bagi Rasulullah yang dilantunkan anak-anak muslim Australia dalam berbagai bahasa, serta ceramah keagamaan yang menggugah. Momen ini juga menjadi ajang silaturahim antarmuslim di Benua Kangguru ini.
Demikian sekilas jendela tentang perayaan-perayaan maulid di Asia dan Australia.

Di bawah panji Baginda Nabi Muhammad, kita semua satu keluarga. Semoga setiap kaum muslimin, baik yang merayakan maulid secara seremonial maupun tidak, betul-betul memahami dan menghayati kecintaan dan kerinduan kepada Baginda Nabi Muhammad. Sholluu ‘ala al-Habiib! Allahumma sholli ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘alaa Aalihii wa Shohbihi Ajma’iin. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan