Iklan

Iklan

,

Iklan

Gagal Paham Tentang Saudi di Indonesia

1 Jan 2016, 00:45 WIB Ter-Updated 2024-08-18T18:55:22Z
Download Ngaji Gus Baha
gagal paham tentang saudi arabia
Sumanto al-Qurtuby dan penduduk Arab Saudi. Foto: istimewa.

Oleh Sumanto Al-Qurtuby

Dutaislam.or.id - "Kuliah singkat virtual" sebagai bahan renungan akhir tahun ini mengenai sejumlah kesalahpaham masyarakat luar tentang Saudi Arabia. Banyak orang mengalami "gagal paham" tentang negara bernama Saudi Arabia yang terkenal wahabi itu:
  1. Banyak yang beranggapan Saudi = Wahabi. Itu keliru. Sekitar 15 persen dari penduduk Saudi adalah syiah (dari berbagai mazhab teologi) dan lebih dari sepertiga populasinya adalah kaum migran. "Wahabi" (saya pakai tanda kutip karena pengikut wahabi biasanya tidak mau disebut wahabi. Mereka lebih suka disebut "salafi") sejatinya adalah "minoritas agama penguasa" di sini karena menjalin patron dengan rezim politik. Mayoritasnya tentu saja sunni dari berbagai aliran yang tersebar di berbagai area. Pengikut "wahabi" kebanyakan terpusat di kawasan Najd (Saudi bagian Tengah), khususnya Al-Qassim, Ha'il (juga Riyadh), tempat lahirnya pendiri wahabi & leluhur Dinasti Saud. Perlu juga dicatat: tidak semua keturunan Raja Sa'ud itu otomatis pengikut Wahabi.
  2. Banyak pula yang berpandangan "wahabi" = "ekstrimis". Ini juga keliru besar. Pengikut "wahabi" itu macam-macam: ada "wahabi ekstrim" (yang suka ngamuk-ngamuk), ada "wahabi asesoris" (pakaian dan jenggotnya doang yang mirip-mirip "wahabi"), ada wahabi pragmatis-oportunis" (ini kelompok yang pura-pura jadi wahabi supaya dapat akses politik & ekonomi), ada juga "wahabi moderat" (ke dalam konservatif, ke luar toleran), ada pula "wahabi liberal" (nah ini "wahabi"-nya kalau di ruang publik dan Saudi saja. Kalau di ruang privat apalagi di luar Saudi, lain lagi ceritanya. Kelompok "wahabi moderat-progresif" ini bisa saja tidak setuju dengan kelompok agama lain dalam banyak hal tentang isu-isu sosial-keagamaan tertentu tapi bukan berarti lantas marah-marah dan ngamuk-ngamuk nggeruduk seenaknya.
  3. Banyak pula yang berpandangan kalau kaum sunni dan syiah di Saudi itu saling bermusuhan. Itu juga tidak benar. Bagaimana bisa bermusuhan wong mereka bisa ngopi-ngeteh-ngerokok dan kongko-kongko bareng seperti foto di bawah ini. Mereka juga biasa bareng di pasar-pasar tradisional, baik sebagai penjual maupun pembeli. Di berbagai daerah di Ahsa, bahkan sudah biasa kawin-mawin selama beratus-ratus tahun. Memang ada "orang yang normal" yang suka melihat kekerasan dan kekacauan? "Semua orang waras" ya lebih memilih rukun kan daripada bermusuhan. Pelaku kekerasan terhadap Syiah di Saudi itu bukan dilakukan oleh "massa" (layaknya di Indonesia),  tapi oleh kelompok snipers dan teroris yang di Saudi sendiri juga dimusuhi.
Karena itu, sejumlah kelompok Islam di Indonesia jangan suka berbuat kekerasan terhadap kelompok agama lain. Anda tahu kan kalau dalam Islam, babi itu haram. Nah, babi yang tidak buta saja haram, apalagi membabi buta, kan lebih haram lagi. Ya sudah, selamat merayakan tahun ("kafir") baru 2016! [dutaislam.or.id/ab]

Iklan