Iklan

Iklan

,

Iklan

Tampilan Suci Dalamnya Najis | Kisah Abu Yazid al-Bustomi dan Anjing

22 Feb 2016, 12:39 WIB Ter-Updated 2024-08-31T23:04:28Z
Download Ngaji Gus Baha

abu yazid bistami

Dutaislam.or.id - Suatu ketika seorang Sufi Abu Yazid al-Basthami berpapasan dengan seekor anjing, maka ia pun menarik ujung qamis yang dipakainya karena takut bersentuhan dengan anjing. 

Atas kuasa dan kehendak Allah Swt, anjing itu berkata kepada Abu Yazid: "Wahai tuan guru...ketika pakaianmu dikotori olehku, maka pakaianmu masih bisa disucikan lagi dengan tujuh kali basuhan. Tetapi jika engkau sendiri yang mengotorinya, maka ia tidak akan bisa suci sekalipun engkau membasuhnya dengan tujuh puluh lautan."


Abu Yazid berkata kepada anjing itu: "Engkau, tubuhmu najis tapi hatimu suci. Sedangkan aku,
tubuhku suci tapi hatiku najis. Nampaknya kita harus bersama dulu untuk beberapa waktu, sampai akhirnya kita bisa menemukan apa yang bisa membersihkan diri kita masing masing"

Anjing itu berkata: "Engkau tidaklah pantas menyertaiku dan menemaniku, karena orang orang tidak menyukaiku. Kemanapun aku pergi, aku pasti ditolak dan dimusuhi orang orang. Sedangkan engkau itu dicintai orang orang. Kemanapun engkau pergi, pasti dipuja dan diterima orang. Orang orang ketika menjumpaiku, mereka akan menyapaku dengan lemparan batu. Sedangkan engkau ketika orang orang menjumpaimu, maka mereka akan menyapamu: "Assalaamu 'alaika yaa sulthoonal-'aarifiin.........Salam untukmu wahai rajanya orang orang yang mengenali Allah." Engkau...engkau memiliki sedangan gandum, sementara aku tidak memiliki sepotong tulang pun untuk besok."


Abu Yazid berkata: "Jika untuk menemani dan menyertai seekor anjing saja aku tidak layak, maka bagaimana aku bisa menyertai jiwa jiwa yang disucikan, bagaimana aku kuat menghadap ke Hazhrah Tuhanku yang Maha Agung." [dutaislam.or.id/ab]


NB: 
  • Semoga kita tidak pernah merasa orang lain lebih rendah dan hina dari diri kita.
  • Hakikatnya manusia itu sama, diciptakan dari tanah, hidup diatas tanah, dan akan kembali kedalam tanah.
  • Baik dan mulianya manusia tergantung Iman dan Taqwanya, sedang Iman dan Taqwa itu semata mata taufiq dan hidayah pertolonganNya, tanpa pertolonganNya...manusia tidak akan punya itu. Jadi apa yang layak kita banggakan...hingga merasa diri ini lebih suci dari orang lain. padahal sejatinya Iman dan Taqwa itu juga bukan milik kita, cuma sekedar titipan yang harus dirawat dan dijaga.
  • Jangan pernah membenci orang lain karena keburukannya, karena pada hakikatnya...ia ada didunia ini atas kehendak dan kuasaNya.
  • Ia tidak pernah menciptakan sebuah kesia-siaan, segala sesuatu dari ciptaanNya pasti mengandung hikmah dan makna yang tersirat.

Iklan