Dutaislam.or.id –
Situs nu garis lurus itu penuh konten beracun. Mengganggap sebelah mata dan
menyebutnya guyon atau semacam mencari perhatian lebih kepada khalayak agar
dianggap sebagai kelompok alumni pondok pesantren –sebagaimana selama ini
diucapkan oleh pendukungnya,- paling lurus menegakkan ahlussunnah, itu salah besar.
Di Pontianak, ketika KH Ma’ruf Khozin melaksanakan safari
dakwah, hadirin dalam acara sering ada yang mengangkat tangan menanyakan apa
dan siapa itu nu garus lurus (selanjutnya kami sebut GGL: Gerombolan Garis
Lurus, agar tidak mencatut nama NU). Demikian keterangan yang didapatkan Duta
Islam. Baca: Klarifikasi KH Ma'ruf Khozin atas Klaim Dukung Garis Lurus
Apa artinya? Nama GGL sudah masuk dalam alam pikiran banyak
orang dan menjadi semacam noktah hitam bagi NU secara jamiyyah dan struktural. Hadirnya
GGL di dunia maya yang enteng menyebarkan propaganda untuk menjauhkan warga
nahdliyyin dari ulama dan habaib NU tanpa membuka identitas mereka kepada publik,
jelas merupakan cara-cara culas yang biasa dilakukan oleh kalangan teroris
ISIS.
Perlu diketahui, cara ISIS menyebarkan propagandanya bukan
melalui masjid, lembaga pendidikan atau titik-titik startegis yang biasa
dikunjungi banyak orang. Website dan media sosial dijadikan alat propaganda
paling efektif karena mampu menyebar tanpa batas dan berbiaya murah. Selain
tentu karena ISIS tidak punya basis massa yang diakui oleh negara. Modal sosial
mereka memang media sosial.
Langkah yang ditempuh ISIS inilah yang dikloning oleh GGL.
Kalau mengaku pejuang aswaja yang paling lurus sedunia, mereka tak perlu
malu-malu kucing menampakkan diri. Justru transparansi identitas itulah yang
tidak akan membuat banyak orang bertanya, sebagaimana terjadi di
beberapa daerah laiknya di Pontianak tadi.
Berawal dari Grup
Caci Maki
Serapat apapun bangkai ditutup, akan tercium juga. GGL pun
gerah setelah ada salah seorang bernama Moch Zainul Abidin As-Syuja'i membongkar
data admin pasca digelar sebuah acara di Cirebon, yang mengatasnamakan aktivis Aswaja.
Dalam acara itu, para aktivis mulai terang-terangan berani membeberkan nama-nama yang selama ini dikenal Zain, panggilan Zainul Abidin As-Sujai’i, sebagai admin grup Brigade Aswaja, yakni grup WhatsApp para pengelola dan muqollidin situs nu garis lurus.
Dalam acara itu, para aktivis mulai terang-terangan berani membeberkan nama-nama yang selama ini dikenal Zain, panggilan Zainul Abidin As-Sujai’i, sebagai admin grup Brigade Aswaja, yakni grup WhatsApp para pengelola dan muqollidin situs nu garis lurus.
Kepada Duta Islam, Zain tidak mengenal sama sekali
orang-orang di grup tersebut. Dia mengaku nomornya diseret masuk tanpa
konfirmasi kepadanya. Sudah sejak lama Zain nongkrong di grup yang menurutnya
penuh dengan caci-maki kepada kyai dan ulama di Nahdlatul Ulama.
Bahkan, pasca publikasi identitas admin, Zain Suja’i dibully
dalam grup. Baca: Setelah Dibongkar, Kelompok GL Ancam Carok Sujai. Duta Islam mendapatkan screen
shoot caci maki anggota GGL ini. Oleh Syaraf, salah satu anggota grup, Zain
disebut ngegustad, pura-pura jadi gus
dan ustadz.
“Ilmunya mentok ke nasi goreng. Malam jadi germo di WhastApp
saling kirim-kiriman gambar telanjang nggak pantes. Siang ceramah di WhatsApp
sok suci dan sok ngustadz. Tulisannya belepotan jauh dari ranah ilmu. Jamane
wong munafik bertopeng di dunia maya. Di dunia nyata, gorengan nggak laku-laku,”
tulis Syaraf. (Kami simpan foto si Syaraf ini).
Soal Zain adalah tukang nasi goreng memang diakui. Ia
berjualan di Jakarta Barat. Tapi kalau menuduh ilmunya Zain hanya sampai nasi goreng dan munafik serta menyerapahi gorengan tidak laku-laku apalagi menyebut germo, baginya itu sudah keterlaluan, tidak nyambung dan lepas dari etika santri.
Baca: Berita Hoax NU Garis Lurus dan PKS Piyungan
Baca: Berita Hoax NU Garis Lurus dan PKS Piyungan
Dalam percakapan grup khusus mencaci Zain itu, admin lain
ada yang menyebut “asu”, “babi”, “monyet”, “najis”, dan lainnya. Adam, admin
grup, pendiri Grup Brigade Aswaja, menanyakan di grup: “Sebenarnya dia itu
siapa sih? Asu atau monyet? Saya bingung sendiri,” tulis Adam.
Dengan enteng, pertanyaan itu dijawab oleh Naquib, anggota lain
di grup: “Babi mas.” Naquib ini yang menulis: “Waduh…dia sibuk cari tulang ke
SAS (Said Aqil Siraj, red) nggak sempet ganti nama. Ya…namanya juga asuuuu….”.
Anggota itu gayeng dan terkesan senang membully Zain di grup karena di sana nama
Zain diganti Asu Pa’i. “Makanya, rupa, nama dan hatinya sama (anjing, asu,
red). Ngalah-ngalahi assu,” tulis Naguib, yang langsung ditanggapi oleh Faiz, anggota
GGL lain yang ikutan mencaci: “Masih ada waktu untuk tobat. Daripada jadi assu,”
tulisnya.
Menanggapi percakapan penuh caci maki itu, seorang aktivis
Aswaja NU, Arief, mengaku miris. “Wah,
ini lebih mirip grup kumpulnya para begundal daripada grup santri. Nggak pantes
blas kelompok ini namanya disandarkan dengan nama besar NU. Su'ul adab semua,”
tulisnya, dikutip Duta Islam (17/04).
Baca: Teguran Habib Abu Bakar Assegaf Kepada Kelompok Garis Lurus
Kelimpungan, anggota grup tersebut kembali melancarkan
fitnah dengan meme. Status David Fuadi, seorang yang dulu pernah menghidupkan situs
sarkub.com, dijadikan bahan mementahkan Zain as-Suja’i. Menurut orang yang di
kalangan GGL dipanggil KH David Fuadi itu, Zain adalah orang yang tidak punya
ilmu agama.
Ustadz Hasbullah, dalam meme yang beredar itu juga menulis kalau
tulisan-tulisan Sujai’i itu bukan dari tulisannya sendiri. “Bisa jadi syujai hanya
atas nama saja. Sebab saya segrup dengan Syujai. Kerjaanya hanya kirim gambar
porno,” tuduh ustadz.
Tuduhan-tuduhan semacam ini, menurut Zain, mudah keluar di
grup yang ia sebut kenthir
(kemayu) itu. “Ada Group kenthir khusus para Admin Group WA Aswaja. Di sana
memang kalau kenthir suka selingan kirim Gambar Porno. Nah dari sanalah Fitnah
ini beredar,” jelas Zain.
Jika Anda berakal sehat, etika macam apakah yang layak
disematkan kepada kelompok GGL itu? Bahasa apakah yang mudah keluar dari “santri”
GGL itu? Bahasa pondok pesantren mana yang menghalalkan saudaranya sendiri
disebut anjing, babi, monyet, najis, germo dan munafik? Ajaran Qanun Asasi NU sebelah mana yang memerintahkan umat Islam mencaci maki dengan sebutan binatang untuk saudaranya muslim?
Kepada Duta Islam, Zain memang jualan nasi goreng. Tapi ia
juga santri di sebuah majelis ta’lim yang banyak orang tahu. Ia menunjukkan
bukti bahwa dia rutin di majelis ta’lim. Namun tidak berkenan ditulis. (Baca Duta Islam: Sindiran Habib Luthfi Kepada Kelompok Pemecah Belah NU)
Yang pasti, kelompok GGL memasukkan nomornya ke grup karena
nomor yang ia pegang ada dimana-mana. Dikenal sebagai penggerak aswaja. Duta
Islam menyimpan buktinya. Zain As-Suja’i itu orang biasa yang dicaci-maki oleh
kelompok yang mengaku santri di ujung sana. Duh Gusti... [dutaislam.or.id/ab]