Iklan

Iklan

,

Iklan

Heboh Santri NU Mengobati Anjing Malang Karena Sayang

10 Apr 2016, 02:44 WIB Ter-Updated 2024-08-09T21:48:18Z
Download Ngaji Gus Baha

Dutaislam.or.id – Santri yang berdakwah di Papua ini membuat netizen tersentuh. Di tengah budaya kebencian yang ditebar di situs-situs ektrim wahabi, Kang Wahab, nama santri itu, menebar pesan kasih sayang.

Postingan di wall Facebooknya Abdu L Wahab, yang memberi makan anjing luka dan kelaparan pada Sabtu (9/04/2016) mendapatkan 14 ribu likes dan 3.732 share dari facebookers. Ada 1.300 lebih komentar dalam foto yang ia beri catatan “Kasihan sekali anjing ini.. / Tubuhnya banyak sekali luka dan sprti sangat kelaparan . Tadi aku ajak ke Pondok dan sdikit aku obati dan kasih makan./ Walaupun najis tapi kata guruku ‘Puncak dari agama adalah cinta’.”

Ya, Abdul Wahab, santri utusan PPM Aswaja, PP LDNU dan Sarkub untuk berdakwah di Papua ini menampar laku latah umat Islam yang terlalu ektrem memaknai agama, yang, sedikit-sedikit harus merujuk langsung Al-Qur’an dan Hadits sesuai pilihan hawa nafsu. Padahal, semua ada solusinya. (Ini link foto itu: http://bit.ly/1XnNiHp)

Kepada Duta Islam, Kang Wahab menuturkan awal mula anjing itu mendapat sentuhan tangan kasihnya. Pada Sabtu Pagi, seperti biasa, dia menyiapkan sarapan bagi anak-anak Papua yang mondok di pesantren Al-Payage, Angkasapura, Papua, tempat dia mengajar.

“Pagi tadi, pas saya sedang berjalan di samping dapur, saya melihat ada seekor anjing yang mondar-mandir di depan pesantren dengan penuh luka dan seperti sangat kelaparan,” kata Wahab. (Baca: Air Mutlak dan Air Musta'mal)

Dalam keterangannya pada Sabtu (9/04) sore, anjing itu dibawa ke dalam pondok. Sungguh keputusan yang akan disebut sembrono. Anjing dibawa ke pondok bukan untuk dikurung oleh para santri, tapi dicek lukanya oleh Kang Wahab. Bahkan sempat ia menyuapi anjing malang itu karena dia melihat binatang haram tersebut susah menundukkan kepala hanya untuk ambil makan saja. “Ada beberapa luka di sekitar leher,” tuturnya.

Kang Wahab melakukan semua hal itu karena dia mempraktikkan apa yang dikatakan oleh para kyai dahulu dan ulama salaf yang kredibel. “Islam mengajarkan agar berbuat baik kepada manusia maupun hewan, seperti anjing yang kita ketahui ia disebut sebagai hewan najis,” terangnya. (Baca: Cara Samak Kulit Bangkai Binatang)  

Tanpa diperintah siapapun, setelah mengobati dan memberi makan anjing malang, kang Wahab langsung bersuci dengan basuhan 7 kali air suci (thahir muthahhir) yang salah satunya harus dicampur debu (endut atau tanah liat) karena anjing masuk kategori hewan najis mughalladhah (berat). Ini solusi untuk tetap bisa berbuat baik kepada anjing.

Kang Wahab mengingatkan, anjing itu haram dikonsumsi. Namun, kita diharuskan juga menolong anjing kelaparan di tengah jalan. Menurutnya, mengobati dan memberi makan anjing pada pagi itu bagian dari amal sholeh yang diharapkan dapat menghapus dosa-dosa yang telah lalu. (Baca: Tampilan Suci, Dalamnya Najis)

“Saya hanya mengikuti dawuh sebuah hadits riwayat Bukhari yang di sana menyebutkan ada seorang laki-laki melihat anjing kehausan di tengah padang pasir. Karena kasihan, anjing itu diambilkan air dari sumur hingga ia meminumkannya dan lepas dahaga anjing tersebut. Lalu Nabi bersabda: Allah berterimkasih kepadanya, lalu mengampuni dosa laki-laki itu,” tandas Kang Wahab.

Kang Wahab juga bercerita, ada satu anjing di daerah Wamena, Jayapura, yang kadang menemani perjalanan dakwahnya. Ia tidak melampar batu, apalagi mengusirnya. Dia sudah biasa berinteraksi dengan anjing sejak di Papua. Di Papua, kang Wahab belajar berbagi kasih bukan hanya kepada sesama, tapi juga hewan seperti anjing. (Baca: MTA Solo Diajak Baca Kitab Kuning Malah Kabur)

Kepada Duta Islam, ia menyayangkan sikap saudara muslim yang mengatasnamakan agama namun menebar teror di mana-mana. “Melalui foto itu, saya berpesan kepada diri sendiri dan teman-teman lain bahwa puncak agama itu adalah cinta, bukan syariah dengan teror,” pungkasnya. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan