Dutaislam.or.id - Santai aja bro menanggapi isu PKI. Biasa-biasa saja. Jangan kemropok alias reaktif. Paling muak lihat provokasi sampah kayak PKI.
Kalau mau perang lagi, silakan. Anda belum tahu pada 2012 kemarin Majalah Tempe mengulas hubungan NU dan PKI yang menyebut NU sebagai ormas algojo PKI 65. Itu isu pesanan Amrik agar peran NU di mata internasional melemah.
Ketika itu, NU baru nembus diplomasi dengan Thaliban yang selama ini tidak berhasil dilakukan Paman Sam. Tempo terbit, majalah itu dibagi-bagikan gratis ke kampus-kampus mamarika secara gratis. Ratusan ribu oplahnya. NU tersudut. Amrik berhasil mempertahankan bisnis opium di wilayah Afganistan karena NU tidak jadi mengusik lebih lanjut. Tapi kini sudah ada 22 cabang NU di negara itu.
Senin kemarin, PBNU adakan Isomil. Tujuannya mendamaikan timteng via kebijaksanaan local wisdom yang selama ini di Indonesia disebut Islam Nusantara. Amrik lagi-lagi kebakaran jenggot. Isu PKI dimunculkan lagi sejak 4 hari sebelum Isomil.
Lihat media. Banyak video lama, isu lama, yang dimunculkan tanpa sebab-sebab sebelumnya. Dikeluarkan secara sistematis oleh jaringan entah berantah. Ini selain untuk melemahkan Banser yang kini kian “radikal” ingin menghajar HTI dimana-mana juga. Banser, lewat isu PKI di tengah gencarnya mereka melakukan represi ke HTI seperti sekarang, diingatkan oleh jaringan itu, bahwa Banser dulu pernah “terlibat” tragedi 65.
Kini, Anda bisa lihat, Banser mundur ke belakang. HTI juga mundur ke belakang sebagaimana NU. Konsumen media beralih mendukung PKI dengan melupakan gerakan makar HTI. Kalau Banser yang sudah ektrem ini dilanjutkan ke isu ganyang PKI, lalu PKI dan HTI jadi korban, siapa yang akan ditunjuk jadi dalang? Negara? Tidak mungkin. Pasti Kiai-kiai NU dan Pengurus NU yang dituduh sebagai provokator perang.
Kalau sudah begini, sejarah NU dituduh kambing hitam seperti tahun 80-an yang menggayang Cina, akan terulang. Sante wae bro! [dutaislam.or.id/ab]
Source: Komunitas Islam Nusantara