Dutaislam.or.id - Sikap penolakan Front Pembela Islam
(FPI) Jawa Tengah kepada Ibu Sinta Nuriyah Wahid (istri Gus Dur) pada acara buka puasa bersama di Gereja Kristus Raja Ungaran yang
kemudian digeser ke Gereja Yakobus Pudak Payung Semarang pada Kamis (16 Juni
2016) sore tadi, adalah berlebihan.
Hanya dengan alasan khawatir terjadi gangguan keamanan
karena menolak doa bersama lintas agama, FPI hendak melakukan kontrol tanpa
wewenang di Semarang hingga mengusir tamu kehormatan yang diundang. Demikian
dikatakan oleh Ubbadul Adzkiya’, aktivis Lembaga Studi Sosial dan Agama (Elsa)
Semarang, sore tadi.
Bahkan, FPI Ungaran juga mengancam akan membubarkan diskusi dalam
nobar “Pulau Buru Tanah Air Beta” dan lounching buku karya Tsabit Azinar Ahmad
berjudul “Sejarah Kontroversial dalam Perspektif Pendidikan” yang rencananya
akan diselenggarakan di Rumah Simpul Buku, Sekarang, Semarang pada 17-18 Juni
2016 besok.
Bukan tidak mungkin, setelah mengusir Sinta Nuriyah, FPI
akan memblokir jalan dan mengancam acara diskusi. “Bedah buku Tan Malaka juga
ditolak oleh FPI Semarang karena dianggap buku komunis padahal mereka tidak
membaca,” kata Nafiul Haris, jurnalis, kepada Dutaislam.or.id.
Sementara itu, Banser Jateng menyatakan tetap mengawal Ibu Sinta Nuriyah hingga aman dari makar FPI. “Di mana pun tempatnya, apa pun bentuknya,
dan kapan pun waktunya, dalam rangka untuk mengawal Ibu Nyai Shinta Nuriyah, istri
guru kita, kyai kita, Kyai Abdurrahman Wahid, silaturrahim keilmuan, ukhuwah
islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah,” kata Hasyim As’ary, Kasatkorwil
Banser Jawa Tengah. [dutaislam.or.id/ab]