Berita di atas disusun pas hari H Muktamar NU di Jombang 2015 |
Dutaislam.or.id - Ada-ada saja kelakukan pemilik media abal-abal untuk menjatuhkan NU lewat fitnah yang dilancarkan kepada kiai-kiai NU dan simbol-simbol NU. Cara mereka selalu sama, memutar kaset usang berulang-ulang, lalu dicopas sana-sini untuk diperdengarkan kepada khalayak umum, tanpa konfirmasi dan kalrifikasi.
Beru-baru ini, broadcast tendensius yang menyebut kalau KH Said Aqil Siraj meraup untung dari jual-beli lahan seluas 1,8 hektar dari tanah milik H. Qosim, yang katanya, masih pengurus ranting NU Karang Besuki, Malang, Jawa Timur.
Tanah itu, menurut laporan di bangsaonline.com, awalnya hendak dibeli seharga 500 ribu per meter, namun Qosim tidak mau menerima karena pihak pembeli adalah Yayasan Kristen. Ia kemudian rela menjual tanah itu ke Kiai Said dengan harga yang lebih murah untuk dijadikan Islamic Center. Harganya tidak sampai 100 ribu per meter.
Qosim seperti bersedekah kepada Kiai Said, atau PBNU, hingga jika dihitung matematis, ia merugi milyaran rupiah. Penawaran Yayasan Kristen senilai 9 milyar ia abaikan dengan menerima tawaran 1,3 milyar dari Kiai Said.
Berita itu kemudian menyebut Qosim depresi karena tanah lahan miliknya tersebut kini dibuat untuk pengembangan dakwah kristen, Seminari. Berita itu menyebut kalau Kiai Said yang menjual kembali lahan yang dulunya milik H Qosim ke Yayasan Kristen.
Mengenai heboh berita di atas, Dutaislam.or.id mendapatkan keterangan tertulis dari Ketua Forum Independen Masyarakat Malang (FIMM), Subaryo, SH, orang dijadikan sumber berita di situs tersebut.
Berita sepanjang 13 paragraf tersebut sempat menculik komentar Subaryo hingga 4 kali. Intinya, Subaryo disebut sebagai LSM yang membantu kasus depresi H Qosim dan menyebut Kiai Said sebagai "makelar tanah" dengan keuntungan milyaran rupiah. Naudzubillah.
Merasa tidak pernah diwawancarai oleh situs tersebut, Subaryo memberikan klarifikasi. Dalam surat klarifikasinya itu, ia mengaku tidak kenal dengan media yang memuat berita mencatut namanya di atas. Bahkan Subaryo menyebut berita itu sebagai "cerita Abunawas", alias karangan belaka.
"Kami siap dan selalu bersedia kapanpun waktunya untuk menjadi saksi terhadap berita yang belum tentu mengandung kebenaran. Dan bahkan saya berpendapat bahwa berita itu sama sekali sangat tidak benar. Saya juga belum pernah ketemu dengan Pemilik tanah yang diberitakan tersebut," kata Subaryo yang mengaku tidak pernah datang ke Muktamar Jombang karena tidak punya kepentingan.
Berita selengekan bin ngawur nggedebus tersebut ditulis oleh situs fitnah bangsaonline.com pada 1 Agustus 2015, hari pertama diadakan Muktamar NU ke 33 di Jombang, Jatim. Sementara, klarifikasi Subaryo ditulis hampir setahun kemudian, yakni 23 Juli 2016.
Dalam editorial Dutaislam.or.id ini jelas terlihat nuansa politis atas berita Abunawas tentang kiai Said, yang disebar oleh kalangan sumbu pendek ke komunitas santri, untuk menjatuhkan martabat para kiai dan NU secara keseluruhan agar tidak lagi percaya ke kiai dan NU. Benar pula kata Gus Dur, NU zaman kiai Said sebagai Ketum, akan banyak fitnah. [dutaislam.or.id/ab]
Surat Klarifikasi dari Subaryo, SH. |