Dutaislam.or.id - Entah karena apa Ustadz Idrus Ramli (IR) kian tidak simpatik status-statusnya. Kadang, dia memuji Gus Mus dan Kiai Said Aqil, tapi tidak jarang pula dia menghardik keduanya tanpa klarifikasi. Pada saat bersamaan, dia juga menyanjung nyanjung HRS, akronim populer yang merujuk Habib Rizieq Syihab, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI).
Dengan HRS ia sangat hormat hingga tabarrukan menggunakan nama Riziq Maulidi untuk keponakannya. Namun, kepada simbol NU, Kiai NU, IR tidak segan-segan menghina, meremehkan, dan ia umbar di akun Facebooknya. Dia terkesan bijak kepada lawan debatnya dimana-mana, baik dari wahabi, syiah, maupun lainnya, tapi sarkastik kepada sesepuh NU dan simbol-simbolnya.
Beberapa waktu lalu, IR sempat kena teguran dan hujatan netizen karena menyebut Mantan Ketum PBNU, KH Hasyim Muzadi sebagai orang yang tidak mengerti agama dan tidak bisa baca kitab, "dia tokoh politik. Dia bukan ahli agama, hanya tokoh agama yang tidak mengerti agama," tulisnya mengomentari salah satu netizen di Facebooknya.
Ketika Dutaislam.or.id meminta klarifikasi via grup WhatsApp, IR membacanya, namun tidak merespon dan tidak berkomentar. Ia malah memposting tulisannya "Manfaat Tahlilan Bersama Bagi Orang Mati". Ia sudah menghapus komentar kasar tersebut. Namun masih ada jejaknya di screenshoot ini.
Komentar IR kepada KH Hasyim Muzadi |
Cak Tamim, teman sekelas IR di Sidogiri yang kini Sekretaris PW GP Ansor Jatim menyebut IR sebagai orang yang praktik agamanya lebih rendah dari pengetahuan agamanya, "Idrus itu tidak pinter-pinter amat. Tahulah kapasitas dia. Saya kepala musyawirin, dia anggota saya. Dia rajin belajar saja (saat itu) dengan menjadi kepala perpustakaan Sidogiri. Praktek pemahaman agamanya lebih rendah dari pengetahuan agamanya," komentar Cak Imin menanggapi profil IR.
Testimoni Cak Tamim |
Ketika IR menyebut tokoh sufisme sebagai mufsid thariqah, reaksi publik marah tapi ia tetap tak bergeming. Bahkan ada santri yang menantang Idrus Ramli untuk menunjukkan siapa yang dimaksud Mufsid Thoriqoh itu, seperti yang dimuat di web NU gagal lurus. Tapi dia tidak berani mengakui kalau yang ia maksudkan adalah Habib Luthfi bin Yahya hingga konon ia "dijewer" oleh KH. Nawawi Abdul Jalil atas komentar yang menyudutkan al-arif billah Habib Luthfi tersebut.
Begitulah Idrus Ramli, pintar tapi njengkelin. Pintar, tapi membodohkan kiai lainnya. Apalah artinya ilmu tanpa adab. Dia mungkin saja hapal di luar kepala kalau al-ilmu bila adab kadz dzubab/ ilmu tanpa adab ibarat lalat. Masih menyebut dia syeikh dan pendekar Aswaja? Itu hak Anda. [dutaislam.or.id/ed]
Begitulah Idrus Ramli, pintar tapi njengkelin. Pintar, tapi membodohkan kiai lainnya. Apalah artinya ilmu tanpa adab. Dia mungkin saja hapal di luar kepala kalau al-ilmu bila adab kadz dzubab/ ilmu tanpa adab ibarat lalat. Masih menyebut dia syeikh dan pendekar Aswaja? Itu hak Anda. [dutaislam.or.id/ed]