Iklan

Iklan

,

Iklan

Ketika Nabi Dilarang Allah Memintakan Ampunan Untuk Ibunda

15 Des 2016, 02:41 WIB Ter-Updated 2024-08-30T01:58:06Z
Download Ngaji Gus Baha
Makam Ibunda Nabi yang tidak terawat

Dutaislam.or.id - Keterangan dalam kitab "At-Tajul Jami' lil Ushul fii Ahaditsir Rasul (ﺍﻟﺘﺎﺝ ﺍﻟﺠﺎﻣﻊ ﻟﻸﺻﻮﻝ ﻓﻲ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ)" karya Syeikh Manshur Ali Nashif dijelaskan pada jilid 1 halaman 382 yang artinya sebagai berikut:

"Dari Abu Hurairah beliau berkata: Nabi Saw. berziarah ke makam ibunya dan beliau menangis. Begitupula orang-orang yang berada di sekitarnya pada menangis. Kemudian, beliau berkata: Aku meminta idzin kepada Tuhanku supaya aku bisa memintakan ampunan untuknya. Namun aku tidak diidzinkan oleh-Nya. Terus aku meminta idzin kepada-Nya supaya aku bisa menziarahinya. Kemudian, Dia mengidzinkan aku untuk menziarahi ibuku. Berziarahlah ke makam-makam, karena berziarah itu dapat mengingatkan mati." (Hadits riwayat Imam Muslim, Abu Dawud, dan Nasa'i)

Maksud hadits tersebut adalah: Ketika Nabi Muhammad Saw. menziarahi ibunya yang bernama Sayyidah Aminah binti Wahab, beliau menangis karena ibunya tidak beragama Islam dan tidak mendapat kesenangan di dalamnya, dan Allah tidak mengijinkan Nabi Saw memintakan ampunan untuk ibunya.

Mengapa? Permintaan ampunan itu syaratnya harus beragama Islam. Sedangkan ibunda Nabi Saw. wafat dalam keadaan menganut agama kaumnya sebelum beliau diangkat menjadi rasul Allah. Hal ini bukan berarti ibunda Nabi Saw tidak masuk surga, karena ibunda Nabi Saw itu termasuk ahli fatrah (hidup di masa kekosongan atau vakum antara dua kenabian).

Menurut jumhur ulama. ahli fatrah adalah orang-orang yang selamat (orang-orang yang selamat dari api neraka dan mereka tetap dimasukkan ke dalam surga). Firman Allah swt menyebutkan:

ﻭَﻣَﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻣُﻌَﺬِّﺑِﻴﻦَ ﺣَﺘَّﻰٰ ﻧَﺒۡﻌَﺚَ ﺭَﺳُﻮﻻً۬

Artinya: "Dan Kami tidak akan mengadzab sebelum Kami mengutus seorang rasul" (QS. Al-Isra: 15)

(Baca juga: Dibuldoser, Disembunyikan (Terlarang), Beginilah Kondisi Makam Ibunda Nabi Sayyidah Aminah bin Wahab)

Bahkan berlaku dan absah menurut ahli mukasyafah bahwa Allah ta'ala menghidupkan kembali kedua orangtua Nabi saw setelah beliau diangkat jadi Rasul. Kemudian, mereka beriman kepada Nabi Saw. Oleh karena itu, sudah pasti mereka termasuk ahli surga. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan