Makam Sayyidah Aminah sebelum diratakan wahabi dengan buldoser |
Dutaislam.or.id - Dalam sebuah ceramah (bisa lacak di Yete), Habib Umar bin Hafidz dari Hadhramaut Yaman pernah menceritakan detik-detik wafatnya Ibunda Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wa shahbihi wa sallam. Habib begitu sedih menguraikan detik-detik itu hingga menangis, meneteskan air mata tersedu-sedu.
Beliau berkata, "jika Aminah tidak selamat, maka tak ada seorang pun di hari pembalasan yang akan selamat. Tidak ada seorang pun di hari pembangkitan akan selamat". Namun, bagi orang yang saklek memahami hadits tentang dilarangnya Nabi Muhammad mendoakan sang ibunda, Sayyidah Aminah adalah kafir dan mendapatkan neraka. Naudzubillah.
Kini, makam ibunda Nabi "tidak selamat". Makam Ibu yang melahirkan manusia paling mulia di jagad raya ini dan paling disayangi Allah (habib) tersebut, malah disebut seorang askar (polisi) sebagai makam orang Pakistan karena banyak orang Pakistan yang dulu pernah ziarah ke sana.
Cerita tersebut diutarakan oleh seorang sejahrawan asal Somalia bernama Dr. Hassan Sheikh Hussein Osman, yang pada 27 Agustus 2015 berhasil ziarah ke makam Sayyidah Aminah binti Wahab, ibunda Nabi. Banyak aral yang harus dihadapinya karena makam yang terletak di Desa Abwa, 230 kilometer di Utara Kota Makkah tersebut dimasukkan sebagai kawasan terlarang (restricted area). Naudzubilah.
Dr. Hassan berhasil nyolong langkah menembus kawasan tersebut hingga ada seorang polisi Saudi menemuinya, menginterogasinya. Ini cerita Dr. Hasaan usai ziarah ke makam itu:
Aku melakukan pendakian terakhir dari gunung ini (kawasan Abwa) dimana makam Sayyidah Aminah berada, pada tanggal 12 Dzulqo’dah 1436 H (atau 27 Agustus 2015). Kami membersihkan sisa-sisa tumpahan minyak mesin yang terdapat pada makam dengan menggunakan semprotan air sebanyak 10 liter air.
Kemudian kami menanam sebatang pohon (yang tahan dan tidak memerlukan air dalam jangka waktu sebulan). Aku menanam pohon tersebut pada bagian kiblat dari makam. Kami menyemprotkan 1 botol minyak wangi Attar (Kasturi) di atas makam.
Setelah itu, kami memperkenalkan diri kepada sayyidah Aminah, memberi salam kepadanya, dan berterima kasih kepadanya karena telah melahirkan junjungan yang mulia Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam. Kemudian kami membaca surat Yasiin, membaca surat al-Ikhlash 11 kali, Alhamdulillah, dan berdoa. Setelah itu kami pergi”.
Saat hendak pergi, seorang polisi berpangkat sersan beserta seorang warga sipil mendaki gunung dan mencari-cari keberadaan kami, lalu mereka menegur dan meminta informasi pribadi termasuk juga paspor kami.
Dengan wajah marah, Sersan yang pembohong itu mengatakan pada kami bahwa itu adalah makam seorang Pakistan. (Catatan: Berdasarkan literatur “backpack” saya, memang biasanya yang ‘bandel’ dan sering mengunjungi makam tersebut adalah orang Pakistan, jadi sepertinya Polisi tersebut sedang berusaha mengkamuflasekan makam Sayyidah Aminah sebagai makam orang Pakistan –red).
Warga sipil yang ikut dengan polisi tersebut juga banyak berbicara tentang "syirik" dan bertanya apa yang telah kami tinggalkan (lakukan) di makam tersebut, apalagi setelah mengetahui bahwa aku memiliki Attar. Tidak ada tanda-tanda umum pelarangan mengunjungi tempat ini, bagaimana seseorang akan tahu kalau tempat ini dilarang? Cukuplah pengalamanku dengan dua orang ini.
Ini foto makam Ibunda Nabi, yang berhasil diabadikan oleh Dr. Hasaan di atas:
Jika Anda amati, tanah yang ada di belakang Dr. Hassan di atas, warnanya hitam gelap. Itu adalah sisa-sisa tumpahan minyak yang pernah disiramkan oleh kaum wahabi ke makam Sayyidah Aminah sebelum akhirnya diratakan dengan Buldoser.
Selain untuk menghinakan Siti Aminah, penumpahan minyak dimaksudkan kaum wahabi agar tidak nampak sebagai makam dan tidak ada yang menziarahi. Tragedi terlaknat terjadi terjadi tahun 1998. Namun, makam tersebut sudah didaftarkan posisinya di Google dengan kordinat GPS: 23°06′33″N 39°05′40″E. Anda bisa melacaknya sendiri di internet.
Kini, bukan hanya makam Ibunda Baginda Nabi Muhammad yang tidak terawat, keyakinan umat Islam tentang keselamatan orang tua Nabi juga sudah menjamur di negeri kita berkat ocehan ustadz-ustadz wahabi radikal lulusan Arab Saudi. Baca: Ketika Nabi Dilarang Memintakan Ampunan Untuk Ibunda Aminah. Allahummahdina sirathal mustaqim. [dutaislam.or.id/ab]
Beliau berkata, "jika Aminah tidak selamat, maka tak ada seorang pun di hari pembalasan yang akan selamat. Tidak ada seorang pun di hari pembangkitan akan selamat". Namun, bagi orang yang saklek memahami hadits tentang dilarangnya Nabi Muhammad mendoakan sang ibunda, Sayyidah Aminah adalah kafir dan mendapatkan neraka. Naudzubillah.
Kini, makam ibunda Nabi "tidak selamat". Makam Ibu yang melahirkan manusia paling mulia di jagad raya ini dan paling disayangi Allah (habib) tersebut, malah disebut seorang askar (polisi) sebagai makam orang Pakistan karena banyak orang Pakistan yang dulu pernah ziarah ke sana.
Cerita tersebut diutarakan oleh seorang sejahrawan asal Somalia bernama Dr. Hassan Sheikh Hussein Osman, yang pada 27 Agustus 2015 berhasil ziarah ke makam Sayyidah Aminah binti Wahab, ibunda Nabi. Banyak aral yang harus dihadapinya karena makam yang terletak di Desa Abwa, 230 kilometer di Utara Kota Makkah tersebut dimasukkan sebagai kawasan terlarang (restricted area). Naudzubilah.
Dr. Hassan berhasil nyolong langkah menembus kawasan tersebut hingga ada seorang polisi Saudi menemuinya, menginterogasinya. Ini cerita Dr. Hasaan usai ziarah ke makam itu:
Aku melakukan pendakian terakhir dari gunung ini (kawasan Abwa) dimana makam Sayyidah Aminah berada, pada tanggal 12 Dzulqo’dah 1436 H (atau 27 Agustus 2015). Kami membersihkan sisa-sisa tumpahan minyak mesin yang terdapat pada makam dengan menggunakan semprotan air sebanyak 10 liter air.
Kemudian kami menanam sebatang pohon (yang tahan dan tidak memerlukan air dalam jangka waktu sebulan). Aku menanam pohon tersebut pada bagian kiblat dari makam. Kami menyemprotkan 1 botol minyak wangi Attar (Kasturi) di atas makam.
Setelah itu, kami memperkenalkan diri kepada sayyidah Aminah, memberi salam kepadanya, dan berterima kasih kepadanya karena telah melahirkan junjungan yang mulia Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam. Kemudian kami membaca surat Yasiin, membaca surat al-Ikhlash 11 kali, Alhamdulillah, dan berdoa. Setelah itu kami pergi”.
Saat hendak pergi, seorang polisi berpangkat sersan beserta seorang warga sipil mendaki gunung dan mencari-cari keberadaan kami, lalu mereka menegur dan meminta informasi pribadi termasuk juga paspor kami.
Dengan wajah marah, Sersan yang pembohong itu mengatakan pada kami bahwa itu adalah makam seorang Pakistan. (Catatan: Berdasarkan literatur “backpack” saya, memang biasanya yang ‘bandel’ dan sering mengunjungi makam tersebut adalah orang Pakistan, jadi sepertinya Polisi tersebut sedang berusaha mengkamuflasekan makam Sayyidah Aminah sebagai makam orang Pakistan –red).
Warga sipil yang ikut dengan polisi tersebut juga banyak berbicara tentang "syirik" dan bertanya apa yang telah kami tinggalkan (lakukan) di makam tersebut, apalagi setelah mengetahui bahwa aku memiliki Attar. Tidak ada tanda-tanda umum pelarangan mengunjungi tempat ini, bagaimana seseorang akan tahu kalau tempat ini dilarang? Cukuplah pengalamanku dengan dua orang ini.
Ini foto makam Ibunda Nabi, yang berhasil diabadikan oleh Dr. Hasaan di atas:
Dr. Hassan di depan makam Ibunda Nabi yang sudah rata dengan tanah (gelap). |
Foto lama makam Ibunda Nabi Muhammad, Siti Aminah. Nampak beberapa warga Pakistan bandel nekad ziarah |
Selain untuk menghinakan Siti Aminah, penumpahan minyak dimaksudkan kaum wahabi agar tidak nampak sebagai makam dan tidak ada yang menziarahi. Tragedi terlaknat terjadi terjadi tahun 1998. Namun, makam tersebut sudah didaftarkan posisinya di Google dengan kordinat GPS: 23°06′33″N 39°05′40″E. Anda bisa melacaknya sendiri di internet.
Kini, bukan hanya makam Ibunda Baginda Nabi Muhammad yang tidak terawat, keyakinan umat Islam tentang keselamatan orang tua Nabi juga sudah menjamur di negeri kita berkat ocehan ustadz-ustadz wahabi radikal lulusan Arab Saudi. Baca: Ketika Nabi Dilarang Memintakan Ampunan Untuk Ibunda Aminah. Allahummahdina sirathal mustaqim. [dutaislam.or.id/ab]