Adab: KH Said Aqil Siraj ketika sowan ke Maulana Habib Luthfi |
Dutaislam.or.id - Makin liar saja para haters NU menyerang pribadi para tokoh NU ketika mereka tidak punya target celaan. Habib Luthfi bin Yahya, mursyid tarekat yang selama ini tidak mau berkomentar sarkastik ke publik pun, dituduh sebagai "habib fulus", suka duit dan dituduh membuat blunder serta sebutan-sebutan lain yang sangat menyakiti para santrinya.
Walau tuduhan itu sudah dialamatkan kepada Maulana Habib Luthfi sejak lama, namun berkat media sosial yang mudah digunakan untuk menghina orang lain, fitnah tersebut akhirnya jadi viral lagi kemana-mana. Dutaislam.or.id merasa perlu membantah hal yang sebetulnya tidak mesti terjadi jika adab dan akhlak muslimin di negeri masih dijadikan pedoman bertutur kata.
Yang saya kuatirkan, kata Habib Luthfi, tiap saya ngisi pengajian cuma satu, yaitu ketika diri saya pintar bicara tapi tidak pandai melaksanakan. Apa itu tidak akan dituntut? "Besarnya amplop itu seberapa? Tidak menjamin kesemalatan dunia saya dan akhirat saya. Saling mendoakan saja semoga kita tidak hanya pintar ngomong saja," terang Abah Luthfi dalam bahasa Jawa kepada ribuan jamaah yang hadir dalam pengajian di Masjid Wali, Desa Troso, Pecangaan, Jepara Jumat (14/01/2017) malam.
Baca: Bukan Habib Tapi Dipanggil Habib oleh Habib Luthfi. Ini Alasannya!
Pernyatan Abah Luthfi tersebut korelatif dengan tiadanya manajemen khusus yang menjadwal kegiatan. Habib Luthfi sama sekali tidak merekrut tim pengatur jadwal dakwah, sebagaimana lazim dilakukan kalangan profesional. Beberapa lalu, beliau dinobatkan sebagai salah satu tokoh muslim yang sangat berpengaruh di tingkat dunia, apa beliau bangga? Tidak. Bahkan kepada ajudan, Abah Luthfi langsung menyatakan (dan ditulis di medsos) kalau hal itu bukan atas permintaan beliau sendiri, apalagi lobi menajemen medianya.
"Beliau sangat kuatir jika penyebutan sebagai tokoh muslim paling berpengaruh itu akan menumbuhkan sifat ke-aku-an dan bangga sehingga derajat kebersihan hati (walayah) akan turun di hadapan Allah," jelas salah satu murid Habib Luthfi yang tidak mau disebutkan namanya, kepada Dutaislam.or.id beberapa waktu lalu.
Jika Habib Luthfi selalu berorientasi pada uang dan harta, tentu tim marketing akan disiapkan dan tarif juga dipatok. Tapi faktanya, Habib Luthfi bebas dari tim yang justru membatasi gerak dakwahnya. Karena penentuan tarif bisyarah adalah akad profesional, yang, mau tidak mau, harus datang jika memang diundang acara jika sudah terjadi kesepakatan.
Ketika Anda mengundang Abah Luthfi dalam acara, hanya akan dijawab "insyaallah". Tentang hal ini, silakan baca postingan Dutaislam.or.id: Diundang Maulid Tidak Hadir, Ini Jawaban Tak Terpikirkan dari Habib Luthfi.
Kepada Dutaislam.or.id, KH Abdullah Suyuthi al-Hafidz, Pekalongan, membantah fitnah "fulusy" tersebut. "Tidak ada dalilnya kalau Abah Luthfi dijuluki habib fulus. Itu isu lama yang sengaja didengungkan oleh tukang fitnah untuk adu domba," tandasnya, Sabtu (21/01/2017) malam.
Kiai Dullah, sebutan KH Abdullah Suyuti, menceritakan kalau bantahan itu justru pernah diucapkan oleh seorang tokoh Syiah yang juga habib dari Samarinda yang mukim di Pekalongan. Katanya, kalau habib Luthfi itu "fulusy", tidak mungkin beliau merangkul semua pihak. beliau itu tokoh pemersatu. Mudah saja bagi Habib Luthfi untuk mendapatkan uang dengan memihak, misalnya, kepada Syiah atau Aswaja saja.
Bukti telak lain yang membantah fitnah murahan itu adalah seringnya Abah Luthfi yang tiba-tiba saja memberikan amplop tebal pemberian jamaah Kliwonan Kanzus Shalawat kepada para peminta-minta yang biasa disedekahi beliau usai acara.
"Saya pernah melihat Abah langsung memberikan amplop tebal kepada pengemis dari jamaah, tanpa menghitung dan tanpa melihat isinya, hingga membuat pengemis itu kaget kegirangan saking gembiranya," kata Fathi, jamaah rutin Abah Luthfi asal Kudus, Ahad (22/01/2017) malam. Maunya apa sih mereka itu? Fitnah kok dipelihara. [dutaislam.or.id/ab]
Walau tuduhan itu sudah dialamatkan kepada Maulana Habib Luthfi sejak lama, namun berkat media sosial yang mudah digunakan untuk menghina orang lain, fitnah tersebut akhirnya jadi viral lagi kemana-mana. Dutaislam.or.id merasa perlu membantah hal yang sebetulnya tidak mesti terjadi jika adab dan akhlak muslimin di negeri masih dijadikan pedoman bertutur kata.
Status yang memfitnah Habib Luthfi |
Baca: Bukan Habib Tapi Dipanggil Habib oleh Habib Luthfi. Ini Alasannya!
Pernyatan Abah Luthfi tersebut korelatif dengan tiadanya manajemen khusus yang menjadwal kegiatan. Habib Luthfi sama sekali tidak merekrut tim pengatur jadwal dakwah, sebagaimana lazim dilakukan kalangan profesional. Beberapa lalu, beliau dinobatkan sebagai salah satu tokoh muslim yang sangat berpengaruh di tingkat dunia, apa beliau bangga? Tidak. Bahkan kepada ajudan, Abah Luthfi langsung menyatakan (dan ditulis di medsos) kalau hal itu bukan atas permintaan beliau sendiri, apalagi lobi menajemen medianya.
"Beliau sangat kuatir jika penyebutan sebagai tokoh muslim paling berpengaruh itu akan menumbuhkan sifat ke-aku-an dan bangga sehingga derajat kebersihan hati (walayah) akan turun di hadapan Allah," jelas salah satu murid Habib Luthfi yang tidak mau disebutkan namanya, kepada Dutaislam.or.id beberapa waktu lalu.
Jika Habib Luthfi selalu berorientasi pada uang dan harta, tentu tim marketing akan disiapkan dan tarif juga dipatok. Tapi faktanya, Habib Luthfi bebas dari tim yang justru membatasi gerak dakwahnya. Karena penentuan tarif bisyarah adalah akad profesional, yang, mau tidak mau, harus datang jika memang diundang acara jika sudah terjadi kesepakatan.
Ketika Anda mengundang Abah Luthfi dalam acara, hanya akan dijawab "insyaallah". Tentang hal ini, silakan baca postingan Dutaislam.or.id: Diundang Maulid Tidak Hadir, Ini Jawaban Tak Terpikirkan dari Habib Luthfi.
Kepada Dutaislam.or.id, KH Abdullah Suyuthi al-Hafidz, Pekalongan, membantah fitnah "fulusy" tersebut. "Tidak ada dalilnya kalau Abah Luthfi dijuluki habib fulus. Itu isu lama yang sengaja didengungkan oleh tukang fitnah untuk adu domba," tandasnya, Sabtu (21/01/2017) malam.
Kiai Dullah, sebutan KH Abdullah Suyuti, menceritakan kalau bantahan itu justru pernah diucapkan oleh seorang tokoh Syiah yang juga habib dari Samarinda yang mukim di Pekalongan. Katanya, kalau habib Luthfi itu "fulusy", tidak mungkin beliau merangkul semua pihak. beliau itu tokoh pemersatu. Mudah saja bagi Habib Luthfi untuk mendapatkan uang dengan memihak, misalnya, kepada Syiah atau Aswaja saja.
Bukti telak lain yang membantah fitnah murahan itu adalah seringnya Abah Luthfi yang tiba-tiba saja memberikan amplop tebal pemberian jamaah Kliwonan Kanzus Shalawat kepada para peminta-minta yang biasa disedekahi beliau usai acara.
"Saya pernah melihat Abah langsung memberikan amplop tebal kepada pengemis dari jamaah, tanpa menghitung dan tanpa melihat isinya, hingga membuat pengemis itu kaget kegirangan saking gembiranya," kata Fathi, jamaah rutin Abah Luthfi asal Kudus, Ahad (22/01/2017) malam. Maunya apa sih mereka itu? Fitnah kok dipelihara. [dutaislam.or.id/ab]