Iklan

Iklan

,

Iklan

Kata Ustadz, Lima Hal Ini Bisa Menjadikan Orang Muslim Auto Kafir

3 Jan 2017, 23:06 WIB Ter-Updated 2024-08-30T00:52:12Z
Download Ngaji Gus Baha

Oleh Ichwan DS

Dutaislam.or.id - Sudah tiga bulan ini ada seorang yang menurut saya aneh. Beliau tidak saya kenal di dunia nyata. Hanya karena sama-sama anggota sebuah grup WA, beliau hampir tiap hari mengirimi pesan pribadi ke saya.

Saya sendiri diseret masuk grup itu tanpa meminta kesediaan. Hanya karena nama saya mengandung istilah Arab, dan sy diketahui beragama Islam, maka saya pun dimasukkan grup tersebut. Serta dikirimi pesan pribadi beliau.

Di grup, beliau ini dipanggil Ustad, bahkan kyai. Saya sangat jarang membuka grup tersebut karena tidak punya waktu. Kesibukan saya jelas menghalangi saya membuka grup tersebut maupun grup lain. Mungkin perlu saya beritahukan, saya tergabung dalam 34 grup WA. Itupun sudah saya kurangi (saya left) dari sebelumnya 44 grup.

Beliau yang njapri saya itu selalu mengirimkan tulisan dari entah siapa saja, yang isinya pada pokoknya adalah Islam itu banyak musuh. Islam dalam bahaya besar. Umat Islam berada dalam kondisi sangat bahaya. Bahkan mungkin darurat. Siapa yang membahayakan Islam dan umat Islam itu? Pokoknya siapa saja dan apa saja. Saya bisa sebutkan satu persatu kiriman beliau:

1. Calon gubernur DKI beragama non Islam itu musuh, membahayakan aqidah umat Islam. Umat Islam harus waspada, jangan sampai memilih calon gubernur tersebut. Haram memilih si calon. Barangsiapa mengaku muslim tapi memilih si cagub itu, maka rusak akidahnya, batal imannya. Munafiq minimalnya. Dasarnya ada di Al-Qur'an. Yaitu adanya larangan memilih orang Nasrani sebagai pemimpin.

Saya tidak ahli agama, maka saya hanya bisa bertanya kepada beliau. "Ya Ustad, apakah  calon gubernur di Propinsi Papua, Papua Barat, Sulawesi Utara, Kalimatan Barat, Kalimantan Tengah, NTT, atau juga Walikota Solo yang jelas-jelas beragama Kristen, itu tidak pemimpin? Kenapa tidak ditolak juga? Apakah ayat Al-Qur'an hanya berlaku di Jakarta?" (Baca: Syamsudin Uba: NKRI Adalah Negara Kafir)

Lha partai-partai Islam yang mendukung FX Hadi Rudyatmo si Katholik sebagi walikota Solo, itu hukumnya bagaimana? Sayang sekali, beliau tidak menjawab, sehingga saya masih tetap bodoh tidak tahu apa-apa tentang agama.

2. Syiah itu sesat, Syiah itu jahat. Said Aqil Siradj itu Syiah, maka NU harus dibersihkan dari Said Aqil dan orang syiah lainnya. Jika NU tidak mau dibersihkan, berarti NU itu organisasinya orang sesat karena dipimpin orang Syiah. Kata beliau, MUI pernah mengeluarkan fatwa bahwa Syiah itu sesat. (tapi saya sendiri belum baca fatwa MUI itu ada atau tidak).

Saya hanya bisa bertanya. "Ya Ustadz. Apa kriteria atau parameter seseorang bisa disebut Syiah? Dan bagaimana mengetahui bahwa Syiah itu sesat? Lalu, mengapa vonis Syiah sesat itu baru ada semenjak Israel dan Saudi bersekutu memusuhi Iran? Padahal Syiah sudah ada sejak ratusan tahun, dan bahkan di Indonesia sudah ada puluhan tahun lalu?" Sayang sekali beliau tidak menjawab.

3. Kristen itu musuh. Kristen itu kafir. Maka meniru segala atribut yang dipakai orang Kristen itu haram. Itu membahayakan aqidah, merusak iman. Dasarnya hadis: barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka termasuk kaum tersebut. MUI, kata beliau, sudah mengeluarkan fatwa yang tegas bahwa memakai topi Santa Klaus itu haram.

Saya tambah bingung. Lalu bertanya: Pelajaran tauhid darimana, ajaran dari imam siapa yang menyebut Nasrani atau Kristen sebagai kafir? Sedangkan kafir sendiri ada yang dzimmi dan harby?

Kali ini, beliau tidak menjawab. Pertanyaan saya ganti yang mudah, apakah topi Santa Klaus itu artibut ritual? Apakah orang memakai topi Santa sudah pasti berniat meniru dan menyetujui keimanan orang Kristen? Bukankah yang disebut menyerupai itu berarti sengaja mengidentifikasi diri dengan orang kafir dengan maksud mengidolakan dan menjadikan sebagai pedoman perilaku dalam beragama? Bukankah topi Santa itu hanya produk budaya, bukan atribut keagamaan seperti Salib?

Tidak dijawab juga. Saya tambah mumet bin bingung. Lalu, pertanyaan saya ganti dengan lontaran diskusi saja, "Ya Ustadzi rohimakallah, kalau setiap orang yang memakai atribut budaya tertentu yang dianggap bukan budaya Islam, dan itu divonis meniru kaum kafir, lantas dihukumi haram, lalu bagaimana dengan perbuatan Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, yang memakai udheng dan pakaian yang biasa dipakai orang Hindu?

Bahkan para wali zaman itu juga membangun menara masjid persis seperti Pura milik orang Hindu? Apakah beliau itu wali yang sesat dan menyesatkan? Juga akan masuk neraka karena telah melanggar melakukan perbuatan haram sebagaimana difatwakan oleh MUI tersebut?" Lagi-lagi tidak dijawab.

4. Merayakan malam tahun baru masehi itu haram, bahkan merusak akidah. Hilang Iman. Perbuatan itu mengikuti Yahudi, Nasrani dan Majusi sekaligus. Kafir kuadrat jadinya. Dikatakan, meniup terompet adalah perbuatan orang Yahudi, menyalakan kembang api adalah perbuatan orang Majusi, membunyikan lonceng atau klakson adalah perbuatan orang Nasrani. Lengkap sudah kerusakan akidahnya.

Saya bengong. Karena orang awam tak tahu apa-apa soal agama, ya hanya mampu bertanya, "Ya Ustad, apakah semua orang yang melakukan perbuatan tersebut sudah pasti berniat meniru dan menjadikan orang Majusi, Yahudi dan Nasrani sebagai panutan dalam beragama? Apakah Malaikat Isrofil nanti juga akan langsung auto kafir karena beliau dapat tugas menirup terompet?

Apakah sopir bus yang membunyikan klakson juga auto kafir jika memencet bel telolet? Apakah seluruh ulama dan kaum muslim di Kota Semarang juga akan auto kafir atau auto murtad setiap menjelang Ramadhan, karena mereka selalu membunyikan meriam berbunyi Dheer, yakni tradisi Dugder, menabuh bedug dan menyalakan meriam? Bukankah meriam itu lebih besar apinya ketimbang kembang api? Bagaimana cara tobatnya kaum muslimin Semarang ya, Ustadz?" Sampai sekarang saya masih menunggu jawabannya.

5. Ada teman yang memprotes status saya yang dia anggap mendukung kaum kafir. Yaitu tidak ikut menolak pemakaian topi Santa Klaus dan tidak ikut menolak kegembiraan malam tahun baru. Kata dia, saya orang liberal dan tidak patuh pada ulama, yaitu MUI.

Saya jawab, "sy orang bodoh, jahil dalam agama. Makanya tidak tahu mana yang haram dan yang halal. Saya awam dalam ilmu kalam, maka tidak mengerti mana yang merusak akidah dan mana yang tidak. Maka mohon beritahu saya. Tunjukkanlah saya ke jalan yang benar. Mohon beritahu saya, apakah semua yang menyerupai itu neniru, dan apakah tasyabbuh itu dalam segala hal, lantas dinilai sebagai tindakan toleransi yang kebablasan, lalu diharamkan?

Kalau memakai topi Santa adalah tasyabuh dan itu dihukumi haram, lantas bagaimana dengan Rasulullah Muhammad SAW yang memakai jubah dan sorban, sedangkan semua orang kafir Arab waktu itu menyembah berhala memakai busana itu? Nabi Muhammad mengajarkan toleransi yang kebablasan? Melanggar fatwa MUI? Di mana beda antara budaya dan agama? Mengapa segala yang berbau budaya dimusuhi oleh Islam Anda? [dutaislam.or.id/ab]

Iklan