Dutaislam.or.id - Betul nian kata tuan Fahri Hamzah dalam twitternya beberapa waktu. Apa itu? Ia menyebut dengan tanda tanya kalau orang bertato lebih berbahaya daripada orang yang berjenggot. Duh, tuan Fahri memang selalu membuat tweet yang lumayan ngawur kali ini ada benarnya banyak walau salahnya sedikit. Lihat cuitan Tuan Fahri al-wakil partai emboh di DPR RI itu.
Foto Bu Susi (atas) bertato, dan (bawah) berjenggot, adalah Patrialis Akbar |
Tweet Fahri tersebut sebenarnya sudah tergambar jawabanya pada foto di atas. Bu Menteri Susi yang bertato ternyata tidak lebih berbahaya eksistensinya daripada yang berjenggot itu. Justru kalau Fahri mau melek sedikit, bukan merem-merem melek, ia akan tahu bahwa yang berjenggot kadang (kalau tidak mau disebut sering) lebih berbahaya daripada yang berjenggot.
Buktinya adalah Tuan Tengku Zulkarnain, pria berjenggot yang selama ini disebut ulama. Baru-baru ini, Tengku Zulkarnain membuat fitnah murahan kalau Islam Nusantara adalah proyek yang ada duitnya. Itu ia katakan ketika menjawab akun twitter Masnita Djisla yang heran karena sejak ngaji dari kecil tidak pernah mendengar istilah Islam Nusantara. Ini tweetnya:
Buktinya adalah Tuan Tengku Zulkarnain, pria berjenggot yang selama ini disebut ulama. Baru-baru ini, Tengku Zulkarnain membuat fitnah murahan kalau Islam Nusantara adalah proyek yang ada duitnya. Itu ia katakan ketika menjawab akun twitter Masnita Djisla yang heran karena sejak ngaji dari kecil tidak pernah mendengar istilah Islam Nusantara. Ini tweetnya:
Tweet Tengku Zulkarnain atas Islam Nusantara |
Tuduhan langsung yang tanpa konfirmasi tersebut dilontarkan Tengku Zulkarnaen dalam kapasitasnya sebagai, katakanlah, ulama sebelah. Ia tidak menyebut uangnya darimana, jumlah besaran berapa, dan mengapa isu Islam Nusantara sampai dibahas oleh petinggi negara-negara Eropa, Amerika hingga Timur Tengah. Wah, dananya bisa ribuan triluan itu.
Orang berjenggot wedus gibas begitu sepertinya tidak pernah mempelajari makna Islam Nusantara, yang sejak dijadikan tema Muktamar NU ke 33 di Jombang pada tahun 2015 lalu tetap menggema di jagad intelektual muslim dunia hingga saat ini, tanpa pengawalan, tanpa konsolidasi dan fokus gerakan seperti demo GNPF dalam aksi 212 atau 411.
Para penggerak kajian Islam Nusantara, terutama kalangan muda NU hingga kini tetap bergairah karena ia bukan aliran apalagi madzhab. Islam Nusantara adalah kajian Islam tanpa melupakan konteks budaya, tradisi dan kerukunan umat beragama. Dan itu sudah berlangsung ratusan tahun di bumi Nusantara.
Bagaimana dengan GNPF yang selalu panik tiap hari hingga harus mengadakan shalat subuh berjamaah dimana-mana, apa itu tanpa sokongan dana petro dollar? Apakah Tengku Wisnu, eh, Zulkarnain ding, tidak mendapatkan kucuran dana ratusan miliar dari pemesan demo? Apa itu tidak berbahaya dan tidak mengancam kesatuan bangsa?
Kirim saja uangnya ke Dutaislam.or.id, pasti lebih bermanfaat. Biar tidak digunakan untuk aksi kurangajar oleh pemilik tweet kurangajar itu. [dutaislam.or.id/ab]
Orang berjenggot wedus gibas begitu sepertinya tidak pernah mempelajari makna Islam Nusantara, yang sejak dijadikan tema Muktamar NU ke 33 di Jombang pada tahun 2015 lalu tetap menggema di jagad intelektual muslim dunia hingga saat ini, tanpa pengawalan, tanpa konsolidasi dan fokus gerakan seperti demo GNPF dalam aksi 212 atau 411.
Para penggerak kajian Islam Nusantara, terutama kalangan muda NU hingga kini tetap bergairah karena ia bukan aliran apalagi madzhab. Islam Nusantara adalah kajian Islam tanpa melupakan konteks budaya, tradisi dan kerukunan umat beragama. Dan itu sudah berlangsung ratusan tahun di bumi Nusantara.
Bagaimana dengan GNPF yang selalu panik tiap hari hingga harus mengadakan shalat subuh berjamaah dimana-mana, apa itu tanpa sokongan dana petro dollar? Apakah Tengku Wisnu, eh, Zulkarnain ding, tidak mendapatkan kucuran dana ratusan miliar dari pemesan demo? Apa itu tidak berbahaya dan tidak mengancam kesatuan bangsa?
Kirim saja uangnya ke Dutaislam.or.id, pasti lebih bermanfaat. Biar tidak digunakan untuk aksi kurangajar oleh pemilik tweet kurangajar itu. [dutaislam.or.id/ab]