Iklan

Iklan

,

Iklan

Resep Mbah Arwani Kudus Kepada yang Malas Ngaji Al-Qur'an

28 Jan 2017, 10:15 WIB Ter-Updated 2024-08-18T14:33:49Z
Download Ngaji Gus Baha

Oleh Moh. Yusuf

Dutaislam.or.id - Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang di turunkan oleh Allah s.w.t melalui Rasul Muhammad s.a.w. kepada umatnya. Kebenaran dan keotentikan Al-Qur’an sudah tidak bisa diragukan lagi, mulai dari sejak pertama kali ia diturunkan sampai detik ini Al-Qur’an tidak pernah mengalami perubahan apapun. Jelas ini membuktikan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab wahyu yang bersumber dari Allah s.w.t.

Turunnya Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah s.w.t. kepada umat Muhammad s.a.w. yang bertujuan menjadi penerang, sebagai petunjuk jalan supaya tidak tersesat arah dan tergelincir dalam kehidupan dunia, maka sudah selayaknya Al-Qur’an menghiasi setiap diri umat Islam sebagai acuan dan pedoman kehidupan sehari-hari.

Keistimewaan Al-Qur’an tidak hanya pada pesan dan ajaran yang kandungannya bahkan keutamaan Al-Qur’an meliputi setiap ayat-ayat dan setiap huruf-hurufnya. Membacanya mendapatkan kabaikan, membaca satu huruf Al-Qur’an akan memperoleh sepuluh kebaikan.

Membacanya akan mendatangkan cahaya dan dihindarkan dari kegelapan. Membacanya akan diliputi ketenangan, di curahkan rahmat, di hadiri para malaikat, dan di sanjung-sanjung oleh Allah s.w.t. di hadapan makhluk-makhluk yang lainnya. sebaliknya, rumah yang tidak ada bacaan Al-Qur’an di dalamnya, rumah tersebut laksana kuburan, seram dan menakutkan, sebab iblis dan syetan bersarang di dalamnya. Kelak pada hari kiamat para pecinta Al-Qur’an akan memperoleh derajat yang istimewa di sisi Allah s.w.t.

Tetapi sementara ini sangat disayangkan, ternyata masih banyak umat Islam yang belum lancar bahkan ada yang belepotan dan mirisnya lagi ada yang sama sekali belum bisa membaca Al-Qur’an. Bagaimana bisa dapat memahami dan mengamalkan Al-Qur’an sedangkan membacanya saja jarang-jarang, malas membaca, atau bahkan ada yang mengenal hurufnya saja tidak bisa. Na’udzubillah.

Ada beberapa alasan kenapa pada akhirnya di antara sebagain umat Islam malas dan enggan membaca Al-Qur’an. K.H. M. Arwani Amin Kudus atau yang biasa dikenal dengan Mbah Arwani Kudus, suatu ketika pernah berpesan kepada para santri-santrinya supaya tetap semangat belajar dan mengaji Al-Qur’an sepanjang hidup. Pertama adalah, jangan dilihat siapa pengajarnya. Kedua, tidak boleh malu karena umur. Ketiga, butuh waktu lama.

Bukan tanpa alasan beliau berpesan demikian kepada para santri, wejangan tersebut beliau sarikan dari teladan kehidupan Nabi Muhammad s.a.w. sebagai pembawa Al-Qur’an kepada para umatnya.
Pertama jangan di lihat siapa pengajarnya, hal ini sangatlah urgen, yang perlu di perhatikan adalah bahwa pengajar tersebut memang benar-benar bagus sudah di kenal bacaan dan kefasihan Al-Qur’annya.

Sebab tidak jarang sebagain dari umat Islam ini enggan belajar Al-Qur’an karena ia memiliki pangkat dan kedudukan yang tinggi kemudian ia merasa gengsi untuk belajar Al-Qur’an sebab pengajarnya bukanlah siapa-siapa didalam status sosial.

Alasan di atas jelas lemah sekali. Kalau kita berkaca kepada sejarah Nabi Muhammad s.a.w. kita akan menemukan bagaimana Muhammad s.a.w. yang berkedudukan paling agung dan mulia diantara semua makhluk ciptaan Allah s.w.t. sudi dan tekun belajar Al-Qur’an kepada Malaikat Jibril. Maka, dengan demikian tidak ada alasan lagi merendahkan status guru ngaji Al-Qur’an.

Kedua, merasa malu karena sudah merasa tua, alasan semaca ini juga tidak dapat dibenarkan. Kembali kita belajar dari tauladan sejarah Nabi Muhammad s.a.w. bahwa, di dalam sejarah beliau di sebutkan mulai belajar Al-Qur’an kepada Malaikat Jibril, yaitu ketika (menerima wahyu) dari Allah melalui Malaikat Jibril. Umur beliau ketika itu sudah berumur 40 tahun. Maka, dengan demikian alasan sudah berumur sehingga enggan belajar Al-Qur’an adalah alasan yang naif dan mengada-ada.

Ketiga butuh waktu lama, terkadang banyak ditemukan bahwa malas belajar dan mengaji Al-Qur’an karena memakan waktu yang lama. Alasan semacam ini juga sangatlah lemah kalau kita benar-benar ingin di akui sebagai umat Nabi Muhammad s.a.w. perjalanan sejarah beliau menyebutkan bahwa beliau belajar (bertalaqqi) kepada Malaikat Jibril mulai umur 40 tahun sampai menjelang wafat beliau, yaitu umur 63 tahun. [dutaislam.or.id/ ab]

Moh Yusuf, Wakil Ketua LPT NU Magetan, Jatim

Iklan