ilustrasi |
Oleh Ichwan DS
Dutaislam.or.id - Kemarin ada dua kawan saya berbincang soal ajakan melaksanakan sholat Subuh berjamaah oleh tokoh ormas Islam dengan tema "Memilih Pemimpin Islam". Penasaran cerita teman saya itu, silakan baca:
Kawan 1: Kang, aku dapat undangan menghadiri sholat subuh berjamaah di sebuah masjid di Jakarta. Yang akan datang adalah Amien Rais, tokoh-tokoh FPI, HTI, Cagub AHY dan Cagub Anies. Usai sholat subuh akan ada ceramah yang topiknya "Memilih Pempimpin Islam".
Kawan 2: Oh. Wah, hebat sampeyan, jarang jamaah subuh kok diajak jamaah subuh. Ada ceramahnya para tokoh lagi. Pasti dapat snack atau bahkan sarapan tuh.
Kawan 1: Iya. Orang-orang yang sepertiku banyak yang bilang mau ikut. Mereka jarang sholat jamaah, apalagi jamaah subuh. Tapi ini karena diundang, apalagi yang ngundang tokoh-tokoh Islam, mereka pada semangat datang. Semangatnya kayak demo 411 dan 212 yang lalu.
Kawan 2: Wah, pasti ramai tuh. Masjidnya pasti penuh tuh. Kayaknya bakal banyak spanduk dan liputan media tuh. Kamu itu saja, siapa tahu wajahmu masuk Tivi. Mertuamu nanti akan tahu bahwa kamu ternyata menantu yang rajin sholat subuh berjamaah.
Kawan 1: Aku tertarik ceramahnya juga Kang. Pasti bagus itu nanti. Kita yang umat Islam akan diberi panduan bagaimana memilih pemimpin Islam, sesuai temanya. Aqidah kita harus dijaga, jangan sampai rusak karena tidak mau memilih pempimpin Islam.
Kawan 2: Oh Ya. Emang yang ceramah itu ulama? Meraka tahu apa yang disebut Pemimpin Islam?. Apa mereka sudah paham isi kitabnya Imam Ghozali, kitabnya Imam Al Mawardi? Apa mereka sudah mengerti bagaiman sosok dan kriteria pemimpin Islam itu apa?
Kawan 1: Wah. Entahlah, Kang. Aku tidak tahu. Yg kutahu mereka itu adalah tokoh-tokoh islam level nasional. Mereka bahkan ada yang petinggi MUI. FPI itu isinya para habib, keturunan Rasululllah lho Kang. Amien Rais malah mantan Ketua PP Muhammadiyah. Selama ini yang kutahu, mereka selalu mengatakan bahwa memilih pemimpin itu ya yang agamanya Islam. Jangan memilih yang non Islam. Jangan memilih yang kafir. Dasarnya ya Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat ke-51 yang sangat populer itu.
Kawan 2: Lho. kamu ini gimana to, Kang. Wong topiknya Memilih Pemimpin Islam, kok dimaknai memilih calon gubernur yang beragama Islam. Kamu ini masih waras atau tidak, Kang? Coba baca baik baik dan ulangi baca undangan yang kau terima itu. Bukankah kamu ini sarjana? Bahkan sarjana agama?
Kawan 1: Lho. Aku ini waras Kang. Sangat waras. Otakku masih normal, pikiranku masih sehat. Jangan kau pertanyakan pula soal gelar kesarjanaanku.
Kawan 2: Kalau memang masih normal dan sehat, sudah sarjana pula, mengapa kamu dan banyak orang lain tidak bisa menjelaskan padaku, apa itu pemimpin Islam?
Kawan 1: Kan sudah jelas dari sejak Oktober lalu. Sejak demo pertama kali di Jakarta itu. Pokoknya jangan pilih Ahok. Ahok itu bukan Islam. Warga DKI haus memilih pemimpin Islam. Yang beragama Islam. Kalau tidak memilih calon yang beragama Islam berarti memilih orang kafir sebagai pemimpin. Itu jelas rusak akidahnya, batal imannya. Kafir atau minimal munafiq hukumnya.
Kawan 2: Kau dengar itu dari siapa?
Kawan 1: Ya dari para habib, para ulama. Termasuk pak Amien Rais dan Habib Rixieq Shihab sendiri. Memilih Pemimpin Islam itu ya jangan pilih Ahok. Pilih saja Agus Harimurti atau Anies Baswedan. Makanya dua cagub itu akan datang di sholat subuh berjamaah nanti. Calon itulah yang diminta didukung oleh umat Islam.
Kawan2: E alah Kaaang Kang.. Aku terpaksa harus menasehati kamu. Begini lho Kang. Sederhananya begini, pemimpin Islam itu ya pemimpin dalam agama Islam. Pemimpin yang seperti Rasulullah, para sahabat, atau misalnya pemimpin Nahdlatul Ulama atau pemimpin MUI atau Muhammadiyah. Ya tentu harus yang beragama Islam. Bodoh dan gila kalau orang Islam memilih pemimpin Islam yang bukan beragama Islam. Aku pun tidak akan goblok menukarkan akidahku dengan memilik Ahok sebagai pemimpin Islam. Ya jelas rusak imannya kalau memilik non muslim sebagai Pemimpin Islam. Islam sendiri jelas akan rusak kalau dipimpin oleh Ahok atau siapapun yg beragama non Islam.
Kawan 1: Lha. Terus?
Kawan 2: Ini Pilkada, Kang. Pilkada. Memilih Kepala Daerah. Gubernur DKI. Gubernur itu kepala pemerintahan yang berkewajiban menjadi pelayan rakyat. Dia bukan Pemimpin Islam. Lha wong sholat subuh berjamaah kok dipolitisir untuk mendukung calon gubernur. Masjid kok dipakai untuk kepentingan politik. Itu jelas penistaan. Itu jelas menista baitullah, tempat suci umat Islam.
Kawan 1: Lho Kang. Kamu ini kok malah menuduh Amien Rais dan Habib RIzieq dan kawan-kawan menista agama dan masjid. Wah, lha terus kalau aku ikut jamaah di situ, berarti menjadi bagian dari penistaan dong. Berarti aku ikut menodai agamaku dan masjidku, menista kesucian tempat ibadahku dengan kampanye politik. Dan itu berarti melanggar UU Pemilu ya Kang. Wah, bisa ditangkap Bawaslu juga aku nanti.
Kawan 2: Silakan datangai itu masjid. Ikuti saja jamaah dan ceramahnya. Besok aku akan melaporkan ke polisi dan Bawaslu, meminta agar diproses kasus penistaan alias penodaan agama dan juga Pelanggaran Kampanye di tempat ibadah. [dutaislam.or.id/ab]
Dutaislam.or.id - Kemarin ada dua kawan saya berbincang soal ajakan melaksanakan sholat Subuh berjamaah oleh tokoh ormas Islam dengan tema "Memilih Pemimpin Islam". Penasaran cerita teman saya itu, silakan baca:
Kawan 1: Kang, aku dapat undangan menghadiri sholat subuh berjamaah di sebuah masjid di Jakarta. Yang akan datang adalah Amien Rais, tokoh-tokoh FPI, HTI, Cagub AHY dan Cagub Anies. Usai sholat subuh akan ada ceramah yang topiknya "Memilih Pempimpin Islam".
Kawan 2: Oh. Wah, hebat sampeyan, jarang jamaah subuh kok diajak jamaah subuh. Ada ceramahnya para tokoh lagi. Pasti dapat snack atau bahkan sarapan tuh.
Kawan 1: Iya. Orang-orang yang sepertiku banyak yang bilang mau ikut. Mereka jarang sholat jamaah, apalagi jamaah subuh. Tapi ini karena diundang, apalagi yang ngundang tokoh-tokoh Islam, mereka pada semangat datang. Semangatnya kayak demo 411 dan 212 yang lalu.
Kawan 2: Wah, pasti ramai tuh. Masjidnya pasti penuh tuh. Kayaknya bakal banyak spanduk dan liputan media tuh. Kamu itu saja, siapa tahu wajahmu masuk Tivi. Mertuamu nanti akan tahu bahwa kamu ternyata menantu yang rajin sholat subuh berjamaah.
Kawan 1: Aku tertarik ceramahnya juga Kang. Pasti bagus itu nanti. Kita yang umat Islam akan diberi panduan bagaimana memilih pemimpin Islam, sesuai temanya. Aqidah kita harus dijaga, jangan sampai rusak karena tidak mau memilih pempimpin Islam.
Kawan 2: Oh Ya. Emang yang ceramah itu ulama? Meraka tahu apa yang disebut Pemimpin Islam?. Apa mereka sudah paham isi kitabnya Imam Ghozali, kitabnya Imam Al Mawardi? Apa mereka sudah mengerti bagaiman sosok dan kriteria pemimpin Islam itu apa?
Kawan 1: Wah. Entahlah, Kang. Aku tidak tahu. Yg kutahu mereka itu adalah tokoh-tokoh islam level nasional. Mereka bahkan ada yang petinggi MUI. FPI itu isinya para habib, keturunan Rasululllah lho Kang. Amien Rais malah mantan Ketua PP Muhammadiyah. Selama ini yang kutahu, mereka selalu mengatakan bahwa memilih pemimpin itu ya yang agamanya Islam. Jangan memilih yang non Islam. Jangan memilih yang kafir. Dasarnya ya Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat ke-51 yang sangat populer itu.
Kawan 2: Lho. kamu ini gimana to, Kang. Wong topiknya Memilih Pemimpin Islam, kok dimaknai memilih calon gubernur yang beragama Islam. Kamu ini masih waras atau tidak, Kang? Coba baca baik baik dan ulangi baca undangan yang kau terima itu. Bukankah kamu ini sarjana? Bahkan sarjana agama?
Kawan 1: Lho. Aku ini waras Kang. Sangat waras. Otakku masih normal, pikiranku masih sehat. Jangan kau pertanyakan pula soal gelar kesarjanaanku.
Kawan 2: Kalau memang masih normal dan sehat, sudah sarjana pula, mengapa kamu dan banyak orang lain tidak bisa menjelaskan padaku, apa itu pemimpin Islam?
Kawan 1: Kan sudah jelas dari sejak Oktober lalu. Sejak demo pertama kali di Jakarta itu. Pokoknya jangan pilih Ahok. Ahok itu bukan Islam. Warga DKI haus memilih pemimpin Islam. Yang beragama Islam. Kalau tidak memilih calon yang beragama Islam berarti memilih orang kafir sebagai pemimpin. Itu jelas rusak akidahnya, batal imannya. Kafir atau minimal munafiq hukumnya.
Kawan 2: Kau dengar itu dari siapa?
Kawan 1: Ya dari para habib, para ulama. Termasuk pak Amien Rais dan Habib Rixieq Shihab sendiri. Memilih Pemimpin Islam itu ya jangan pilih Ahok. Pilih saja Agus Harimurti atau Anies Baswedan. Makanya dua cagub itu akan datang di sholat subuh berjamaah nanti. Calon itulah yang diminta didukung oleh umat Islam.
Kawan2: E alah Kaaang Kang.. Aku terpaksa harus menasehati kamu. Begini lho Kang. Sederhananya begini, pemimpin Islam itu ya pemimpin dalam agama Islam. Pemimpin yang seperti Rasulullah, para sahabat, atau misalnya pemimpin Nahdlatul Ulama atau pemimpin MUI atau Muhammadiyah. Ya tentu harus yang beragama Islam. Bodoh dan gila kalau orang Islam memilih pemimpin Islam yang bukan beragama Islam. Aku pun tidak akan goblok menukarkan akidahku dengan memilik Ahok sebagai pemimpin Islam. Ya jelas rusak imannya kalau memilik non muslim sebagai Pemimpin Islam. Islam sendiri jelas akan rusak kalau dipimpin oleh Ahok atau siapapun yg beragama non Islam.
Kawan 1: Lha. Terus?
Kawan 2: Ini Pilkada, Kang. Pilkada. Memilih Kepala Daerah. Gubernur DKI. Gubernur itu kepala pemerintahan yang berkewajiban menjadi pelayan rakyat. Dia bukan Pemimpin Islam. Lha wong sholat subuh berjamaah kok dipolitisir untuk mendukung calon gubernur. Masjid kok dipakai untuk kepentingan politik. Itu jelas penistaan. Itu jelas menista baitullah, tempat suci umat Islam.
Kawan 1: Lho Kang. Kamu ini kok malah menuduh Amien Rais dan Habib RIzieq dan kawan-kawan menista agama dan masjid. Wah, lha terus kalau aku ikut jamaah di situ, berarti menjadi bagian dari penistaan dong. Berarti aku ikut menodai agamaku dan masjidku, menista kesucian tempat ibadahku dengan kampanye politik. Dan itu berarti melanggar UU Pemilu ya Kang. Wah, bisa ditangkap Bawaslu juga aku nanti.
Kawan 2: Silakan datangai itu masjid. Ikuti saja jamaah dan ceramahnya. Besok aku akan melaporkan ke polisi dan Bawaslu, meminta agar diproses kasus penistaan alias penodaan agama dan juga Pelanggaran Kampanye di tempat ibadah. [dutaislam.or.id/ab]