Dari kiri: Habib Farid, Kiai Said Aqil Siraj, Kiai Hayatun, di Gedung NU Jepara, Kamis (05/01/2017) Foto: Dutaislam.or.id/ab |
Dutaislam.or.id - Dalam perbincangan santai, hangat dan penuh canda yang berlangsung sekitar 17 menit di ruang tanfidziyah Gedung PCNU Jepara Jl. Pemuda 51 Jepara, pada Kamis (05/01/2017) petang, KH Said Aqil Siraj sempat ditanya oleh beberapa orang yang ikut dalam forum, utamanya soal fitnah yang akhir-akhir ini santer dimediakan oleh minhum.
Selain di Malang (soal tanah Seminari), hasil kerja Kiai Said membantu menyelamatkan tanah negara di Bandung juga disoal oleh para haters NU dan Kiai Said. (Baca: Kiai Said Kembali Dituduh Soal SMA Kristen Dago)
Hanya bermodal foto gedung sekolah yang di sebelahnya ada papan bertuliskan "Bangunan Ini Didirikan Atas Kerjasama dengan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA..Tanggal 11 Desember 2013," mereka langsung menyebut Kiai Said ulama' suu, pendukung Kristen dan disebut sebagai yang lunak kepada Kristen dan keras kepada muslim. Duh biyung, duh buyung!
Padahal, jika mereka mau konfirmasi ke Kiai Said, mereka akan menemukan jawaban. Dalam forum yang dihadiri oleh puluhan pengurus cabang NU Jepara tersebut, Kiai Said menjelaskan polemik SMA Kristen Dago. Kiai Said mengatakan, sekolah SMA di Bandung yang beralmat di Jl. Ir. H. Juanda No. 93 Bandung, Jawa Barat, di mana BJ. Habibie juga pernah sekolah di sana, dulu tanahnya adalah milik Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, tanah itu statusnya adalah milik negara. Tapi, terang Kiai Said, di kemudian hari ada mafia Cina juga yang menggugat tanah itu ke pengadilan. Namanya Edward Sudajaya. Ironisnya, negara kalah. "Coba bayangkan, negara kalah oleh mafia," imbuh Kiai Said.
Kepada Dutaislam.or.id, Kiai Said menyatakan kalau gugatan mafia atas tanah negara di Dago itu terjadi tahun 2002, ketika Boediono menjadi menteri keuangan. Yang tanda tangan juga Boediono. "Negara kalah oleh mafia, sekalian saja istana negara digugat, hakimnya digrojok duit, polisi bisa menang," kata Kiai Said Aqil kesal mendengar cerita itu.
Untuk membela tanah, negara ternyata tidak ada yang membiayai gugatan mafia. Ini masalah yang memberatkan juga, "nasionalisme saya bangkit, sudah, (akhirnya) saya (putuskan) bela, yang saya bela Cina Kristen, tapi dalam hal negara masak kalah dengan mafia," ujar Kiai Said petang itu kepada puluhan pengurus NU Cabang yang hadir, didampingi KH Ubaidillah Nur Umar, Rais Syuriah PCNU Jepara dan KH Hayatun, Ketua PCNU Jepara.
Ketika ditanya Dutaislam.or.id, mengapa lalu dikaitkan membela Kristen, Kiai Said hanya jawab, "lho katanya ukhuwah wathaniyah, kalau membela orang yang didholimi, (kok) salah, Padahal, sama-sama Cina sebetulnya (yang sedang konflik, red)," jawab Kiai Said. "Saya membela negara, nasionalisme," tambahnya.
"Orang kalau diangkat oleh Allah, bangun tidur itu sudah fitnah, jenengan tidak kuat, saya juga tidak kuat," kata Habib Farid kepada Dutaislam.or.id yang ketika itu hadir mendampingi Kiai Said dan juga mendoakannya, "nahdliyyin yang berat. Semoga NKRI utuh dan tidak mudah dipecah belah," imbuh Habib Farid. Ia menyarankan kepada kru redaksi Dutaislam.or.id yang hadir di situ agar menulis klarifikasi Kiai Said karena hapenya jadul. Hahaha. Siap Habib, sudah jadi! [dutaislam.or.id/ab]
Selain di Malang (soal tanah Seminari), hasil kerja Kiai Said membantu menyelamatkan tanah negara di Bandung juga disoal oleh para haters NU dan Kiai Said. (Baca: Kiai Said Kembali Dituduh Soal SMA Kristen Dago)
Hanya bermodal foto gedung sekolah yang di sebelahnya ada papan bertuliskan "Bangunan Ini Didirikan Atas Kerjasama dengan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA..Tanggal 11 Desember 2013," mereka langsung menyebut Kiai Said ulama' suu, pendukung Kristen dan disebut sebagai yang lunak kepada Kristen dan keras kepada muslim. Duh biyung, duh buyung!
Padahal, jika mereka mau konfirmasi ke Kiai Said, mereka akan menemukan jawaban. Dalam forum yang dihadiri oleh puluhan pengurus cabang NU Jepara tersebut, Kiai Said menjelaskan polemik SMA Kristen Dago. Kiai Said mengatakan, sekolah SMA di Bandung yang beralmat di Jl. Ir. H. Juanda No. 93 Bandung, Jawa Barat, di mana BJ. Habibie juga pernah sekolah di sana, dulu tanahnya adalah milik Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, tanah itu statusnya adalah milik negara. Tapi, terang Kiai Said, di kemudian hari ada mafia Cina juga yang menggugat tanah itu ke pengadilan. Namanya Edward Sudajaya. Ironisnya, negara kalah. "Coba bayangkan, negara kalah oleh mafia," imbuh Kiai Said.
Kepada Dutaislam.or.id, Kiai Said menyatakan kalau gugatan mafia atas tanah negara di Dago itu terjadi tahun 2002, ketika Boediono menjadi menteri keuangan. Yang tanda tangan juga Boediono. "Negara kalah oleh mafia, sekalian saja istana negara digugat, hakimnya digrojok duit, polisi bisa menang," kata Kiai Said Aqil kesal mendengar cerita itu.
Untuk membela tanah, negara ternyata tidak ada yang membiayai gugatan mafia. Ini masalah yang memberatkan juga, "nasionalisme saya bangkit, sudah, (akhirnya) saya (putuskan) bela, yang saya bela Cina Kristen, tapi dalam hal negara masak kalah dengan mafia," ujar Kiai Said petang itu kepada puluhan pengurus NU Cabang yang hadir, didampingi KH Ubaidillah Nur Umar, Rais Syuriah PCNU Jepara dan KH Hayatun, Ketua PCNU Jepara.
Ketika ditanya Dutaislam.or.id, mengapa lalu dikaitkan membela Kristen, Kiai Said hanya jawab, "lho katanya ukhuwah wathaniyah, kalau membela orang yang didholimi, (kok) salah, Padahal, sama-sama Cina sebetulnya (yang sedang konflik, red)," jawab Kiai Said. "Saya membela negara, nasionalisme," tambahnya.
"Orang kalau diangkat oleh Allah, bangun tidur itu sudah fitnah, jenengan tidak kuat, saya juga tidak kuat," kata Habib Farid kepada Dutaislam.or.id yang ketika itu hadir mendampingi Kiai Said dan juga mendoakannya, "nahdliyyin yang berat. Semoga NKRI utuh dan tidak mudah dipecah belah," imbuh Habib Farid. Ia menyarankan kepada kru redaksi Dutaislam.or.id yang hadir di situ agar menulis klarifikasi Kiai Said karena hapenya jadul. Hahaha. Siap Habib, sudah jadi! [dutaislam.or.id/ab]