Iklan

Iklan

,

Iklan

Ya Allah, Bali Kok Kini Dikoyak Phobia Islam. Ada Apa?

1 Jan 2017, 20:40 WIB Ter-Updated 2024-08-30T00:44:09Z
Download Ngaji Gus Baha

Dutaislam.or.id - Pasca 212, warga Bali yang mayoritas Hindu kini terkoyak oleh aksi intoleran yang phobia terhadap simbol-simbol agama Islam dan even-even yang berbau Islam. Ada yang mengklaim, aksi tersebut adalah kesadaran beragama warga Hindu di Bali yang kian gundah dan khawatir dengan kelompok Islam garis keras yang hendak mengusai Bali.

Pengumuman Maulid Nabi Muhammad bersama Habib Luthfi bin Yahya yang akan digelar 4 Januari 2017 pun harus diganti teks kaligrafi Arabnya karena didesak oleh warga Hindu di sana, yang katanya, sudah bekerjasama dengan aparat setempat. Panitia acara pun mengalah lalu menghapus kaligrafi Arab yang tidak diijinkan oleh warga. Ini foto yang beredar:


Menghapus Kaligrafi Arab

Dutaislam.or.id tidak berhasil menghubungi panitia acara di Bali. Namun, keterangan yang didapatkan dari sumber terpercaya, tulisan tersebut awalnya hanya kaligrafi Arab. Tidak jelas yang diprotes, tapi jika alergi tulisan Arab, lalu itu disebut Islam, sungguh ironisme tanpa sadar fakta yang ada. Arab hanya abjad. Orang Arab pun tidak hanya muslim. Mengindentikkan Arab dengan Islam adalah kekeliruan yang menganga.

"Siapapun membuat acara di Bali agar memahami pakem pakem budaya Bali dengan baik. Sering2 berkonsultasi dgn sesepuh masyarakat dan tokoh Hindu dan adat Bali. Dimana bumi dipikak, disana langit dijunjung. Umat Hindu Bali tdk pernah melarang kegiatan agama apapun, selama simbol simbol Bali dijaga dengan baik," tulis Dr. Aryawedakarna, salah satu anggota DPD RI dari Bali di fanpage Facebooknya.

Dalam akun tersebut dituliskan bahwa masyarakat Bali menolak kata Bali dalam barisan kata "Bali Bersholawat" serta menolak diikutkannya logo pulau Bali dalam kaligrafi Arab.

Foto lain yang berbau anti Islam (islamphobia) adalah beredarnya larangan menggunakan jilbab untuk para karyawan Smart Fren yang diatasnamakan Aliansi Hindu Muda Indonesia dalam sebuah baliho. Bahkan terang sekali tertulis di sana, "Bali Tolak Gerakan Syariah".

Bali Tolak Gerakan Syariah

Bukan hanya karyawan Smart Fren, karyawan di Hypermart juga konon dilarang menggunakan jilbab saat bekerja. Bank Syariah pun ditolak berdiri di Bali. Gejala apa yang akan terjadi dengan suasana tidak menentu ini. Apakah ini aksi balasan di belahan lain yang dianggap menyudutkan minortas agama tertentu pasca 212?

Pesan Gus Dur yang selalu melindungi minorotas, serasa penting diingat kembali. Dalam toleransinya, Gus Dur sebetulnya hanya ingin mengatakan, "kami telah melindungi saudara seiman kalian di sini, jadi tolong lindungi saudara-saudara kami yang berada di situ, di wilayah non-muslim". Sayang, hal itu pudar sejak aksi arogan menuntut Ahok dengan cara-cara tidak elegan menggunakan pengerahan massa. Kangen Gus Dur ya Allah. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan