KH Said Aqil Siraj saat menyampaikan kuliah umum di Unisnu Jepara, Kamis (05/01/2017) sore. Foto: dutaislam.or.id/ dedimerisa |
Dutaislam.or.id - Kelimpungan ingin menjatuhkan Ketua Umum KH Said Aqil Siraj kepada publik netizen, Fanpage Garis Lurus kembali memutar kaset usang tak bermutu dari situs pemecah belah umat Islam, jurnalmuslim.com. Nama situsnya sih keren, jurnalmuslim, tapi isinya busuk, menghina kiai dan ulama.
Dalam berita penuh asumsi, opini, dan bumbu fitnah, berita jurnalmuslim -yang pernah diblokir Menkominfo-, diberi judul provokatif, "Said Aqil Siroj Nyatakan Imam Al Ghazali Sesat, Rusak & Jauh dari Sunnah Rasulullah". Dalam berita tersebut, tidak ada konfirmasi Kiai Said langsung, isinya penuh dengan hujatan.
Oleh Fanpage Garis Lurus, postingan itu diberi catatan ngawur, "Ini menghina tidak? Ooh, mungkin hujjatul Islam al-Ghazali bukan pimpinan NU," begitulah cara fitnah kelompok yang sudah berkali-kali dibongkar habis kelakukan buruknya itu. Ini screenshoot yang didapatkan Dutaislam.or.id dari pembaca setia, lalu dicek kebenarannya ke lokasi fanpage kurangajar itu.
Dalam berita penuh asumsi, opini, dan bumbu fitnah, berita jurnalmuslim -yang pernah diblokir Menkominfo-, diberi judul provokatif, "Said Aqil Siroj Nyatakan Imam Al Ghazali Sesat, Rusak & Jauh dari Sunnah Rasulullah". Dalam berita tersebut, tidak ada konfirmasi Kiai Said langsung, isinya penuh dengan hujatan.
Oleh Fanpage Garis Lurus, postingan itu diberi catatan ngawur, "Ini menghina tidak? Ooh, mungkin hujjatul Islam al-Ghazali bukan pimpinan NU," begitulah cara fitnah kelompok yang sudah berkali-kali dibongkar habis kelakukan buruknya itu. Ini screenshoot yang didapatkan Dutaislam.or.id dari pembaca setia, lalu dicek kebenarannya ke lokasi fanpage kurangajar itu.
Caption kacau page garis bencong lurik lurik |
Dari segi berita, jelas jurnalmuslim.com adalah situs propaganda haters NU dan ulama. Hampir semua link dalam post berita itu dipenuhi usulan membaca judul lain yang menghina Kiai Said Aqil tanpa klarifikasi, apalagi kebenaran. (Baca: Bimbing 2 Warga Jepang Masuk Islam, Ini Pesan Damai Kiai Said kepada Mereka)
Saat mengisi kuliah umum di Kampus Universitas Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara pada Kamis (05/01/2017) sore pukul 15.00 WIB, KH Said Aqil Siraj sempat memberikan keterangan soal sulitnya menjadi islam yang moderat. Kebetulan Dutaislam.or.id mengikuti kuliah tersebut hingga selesai dan merekamnya (durasi 1 jam lebih 18 menit).
Kiai Said menyampaikan hal tersebut karena tema yang diangkat adalah "Inklusivisme Islam Nusantara: Upaya Preventif Terhadap Politisasi Agama". Keterangan di bawah ini sekaligus bantahan kepada haters NU yang menyebut Kiai Said menyesat-nyesatkan Imam Ghazali. Naudzubillah. Itu tuduhan tanpa bukti yang isinya fiksi, dongeng murahan tanpa nurani.
"Imam Asy'ari berjasa besar dalam tawassuth fil aqidah. Imam Ghazali berjasa besar (dalam) tawassuth fil akhlaq. Ada orang shalat dhahirnya saja bagus. Kata Fuqoha, yang penting wudlu sempurna, hadap qiblat, sah sudah. Kata ahli tassawuf, yang penting hatinya khudhu', khuyu', sholat pakai singlet, tidak apa-apa, asal hatinya hatinya khusyu'. Kata Imam Ghazali, dua-duanya," papar Kiai Said.
Ia melanjutkan, Syariat bagaikan pondasi bangunan dan tasawuf bagaikan genteng (atap), "dan pagar keliling bangunan ini, akhlaqul karimah," terangnya. Pondasi tanpa genteng, kata Kiai Said bukanlah bangunan. Genteng tanpa bangunan, juga bukan bagunan. Islam adalah hatinya baik (hakikat), dhahirnya juga baik (syariat).
Ada orang yang shalatnya rajin, bagus, tapi hatinya takabbur, hasud, dengki, dendam, percuma shalatnya. Atau sebaliknya, hatinya sabar, syukur, ridho, qona'ah, zuhud, tapi tidak sholat, percuma juga itu. Dua-duanya (syariat dan hakikat tasawuf) harus ada.
Imam Ghazali bertawassuth dalam akhlaq berdasarkan ayat "fakhla' na'laika innaka bil waadil muqaddasi thuwa/ Hai Musa, copot kedua sandalmu, sesungguhnya engka berada di lembah suci bernama Thuwa". Allah memanggil Nabi Musa, sampai ke jurang Thuwa, Allah mengatakan: lepaskan sandalmu wahai, Musa!.
"Nabi Musa diperintah Allah hanya untuk nyopot sandal, jauh-jauh dipanggil hanya untuk mencopot sandal, masya Allah," papar Kiai Said ke ribuan hadirin. Kata ahli tasawuf, itu bukan sandal, tapi dua hawa nafsu, ghodlobiyah (marah) dan syahwatiyah (keinginan duniawi). Kata ahli tafsir lain (syariat), kalian membaca tidak, lafadznya pakai na'laika (dua sandalmu), kenapa tidak sebut langsung sandal. Kata Imam Ghazali, "dua-duanya".
"Nabi Musa sampai di hadapan hadratilllah, di Sinai, jurang Thuwa, sandal suruh dilepas, hawa nafsu suruh dilepas, dua-duanya," tandas Kiai Said, "sebagaima kita masuk ke masjid, sandalnya dilepas atau tidak? (hadirin: lepasss!), hawa nafsuunya? (hadirin: dilepas!), selesai shalat di masjid, sandal dipakai lagi tidak (hadirin: dipakai!), hawa nafsunya? (hadirin: dipakai lagi)," imbuh kiai Said disambut tawa ribuan hadirin.
Jadi, ketika Imam Ghazali menulis Ihya, separo syariat, separo hakikat. "Separo terakhir dibagi dua, rub'ul muhlikaat (apa saja yang bisa menjerumuskan manusia kepada kerusakan) dan rub'ul munjiyat (apa yang bisa menyebabkan manusia kepada kebahagiaan," jelas Kiai Said.
Menurut KH Said Aqil Siraj, untuk menjadi ekstrim kiri atau kanan, tidak sulit. Keterangan tentang Imam Ghazali di atas sengaja diberikan penjelasannya kepada hadirin karena menyampaikan ihwal sulitnya menjadi umat Islam yang tawassuth. Ulama yang berjasa bertawasuth dalam bidah fiqih adalah Imam Syafii, dalam bidang tauhid, Imam Asy'ary, dan Imam Ghazali adalah ulama yang paling berjasa besar dalam tawassuth akhlaq.
Pertanyaan, mengapa Kiai Said disebut menyesatkan Imam Ghazali? Jika Anda mau jawab, itu hanya bualan situs-situs radikal yang tidak suka ulama dan Islam moderat berkembang. Mereka adalah pembenci yang tidak paham sejarah, termasuk sejarah intimidasi Kiai Said oleh rezim wahabi, yang konon, jika disertasinya bertolak belakang dengan wahabi, ia tidak akan lulus? Jelas kan siapa yang bohong dan siapa yang suka dibohongi? Salam waras! Bersambung! [dutaislam.or.id/ab]
Saat mengisi kuliah umum di Kampus Universitas Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara pada Kamis (05/01/2017) sore pukul 15.00 WIB, KH Said Aqil Siraj sempat memberikan keterangan soal sulitnya menjadi islam yang moderat. Kebetulan Dutaislam.or.id mengikuti kuliah tersebut hingga selesai dan merekamnya (durasi 1 jam lebih 18 menit).
Kiai Said menyampaikan hal tersebut karena tema yang diangkat adalah "Inklusivisme Islam Nusantara: Upaya Preventif Terhadap Politisasi Agama". Keterangan di bawah ini sekaligus bantahan kepada haters NU yang menyebut Kiai Said menyesat-nyesatkan Imam Ghazali. Naudzubillah. Itu tuduhan tanpa bukti yang isinya fiksi, dongeng murahan tanpa nurani.
"Imam Asy'ari berjasa besar dalam tawassuth fil aqidah. Imam Ghazali berjasa besar (dalam) tawassuth fil akhlaq. Ada orang shalat dhahirnya saja bagus. Kata Fuqoha, yang penting wudlu sempurna, hadap qiblat, sah sudah. Kata ahli tassawuf, yang penting hatinya khudhu', khuyu', sholat pakai singlet, tidak apa-apa, asal hatinya hatinya khusyu'. Kata Imam Ghazali, dua-duanya," papar Kiai Said.
Ia melanjutkan, Syariat bagaikan pondasi bangunan dan tasawuf bagaikan genteng (atap), "dan pagar keliling bangunan ini, akhlaqul karimah," terangnya. Pondasi tanpa genteng, kata Kiai Said bukanlah bangunan. Genteng tanpa bangunan, juga bukan bagunan. Islam adalah hatinya baik (hakikat), dhahirnya juga baik (syariat).
Ada orang yang shalatnya rajin, bagus, tapi hatinya takabbur, hasud, dengki, dendam, percuma shalatnya. Atau sebaliknya, hatinya sabar, syukur, ridho, qona'ah, zuhud, tapi tidak sholat, percuma juga itu. Dua-duanya (syariat dan hakikat tasawuf) harus ada.
Imam Ghazali bertawassuth dalam akhlaq berdasarkan ayat "fakhla' na'laika innaka bil waadil muqaddasi thuwa/ Hai Musa, copot kedua sandalmu, sesungguhnya engka berada di lembah suci bernama Thuwa". Allah memanggil Nabi Musa, sampai ke jurang Thuwa, Allah mengatakan: lepaskan sandalmu wahai, Musa!.
"Nabi Musa diperintah Allah hanya untuk nyopot sandal, jauh-jauh dipanggil hanya untuk mencopot sandal, masya Allah," papar Kiai Said ke ribuan hadirin. Kata ahli tasawuf, itu bukan sandal, tapi dua hawa nafsu, ghodlobiyah (marah) dan syahwatiyah (keinginan duniawi). Kata ahli tafsir lain (syariat), kalian membaca tidak, lafadznya pakai na'laika (dua sandalmu), kenapa tidak sebut langsung sandal. Kata Imam Ghazali, "dua-duanya".
"Nabi Musa sampai di hadapan hadratilllah, di Sinai, jurang Thuwa, sandal suruh dilepas, hawa nafsu suruh dilepas, dua-duanya," tandas Kiai Said, "sebagaima kita masuk ke masjid, sandalnya dilepas atau tidak? (hadirin: lepasss!), hawa nafsuunya? (hadirin: dilepas!), selesai shalat di masjid, sandal dipakai lagi tidak (hadirin: dipakai!), hawa nafsunya? (hadirin: dipakai lagi)," imbuh kiai Said disambut tawa ribuan hadirin.
Jadi, ketika Imam Ghazali menulis Ihya, separo syariat, separo hakikat. "Separo terakhir dibagi dua, rub'ul muhlikaat (apa saja yang bisa menjerumuskan manusia kepada kerusakan) dan rub'ul munjiyat (apa yang bisa menyebabkan manusia kepada kebahagiaan," jelas Kiai Said.
Menurut KH Said Aqil Siraj, untuk menjadi ekstrim kiri atau kanan, tidak sulit. Keterangan tentang Imam Ghazali di atas sengaja diberikan penjelasannya kepada hadirin karena menyampaikan ihwal sulitnya menjadi umat Islam yang tawassuth. Ulama yang berjasa bertawasuth dalam bidah fiqih adalah Imam Syafii, dalam bidang tauhid, Imam Asy'ary, dan Imam Ghazali adalah ulama yang paling berjasa besar dalam tawassuth akhlaq.
Pertanyaan, mengapa Kiai Said disebut menyesatkan Imam Ghazali? Jika Anda mau jawab, itu hanya bualan situs-situs radikal yang tidak suka ulama dan Islam moderat berkembang. Mereka adalah pembenci yang tidak paham sejarah, termasuk sejarah intimidasi Kiai Said oleh rezim wahabi, yang konon, jika disertasinya bertolak belakang dengan wahabi, ia tidak akan lulus? Jelas kan siapa yang bohong dan siapa yang suka dibohongi? Salam waras! Bersambung! [dutaislam.or.id/ab]