Wan Sehan duduk di kursi, diangkat dua laki-laki berbaju loreng |
Dutaislam.or.id - Lihatlah foto di atas. Konon (dugaan kuat) bapak yang ada di tengah itu, berbaju warna merah hati, bercelana biru (seragam lari lapangan) dan duduk di kursi adalah Wan Sehan, seorang habib yang sudah dikenal sebagai wali Allah serta majdzub. Nama lengkapnya Habib Syaikhon bin Musthofa Al Bahar.
Beberapa hari ini (2-4 Februari 2017), foto itu beredar di grup-grup WhatsApp Netizen NU. Karena terkenal wali jadzab, foto di atas jelas bukan foto selfie, namun isyarah kuat tentang akan adanya peristiwa besar yang cukup menyita perhatian masyarakat luas di negeri ini.
Bacalah, apa makna laki-laki berbaju doreng yang mengangkat kursi Wan Sehan di atas? Apa makna wajah beliau yang dilumuri, diloreng-loreng hitam? Kata apa yang tertulis di peci putih beliau itu? Mengapa tangan beliau dicoret hitam hingga nampak begitu pekat? Tebak, lokasinya foto di rumah ibadah atau di museum?
Sebelum bencana besar Tsunami Aceh yang memilukan dulu terjadi, beliau pernah mengepakkan telapak tangan ke air laut sembari tiba-tiba berkata, "wan banjir wan". Kini, tangan dan wajah beliau dilumuri, seperti tentara siap tempur ke medan perang.
Redaksi Dutaislam.or.id tidak berani dan tidak bisa menafsirkan tegas beberapa pertanyaan di atas. Selain tidak bisa tabayun, foto simbolik tersebut memang penuh makna, apalagi kondisi politik di negeri ini makin tak karuan isunya, entah ke mana arahnya. Mbah Wali sumber Dutaislam.or.id pun belum berani menafsirkan.
Yang pasti, husnudzan perlu dijadikan pedoman. Jangan seperti wartawan Republika yang sembarangan menulis ketika beliau disebut dalam berita sebagai "orang stres", hanya karena melempari gedung SD Bintara Jaya 6 Bekasi Barat, (Jumat, 27 Januari 2011). Menulis tanpa iman, akan melahirkan kesombongan.
Setiap wali jadzab laiknya Wan Sehan (yang selalu berpindah-pindah tempat, atau tidak selalu menetap), memberikan isyarah ketika akan terjadi sesuatu. Cara yang digunankan beliau ini unik. Kadang memang memancing kesabaran objek. Yang diam, tidak mengomel, berbaik sangka, akan menemukan hikmah. Semoga kita dalam golongan yang cinta kekasih Allah.
Kisah Wali Jadzab Wan Sehan
Diceritakan, Wan Sehan pernah mendorong gerobak bakso hingga terbalik. Ternyata, ada narkoba dibalik gerobak tersebut. Itulah hikmahnya. Pernah pula Wan Sehan dimaki-maki habis oleh merbot mushalla di depan rumah karena teriak-teriak sambil main gitar saat jamaah akan melangsungkan Shalat Maghrib. Ditariklah leher merbot itu oleh Wan Sehan, dibenamkan kepalanya ke dalam ketiak, lalu sang merbot menangis minta ampun karena ia menyebut telah melihat Kakbah. Masyallah.
Tukang es cendol di Madrasah al-Whataniyah Klender (Jaktim) juga pernah menyaksikan jadzabnya Wan Sehan ini. Es-nya diambil segelas oleh Wan Sehan, tanpa permisi tanpa bayar. Tukang es itu hanya geleng-geleng kepala karena Satpam di sana memberitahu kalau itu adalah wali Allah. Tak berapa lama, ada rombongan yang datang membeli semua dagangan es-nya dengan harga lebih, langsung habis, tanpa berjualan hingga malam.
Pernah pula tiba-tiba masuk ke sebuah rumah. Tanpa permisi, Wan Sehan menyantap semua hidangan yang ada di meja makan. Setelah selesai, beliau pulang sambil mengucapkan salam serta terimakasih. Tak butuh waktu lama, keluarga itu mendapatkan limpahan rejeki dari Allah hingga menjadi orang kaya. Konon, kalau saja ketika Wan Sehan masuk ke rumah itu dimarahi shabihul bait, akibatnya akan lain.
Begitulah cara wali Allah menyejahterakan umat Nabi Muhammad Saw. Cara yang tidak umum dilakukan oleh waliyullah, di luar nalar awam, biasa disebut kalangan santri sebagai Khariqul 'Adah. Namun semua akan terbukti pada waktunya.
Lalu, foto Wan Sehan di atas bagaimana? Pesan rahasia apa yang ingin disampaikan Habib Syakhon bin Musthafa itu? Kita tunggu saja. Jika Anda mau menafsirkan, silakan ketik di kotak komentar di bawah ini. [dutaislam.or.id/ab]
Beberapa hari ini (2-4 Februari 2017), foto itu beredar di grup-grup WhatsApp Netizen NU. Karena terkenal wali jadzab, foto di atas jelas bukan foto selfie, namun isyarah kuat tentang akan adanya peristiwa besar yang cukup menyita perhatian masyarakat luas di negeri ini.
Bacalah, apa makna laki-laki berbaju doreng yang mengangkat kursi Wan Sehan di atas? Apa makna wajah beliau yang dilumuri, diloreng-loreng hitam? Kata apa yang tertulis di peci putih beliau itu? Mengapa tangan beliau dicoret hitam hingga nampak begitu pekat? Tebak, lokasinya foto di rumah ibadah atau di museum?
Sebelum bencana besar Tsunami Aceh yang memilukan dulu terjadi, beliau pernah mengepakkan telapak tangan ke air laut sembari tiba-tiba berkata, "wan banjir wan". Kini, tangan dan wajah beliau dilumuri, seperti tentara siap tempur ke medan perang.
Redaksi Dutaislam.or.id tidak berani dan tidak bisa menafsirkan tegas beberapa pertanyaan di atas. Selain tidak bisa tabayun, foto simbolik tersebut memang penuh makna, apalagi kondisi politik di negeri ini makin tak karuan isunya, entah ke mana arahnya. Mbah Wali sumber Dutaislam.or.id pun belum berani menafsirkan.
Yang pasti, husnudzan perlu dijadikan pedoman. Jangan seperti wartawan Republika yang sembarangan menulis ketika beliau disebut dalam berita sebagai "orang stres", hanya karena melempari gedung SD Bintara Jaya 6 Bekasi Barat, (Jumat, 27 Januari 2011). Menulis tanpa iman, akan melahirkan kesombongan.
Setiap wali jadzab laiknya Wan Sehan (yang selalu berpindah-pindah tempat, atau tidak selalu menetap), memberikan isyarah ketika akan terjadi sesuatu. Cara yang digunankan beliau ini unik. Kadang memang memancing kesabaran objek. Yang diam, tidak mengomel, berbaik sangka, akan menemukan hikmah. Semoga kita dalam golongan yang cinta kekasih Allah.
Kisah Wali Jadzab Wan Sehan
Diceritakan, Wan Sehan pernah mendorong gerobak bakso hingga terbalik. Ternyata, ada narkoba dibalik gerobak tersebut. Itulah hikmahnya. Pernah pula Wan Sehan dimaki-maki habis oleh merbot mushalla di depan rumah karena teriak-teriak sambil main gitar saat jamaah akan melangsungkan Shalat Maghrib. Ditariklah leher merbot itu oleh Wan Sehan, dibenamkan kepalanya ke dalam ketiak, lalu sang merbot menangis minta ampun karena ia menyebut telah melihat Kakbah. Masyallah.
Tukang es cendol di Madrasah al-Whataniyah Klender (Jaktim) juga pernah menyaksikan jadzabnya Wan Sehan ini. Es-nya diambil segelas oleh Wan Sehan, tanpa permisi tanpa bayar. Tukang es itu hanya geleng-geleng kepala karena Satpam di sana memberitahu kalau itu adalah wali Allah. Tak berapa lama, ada rombongan yang datang membeli semua dagangan es-nya dengan harga lebih, langsung habis, tanpa berjualan hingga malam.
Pernah pula tiba-tiba masuk ke sebuah rumah. Tanpa permisi, Wan Sehan menyantap semua hidangan yang ada di meja makan. Setelah selesai, beliau pulang sambil mengucapkan salam serta terimakasih. Tak butuh waktu lama, keluarga itu mendapatkan limpahan rejeki dari Allah hingga menjadi orang kaya. Konon, kalau saja ketika Wan Sehan masuk ke rumah itu dimarahi shabihul bait, akibatnya akan lain.
Begitulah cara wali Allah menyejahterakan umat Nabi Muhammad Saw. Cara yang tidak umum dilakukan oleh waliyullah, di luar nalar awam, biasa disebut kalangan santri sebagai Khariqul 'Adah. Namun semua akan terbukti pada waktunya.
Lalu, foto Wan Sehan di atas bagaimana? Pesan rahasia apa yang ingin disampaikan Habib Syakhon bin Musthafa itu? Kita tunggu saja. Jika Anda mau menafsirkan, silakan ketik di kotak komentar di bawah ini. [dutaislam.or.id/ab]