Dutaislam.or.id - Ada penggiringan opini dari grup-grup muslim cyber sebelah tentang Ketua Umum Majelis Ulama Indonesi (MUI), KH Ma'ruf Amin. Kehadiran kiai sebagai saksi dalam persidangan kasus penistaan agama oleh Ahok dijadikan pembenaran bahwa Kiai Ma'ruf berada di barisan mereka, pendukung GNPF-MUI.
Bahkan di grup alumni 212 yang didapatkan Dutaislam.or.id malah ada yang memprovokasi agar Banser keluar menggelar aksi jalanan untuk membela Kiai Ma'ruf saat akan dilaporkan Ahok karena dianggap salah menemui SBY, sebelum fatwa MUI soal penistaan agama oleh Ahok diumumkan ke publik.
Dengan pongah, Ghozi, pemilik nomor 0822-3457-4231 itu menyebut, "banserep mana banserep kok mingkem," tulisnya sambil membanggakan Fahmi yang kemarin kena kasus bendera. Ini bukti screenshootnya:
Bahkan di grup alumni 212 yang didapatkan Dutaislam.or.id malah ada yang memprovokasi agar Banser keluar menggelar aksi jalanan untuk membela Kiai Ma'ruf saat akan dilaporkan Ahok karena dianggap salah menemui SBY, sebelum fatwa MUI soal penistaan agama oleh Ahok diumumkan ke publik.
Dengan pongah, Ghozi, pemilik nomor 0822-3457-4231 itu menyebut, "banserep mana banserep kok mingkem," tulisnya sambil membanggakan Fahmi yang kemarin kena kasus bendera. Ini bukti screenshootnya:
Provokasi Banser dari sebelah (1) |
Di grup sebelah yang lain juga ada provokasi yang sama mengajak Banser melawan Ahok yang mengancam akan mengasuskan KH Ma'ruf Amin, "diancam panista agama masa diam aja lawan donk," tulis Matra Alwi SH, pemilik nomor 085842314446, sembari salah menyebut Rais Aam dengan Dewan Syuriah. Hahaha. Memang di Struktural NU ada jabatan itu ya? Bukannya Dewan Syuriah ada di koperasi-koperasi 212 yang masih membayang-bayang?
Provokasi Banser dari sebelah (2) |
Netizen NU di beberapa kota pun menyerukan agar nahdliyyin tidak ikut terbawa arus dalam pusaran politik Pilkada DKI dan penistaan agama yang kian sengit pertarungannya itu. Muhammad Lisan, Netizen NU asal Pati menduga kalau munculnya fatwa yang kemudian "dikawal" oleh GNPF itu mengarah kepada blokade total menyudutkan Kiai Ma'ruf.
Padahal, lanjut Gus Muh, -panggilan Muhammad Lisan,- KH Ma'ruf Amin tentu tidak sendirian mengeluarkan fatwa. Ia menyebut bahwa ada kemungkinan hasil fatwa MUI tentang penistaan agama oleh Ahok dimanipulasi, "mungkin lewat komisi fatwa," jelasnya.
Kiai Ma'ruf tidak mungkin turun langsung ke lapangan. Ini yang menurut Gus Muh dijadikan celah mereka yang berkepentingan, "Kiai Ma'ruf tentunya tidak dalam kapasitas mengambil data sendiri, tentunya pakai perangkat MUI, dan MUI unsurnya banyak ormas, yang tidak bisa dipastikan selaras dengan Kiai Ma'ruf. Bisa jadi ini hanya jebakan batman," tandasnya.
"Pengambilan data kalau dah gak obyektif, dilakukan oleh orang yang memihak, kan rentan manipulasi, maka sangat rentan jadi landasan kesahihan fatwa. Kiai Ma'ruf sangat rentan jadi korbannya," imbuh Gus Muh kepada Dutaislam.or.id, Selasa (31/01/2017) malam via WhatsApp.
Karena framing media yang seakan menempatkan Kiai Ma'ruf Amin dalam pusaran politik DKI itulah, Banser dan NU dicari-cari oleh minhum yang medukung salah satu calon sembari membenci calon lainnya. Dari fatwanya saja tidak fair, jelaslah arah jebakan mereka kepada simbol NU, Rais Amm, tidak fair pula.
Tambahan, kehadiran KH Ma'ruf Amin sebagai saksi persidangan Ahok adalah inisiatif Jaksa Penuntut Umum. Justru tim Ahok berkepentingan agar Kiai Ma'ruf tidak hadir.
Bahasa media macam Republika yang menggunakan judul "Ahok Nilai Ketua MUI KH Ma'ruf Amin Berbohong" dan "MUI: KH Ma'ruf Amin Diperlakukan Kurang Manusiawi di Sidang Kasus Ahok", memang sulit dicerna oleh muslim moderat laiknya nahdliyyin yang selalu di tengah tapi ditarik-tarik ke kanan dan kiri. [dutaislam.or.id/ab]
Padahal, lanjut Gus Muh, -panggilan Muhammad Lisan,- KH Ma'ruf Amin tentu tidak sendirian mengeluarkan fatwa. Ia menyebut bahwa ada kemungkinan hasil fatwa MUI tentang penistaan agama oleh Ahok dimanipulasi, "mungkin lewat komisi fatwa," jelasnya.
Kiai Ma'ruf tidak mungkin turun langsung ke lapangan. Ini yang menurut Gus Muh dijadikan celah mereka yang berkepentingan, "Kiai Ma'ruf tentunya tidak dalam kapasitas mengambil data sendiri, tentunya pakai perangkat MUI, dan MUI unsurnya banyak ormas, yang tidak bisa dipastikan selaras dengan Kiai Ma'ruf. Bisa jadi ini hanya jebakan batman," tandasnya.
"Pengambilan data kalau dah gak obyektif, dilakukan oleh orang yang memihak, kan rentan manipulasi, maka sangat rentan jadi landasan kesahihan fatwa. Kiai Ma'ruf sangat rentan jadi korbannya," imbuh Gus Muh kepada Dutaislam.or.id, Selasa (31/01/2017) malam via WhatsApp.
Karena framing media yang seakan menempatkan Kiai Ma'ruf Amin dalam pusaran politik DKI itulah, Banser dan NU dicari-cari oleh minhum yang medukung salah satu calon sembari membenci calon lainnya. Dari fatwanya saja tidak fair, jelaslah arah jebakan mereka kepada simbol NU, Rais Amm, tidak fair pula.
Tambahan, kehadiran KH Ma'ruf Amin sebagai saksi persidangan Ahok adalah inisiatif Jaksa Penuntut Umum. Justru tim Ahok berkepentingan agar Kiai Ma'ruf tidak hadir.
Bahasa media macam Republika yang menggunakan judul "Ahok Nilai Ketua MUI KH Ma'ruf Amin Berbohong" dan "MUI: KH Ma'ruf Amin Diperlakukan Kurang Manusiawi di Sidang Kasus Ahok", memang sulit dicerna oleh muslim moderat laiknya nahdliyyin yang selalu di tengah tapi ditarik-tarik ke kanan dan kiri. [dutaislam.or.id/ab]