Pernyataan Ketua Forum Pesantren Cianjur yang Dipeltintir HTI |
Dutaislam.or.id - Dalam sebuah portal online abal-abal (bdg.news), KH Abdul Wahid Al Qudsy, pimpinan pesantren Al Musyarrofah Cianjur, Jawa Barat, dikutip ngawur dalam berita berjudul "Ketua Forum Pondok Pesantren Kab.Cianjur: Hizbut Tahrir di Hati Saya, Akan Saya Bawa ke Syurga".
Karena pilihan kalimatnya dianggap mendukung mereka, langsung saja pernyataan Ketua Forum Pondok Pesantren (FPP) Kabupaten Cianjur tersebut dibuat judul menggiurkan dan seolah terkesan pro khilafah. Pada 15 April 2017, Kang Wahid,-panggilan akrabnya,- memang datang ke Indonesia Khilafah Forum yang diadakan DPD 1 Hizbut Tahrir Jawa Barat di RM Wong Solo.
Kehadirannya bukan untuk mendukung, melainkan hanya mempererat silaturrahim, "karena kedekatan dengan pimpinan pusat Hizbut Tahrir serta tokoh internasional yang membawa paham mereka," ujar Kang Wahid kepada Dutaislam.or.id, di Cianjur (Jumat, 21/04/2017).
Pernyataannya "Hizbut Tahrir di hati saya, akan saya bawa ke syurga, dan wafat dengan mengucapkan laa ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah" itu bukan dalam konteks politik pro khilafah, tapi doa khusnul khatimah mengucapkan kalimat La Ilaha Illa Allah.
Penyataan di atas, jelasnya, adalah kalimat bilaghah yang mengandung majaz, "karena yang saya maksud adalah doa yang selalu kita baca di antara dua khutbah (yakni) Allahuma ij'al akhira kalamina inda intiha'i ajalina La ila Illa Allah Muhammadur Rasulullah/ Ya Allah, jadikanlah akhir kalimatku ketika datang ajalku adalah La Ilaha Illa Allah," terangnya.
Pernyataan "HTI ada di hati saya dan akan saya bawa ke surga," adalah klimaks dari intisari Miftahul Jannah La Ilaha Illa Allah Muhammadur Rasulullah (Kunci surga adalah La Ilaha Illa Allah Muhammadur Rasulullah).
Itulah yang dimaksudkan Kang Wahid sebagai "akan dibawa ke surga". Bukan HTI yang dibawa, namun kalimat tahlil yang bermakna tauhid. Karena kegirangan, ujar Kang Wahid, kalimat itu ditempatkan pada posisi yang menurut mereka enak.
"Saya tahu persis bahwa pemahaman yang mereka bawa bertolak belakang dengan pemahaman para kiai Nahdlatul Ulama," ungkap Kang Wahid yang merupakan putra komandan Banser pertama Kabupaten Cianjur tersebut.
KH Abdul Wahid al Qudsy adalah Kiai NU, darah daging NU sejak lahir dan merupakan keturunan KH Wildan Efendi, pendiri NU di Majalengka Jawa Barat, yang juga sahabat karib Gus Dur. Tercatat, Gus Dur juga pernah dua kali ke pesantren Al Musyarrofah yang diasuhnya.
"Bahkan KH Hasyim Asyari pada tahun 1924 juga pernah ke Al Musyarrofah, Cianjur Jawa Barat," tandas alumni PKL Mu'adalah GP Ansor ke-7 PW Ansor Jawa Barat itu, menegaskan bahwa dia bukan pendukung HTI. [dutaislam.or.id/aang/ab]
Karena pilihan kalimatnya dianggap mendukung mereka, langsung saja pernyataan Ketua Forum Pondok Pesantren (FPP) Kabupaten Cianjur tersebut dibuat judul menggiurkan dan seolah terkesan pro khilafah. Pada 15 April 2017, Kang Wahid,-panggilan akrabnya,- memang datang ke Indonesia Khilafah Forum yang diadakan DPD 1 Hizbut Tahrir Jawa Barat di RM Wong Solo.
Kehadirannya bukan untuk mendukung, melainkan hanya mempererat silaturrahim, "karena kedekatan dengan pimpinan pusat Hizbut Tahrir serta tokoh internasional yang membawa paham mereka," ujar Kang Wahid kepada Dutaislam.or.id, di Cianjur (Jumat, 21/04/2017).
Pernyataannya "Hizbut Tahrir di hati saya, akan saya bawa ke syurga, dan wafat dengan mengucapkan laa ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah" itu bukan dalam konteks politik pro khilafah, tapi doa khusnul khatimah mengucapkan kalimat La Ilaha Illa Allah.
Penyataan di atas, jelasnya, adalah kalimat bilaghah yang mengandung majaz, "karena yang saya maksud adalah doa yang selalu kita baca di antara dua khutbah (yakni) Allahuma ij'al akhira kalamina inda intiha'i ajalina La ila Illa Allah Muhammadur Rasulullah/ Ya Allah, jadikanlah akhir kalimatku ketika datang ajalku adalah La Ilaha Illa Allah," terangnya.
Pernyataan "HTI ada di hati saya dan akan saya bawa ke surga," adalah klimaks dari intisari Miftahul Jannah La Ilaha Illa Allah Muhammadur Rasulullah (Kunci surga adalah La Ilaha Illa Allah Muhammadur Rasulullah).
Itulah yang dimaksudkan Kang Wahid sebagai "akan dibawa ke surga". Bukan HTI yang dibawa, namun kalimat tahlil yang bermakna tauhid. Karena kegirangan, ujar Kang Wahid, kalimat itu ditempatkan pada posisi yang menurut mereka enak.
"Saya tahu persis bahwa pemahaman yang mereka bawa bertolak belakang dengan pemahaman para kiai Nahdlatul Ulama," ungkap Kang Wahid yang merupakan putra komandan Banser pertama Kabupaten Cianjur tersebut.
KH Abdul Wahid al Qudsy adalah Kiai NU, darah daging NU sejak lahir dan merupakan keturunan KH Wildan Efendi, pendiri NU di Majalengka Jawa Barat, yang juga sahabat karib Gus Dur. Tercatat, Gus Dur juga pernah dua kali ke pesantren Al Musyarrofah yang diasuhnya.
"Bahkan KH Hasyim Asyari pada tahun 1924 juga pernah ke Al Musyarrofah, Cianjur Jawa Barat," tandas alumni PKL Mu'adalah GP Ansor ke-7 PW Ansor Jawa Barat itu, menegaskan bahwa dia bukan pendukung HTI. [dutaislam.or.id/aang/ab]