Iklan

Iklan

,

Iklan

Ya Kayuku ya Kayumu: Mahir Allahu Akbar Tapi Diteriakkan Penuh Kebencian

5 Apr 2017, 14:52 WIB Ter-Updated 2024-08-10T07:38:41Z
Download Ngaji Gus Baha

Oleh Agus Zainal Arifin

Dutaislam.or.id - Semalam sempat mengadakan "pengajian" simple di Osaka, dengan orang Indonesia dan orang Jepang. Sebenarnya saya agak risih memberi nasihat kepada orang yang jauh lebih bereputasi dalam mengamalkan akhlaqul karimah sebagaimana di Jepang ini.

Namun saya tertarik dengan keluhan mereka dalam ber-Islam yakni dalam hal pelafalan ayat dan doa berbahasa Arab. Maklum lidah orang Jepang jangankan untuk bahasa Arab, untuk bahasa Inggris saja mengalami kesulitan artikulasi, persis sebagaimana lidah orang Indonesia.

Artikulasi ini sebenarnya bukan hal yang esensi. Hanya saja kebetulan beberapa orang Arab yang di Jepang yang diminta mengajarkan Islam sepertinya justru tertarik untuk menggarap lidah orang Jepang dan juga lidah orang Indonesia yang di sana agar fasih membaca huruf ain, qof, kho', dan huruf berat lainnya. Bahkan kadang hadirin sampai pada minta air minum karena sakit di tenggorokannya. 

Menghadapi ini, saya ungkapkan bahwa di Jawa, kami biasa saja melafalkan Alkamdu lilla, robbil ngalamin, atau bahkan elaelo untuk Lailahaillallah. Yang penting adalah substansi kalimat mulia itu yang harus dipahami dan dihayati. Bukan malah sebaliknya, mahir membaca Allahu Akbar, tapi diteriak-teriakkan dengan penuh kebencian dan kemarahan.

Selanjutnya saya rekomendasi agar semua doa atau ayat dibaca sebisanya saja. Sebagaimana kata Macdonald yang mereka lafalkan dengan Makudonarudo, bisa jadi Alhamdulillah akan menjadi Aruhamudurira. Insya Allah asalkan pemaknaannya tulus dan jujur, maka akan tercapai segala fadlilah bacaan dzikir tersebut.

Saya jadi ingat sebuah doa di Jawa yang cukup manjur untuk mengobati sakit gigi Kayuku Kayumu. Ternyata belakangan baru diketahui bahwa itu berasal dari Ya Hayyu Ya Qayyumu. Meskipun transliterasinya tidak 100% persis, namun pemaknaannya yang mendalam itulah yang diapresiasi oleh Allah SWT, sehingga doa itu mustajab.

Perlu juga saya beritahukan bahwa Al-Qur'an itu adalah buku manual cara hidup di dunia. Jika ditanya dulu kan sudah ada zabur, taurat, dll, maka perlu diketahui bahwa buju-buku itu adalah manual versi lama yang kemudian diupdate terus menerus sehingga menjadi Al-Qur'an yang sekarang ini.

Memang sebuah challenge menarik untuk ngaji model "ala lisan qowmihim" yang menyesuaikan terminologi bahasa dan "biqadri uqulihim" yang menyesuaikan kadar intelektual. Yang pasti yang bicara sendiri juga harus yakin bahwa beragama itu mudah, tidak perlu tegang-tegangan, marah-marahan, apalagi maksa-maksaan. [dutaislam.or.id/ab]

Source: Agus Zainal Arifin

Iklan