Iklan

Iklan

,

Iklan

(5) Sang Wali Beri Amalan Cepat "Cling" Naik Haji Tanpa Ijazah Doa Wirid

30 Apr 2017, 03:00 WIB Ter-Updated 2024-08-29T00:03:01Z
Download Ngaji Gus Baha

Dutaislam.or.id - Setelah beberapa hari bersama Wali Paidi, si murid thariqah tersebut menghadap kepada guru mursyidnya, melaporkan peristiwa yang dialaminya. 10 meter dari gerbang pondok, si murid sudah disambut kawannya yang juga mondok.

"Sudah ditunggu Mas Yai di depan mushalla".

"Lho, yai sudah menunggu tho"

"Iya, tadi kira-kira 1,5 jam lalu aku disuruh Mas Yai membuat dua kopi dan beliau berpesan, setelah membuat kopi tolong taruh di depan mushalla dan cepat-cepat kamu ke pintu gerbang karena katanya dulur saya akan datang. Smapeyan ternyata kang".

Mereka berdua memasuki pondok. Pintu gerbangnya sangat kecil, berukuran 1 x 2 meter persegi. Dibuat hanya cuma satu daun pintu dari kayu yang kemudian dilapisi seng. Orang yang tidak pernah ke pesantren ini, pasti tidak tahu pintu gerbangnya. Itu satu-satunya jalan masuk.

Dulu, abahnya Mas Yai pernah berniat merenovasi pintu gerbang pesantren. Agar kelihatan lebih lebar dan bagus. Tapi, pada malamnya, ia bermimpi ketemu Mbah Yai, dan mengatakan

"Jangan kau dipugar pintu gerbangnya. Biarlah seperti itu saja. Biarkan orang mengira kalau di sini tidak ada pondok". Pesan mimpi itu membuat urung Abah Yai merenovasi pintu gerbang pondok,

Mas Yai sudah duduk sambil merokok di depan mushalla ditemani dua cangkir kopi hadapannya.

Setelah mencium tangan, si murid ini duduk di depan Mas Yai. Kang pondok yang mengantar, balik arah, tidak ikut nimbung obrolan karena dia hanya bertugas mengantar (inilah adab seorang murid).

"Yai, ketika shalat dengan Wali Paidi, saya mendengar bacaan Qur'annya tidak sempurna. Tapi lama kelamaan suara beliau ini kok berubah sangat merdu, apa maksud semua itu," tanya murid. Mas Yai kemudian menghisap rokoknya dalam-dalam.

"Kamu kan jelas pernah mendengar sabda Nabi yang artinya bau mulut orang puasa itu wangi bagaikan minyak kesturi di hadapan Allah. Ketika kamu mendengar suara Kang Paidi jadi merdu, sesungguhnya kuping yang kamu pakai untuk mendengar itu kupingnya Gusti Allah. Kalau kupingmu sendiri, maka terdengar begitu. Terdengar tidak sempurna menurut kupingmu, tapi di hadapan Allah, bacaan Kang Paidi ini begitu merdu. Begitu juga dengan bau mulut orang yang berpuasa. Akan tercium sangat busuk kalau cara menciumnya pakai hidung kita sendiri".

"Apakah Kang Paidi ini juga orang thariqah, kiai?"

"Dia murid abahku (Abah Yai). Sebelum masuk thariqah, perilaku Kang Paidi sudah sangat berthariqah. Kalau kamu melihat tingkah polahnya yang awur-awuran, itu hanya untuk menutupi kesejatian dirinya. Setahu saya, Kang Paidi orang yang tidak punya su’udzan kepada orang lain, baik anak kecil maupun maling, dia tetap husnudzan. Inilah salah satu kelebihan Kang Paidi".

"Tapi, kenapa bukan Yai sendiri yang mengatakan kepada saya kalau selama ini tempat yang saya kira Makkah itu sebenarnya adalah lokasi pembuangan sampah?"

"Hahahaha, itu memang tugas Kang Paidi. Dan lagi, tempat pembuangan sampah itu kan dekat dengan mushallanya. Kalau aku yang menunjukkan, kamu akan bingung berada di mana. Sedangkan TPA itu jauh dari pondokmu ini".



***
Sementara itu, di tempat lain, Wali Paidi sedang kedatangan seorang tamu yang ingin sekali berangkat haji.

"Kang, saya ingin sekali bisa berangkat haji. Tolong dikasih amalan yang bisa membuat saya bisa berangkat haji," pinta orang tersebut.

"Saya tidak bisa. Coba sampeyan minta kepada kiai yang lebih mengerti soal itu. Saya ini orang bodoh". jawab Ali Paidi

"Tidak kang, saya tidak keliru karena saya bermimpi kalau sampeyanlah yang bisa menunjukkan jalan tersebut".

"Baiklah, kalau sampeyan memaksa, begini saja, tiap habis shalat Shubuh sampeyan membaca Surat Yasin sebanyak 7 kali. Kalau ada apa-apa, sampeyan ke sini lagi".

Setelah sebulan orang tersebut benar-benar melaksanakan ijazah Wali Paidi, namun tidak terjadi apa. Dia kembali menghadap.

"Tidak ada apa-apa kang".

"Kalau begitu, bacaan Surat Yasinnya ditambah Surat Al-Waqi'ah sebanyak 7 kali. Dan, kalau nanti terjadi sesuatu di tengah membaca kedua surat tersebut, kesini lagi. Jangan langsung daftar haji tanpa beri kabar saya lo yah".

Setelah dibaca sebulan, tetap tidak mengeluarkan tanda apa-apa. Aneh, akhirnya orang ini kembali lagi menghadap Wali Paidi.

"Masih belum ada tanda apa-apa, kang".

Wali Paidi terdiam dan memejamkan matanya sebentar. Lalu ia menatap serius wajah orang yang ingin cepat naik haji ke Makkah itu.

"Kalau begitu, tambah lagi dengan surat tanah, pasti sebentar lagi sampeyan akan berangkat haji".

"Hahahahahaha"

Orang itu terpingkal-pingkal mendapatkan amalan selanjutnya.

"Anu kang, kata para kiai, haji itu tidak hanya ibadah ruhani saja, tapi juga ibadah jasadi, terutama ibadah dengan bondho atau duit," Wali Paidi menjawab serius tapi tetap terlihat lucu dan menggemaskan. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan