Dutaislam.or.id - Wali Paidi pertama diberitahu oleh Nabiyullah Khidir kalau dia adalah wali pengganti, mengalami kekagetan yang lumayan menggoncangkan dirinya.
Sejak pengangkatan itu, dia sering sakit. Setiap bulan minim dua kali Wali Paidi sakit, kadang tiba-tiba kepalanya pusing dan tubuhnya gemreges, ros-ros tulangnya serasa mau copot, dan setiap diobati, penyakit itu tetap saja menghampiri dirinya. Seakan obat-obatan tidak mempan melawan penyakitnya.
Akibatnya, Wali Paidi sering tidak hadir diacara -acara yang biasa ia hadiri, seperti ngopi bareng, remian, maleman, melekan, sampai bolo-bolo (teman-teman) meledeknya sebagai orang kere yang manja!
Wali Paidi juga tidak mengerti dengan keadaan tubuhnya yang tidak seperti biasanya ini. Sampai akhirnya Nabi Khidir menemuinya lagi. Nabi Khidir datang menyamar seperti salesman, sales produk air mineral. Nabi Khidir menjelaskan kepada Wali Paidi begini:
"Setiap wali menanggung bala' atau menjadi tameng setiap bala' yang diturunkan oleh Allah kepada umatnya," pesan Nabi Khidzir.
Setelah menaruh barang dagangannya, Nabi Khidir menjelaskan lagi, "bala' yang turun ditanggung oleh para wali sesuai tingkatan masing-masing wali. Semakin tinggi derajat wali, semakin berat juga bala' yang ditanggungnya. Dulu almarhum Habib Abu Bakar Assegaf ketika meninggal perutnya ketahuan bolong karena menanggung bala' umat yang dinaunginya. Beliau adalah Wali Qutb, pemuka dan Sultan para wali, sedang tanggungan bala' yang paling ringan beliau alami adalah sakit kepala, awak greges seperti yang kamu alami itu," jelas Nabi Khidzir.
Setelah menaruh barang dagangannya, Nabi Khidir menjelaskan lagi, "bala' yang turun ditanggung oleh para wali sesuai tingkatan masing-masing wali. Semakin tinggi derajat wali, semakin berat juga bala' yang ditanggungnya. Dulu almarhum Habib Abu Bakar Assegaf ketika meninggal perutnya ketahuan bolong karena menanggung bala' umat yang dinaunginya. Beliau adalah Wali Qutb, pemuka dan Sultan para wali, sedang tanggungan bala' yang paling ringan beliau alami adalah sakit kepala, awak greges seperti yang kamu alami itu," jelas Nabi Khidzir.
Wali Paidi manggut-manggut, dia akhirnya mengerti kalau dia adalah wali pemula, wali pengganti (wali badal) seperti pemain cadangan dalam sepakbola, "matur suwun, maklum wali anyar-anyaran, jadinya manja," ucap Wali Paidi.
Nabi Khidir berkata lagi, "bersikaplah biasa seperti orang yang tidak sakit. Mereka para wali juga mengalaminya, tapi mereka menyembunyikannya," kemudian Nabi Khidir berdiri dan beranjak pergi. Namun, baru berjalan beberapa langkah beliau menoleh dan berkata, "oh ya, setiap ada orang yang memuji-mujimu, kamu juga akan merasakan sakit seperti itu," imbuh Nabi Khidzir.
Wali Paidi terdiam. Dia menyeruput kopinya lagi dan mengambil satu batang rokok lalu menyalakannya. Lagi enak-enaknya merokok, lewatlah Nabi Ilyas di samping Wali Paidi yang menyamar sebagai penjual gorengan.
"Emang enak jadi wali. Hehehe...," begitu guyonan Nabi Ilyas setengah berlari menyusul Nabi Khidir yang sudah berlalu jauh di depannya. Ila hadrati jami'il auliya, al Faatihah! [dutaislam.or.id/ab]