Dutaislam.or.id - Acara peresmian toko onderdil mas kiai mursyid selesai. Wali Paidi pamit pulang. Ia kehabisan uang karena sangunya sudah dikasihkan kepada tamu-tamu mas kiai mursyid yang bersarung dan berpeci itu. Sengaja dikasih ke mereka sebagai uang kaget dari Wali Paidi. Kaget atas acara yang begitu menghebohkan, tidak selaiknya para mursyid thariqah.
Sudah tahu uangnya habis, mas kiai mursyid malah menggoda Wali Paidi.
"Kang, duit sampeyan kan masih banyak. Jadi aku wes nggak usah nyangoni. Ini bawa garam saja dari saya".
"Hehehe, iya mas yai, terimakasih," ucap Wali Paidi, basa-basi.
Sejak masa mbah yai masih ada, hingga abah yai dan mas yai mursyid, garam adalah cinderamata khas pondok pesantren. Orang-orang menyebutnya sebagai garam "suwuk" karena bisa digunakan untuk apa saja. Terutama mengobati penyakit lahir dan batin.
Adik mas kiai mursyid menawarkan untuk mengantar Wali Paidi ke terminal, tapi ia tidak mau.
"Saya jalan kaki saja sambil jalan-jalan menikmati pemandangan," ucap Wali Paidi kepada adik mas kiai mursyid.
Dzikir selalu menyertai setiap langkah pulang Wali Paidi.
Ketika melintasi jalan di pinggir alun-alun, ada segerombolan pemuda yang menguntitnya. Wali Paidi tetap meneruskan langkah. Ia sudah mengira kalau sebentar lagi akan dicegat mereka dan dipalak, dimintai duit.
Karena dia tidak lagi punya uang sama sekali, hatinya sangat sedih. Dia akan malu sekali karena tidak bisa memberi kepada orang yang akan memintanya itu, meski dengan cara memaksa.
"Kasihan mereka kalau sampai tidak mendapatkan uang dariku," Wali Paidi mencari solusi agar tetap bisa menolong makhluk Allah.
Ia berusaha menghidar karena malu. Wali Paidi terpaksa menyeberang jalan, menghindari mereka. Tapi gerombolan pemuda ini justru terus mengikutinya. Salah satu dari mereka akhirnya mendekat, maju ke depan tubuhnya, mencegat Wali Paidi.
"Duit, serahkan duitmu. Ayo cepat!" Ternyata dia adalah pimpinan gerombolan pemudanya.
Dengan santai dan tebar senyum, Wali Paidi membuka kaca mata hitamnya, melihat satu persatu para pemuda itu. Di kaos pimpinan gerombolan ini, ada simbol hati menyinar bertuliskan "MURNI 22 NAIN".
Melihat Wali Paidi yang begitu tenang, mereka malah keder. Tidak ada ketakutan sama sekali di wajahnya.
"Mohon maaf yang sebesar-besarnya, aku tidak punya uang sama sekali. Maaf aku membuat kalian kecewa, uangku sudah habis kukasihkan kepada orang lain pas acara tadi," ucap Wali Paidi.
Ketua gerombolan ini tergetar hatinya ketika melihat tatapan mata Wali Paidi yang teduh. Hati pemuda ini tiba-tiba jadi damai. Tanpa disadari, matanya mulai berkaca-kaca. Pemuda itu mulai teringat dosa-dosanya. Ia tidak tahu mengapa hatinya yang begitu keras tiba-tiba saja teringat kelam masa lalu, terekam lagi pesan-pesan gurunya dulu.
Kawanan gerombolan ini juga ikut termangu melihat pimpinan mereka diam tak bergerak sama sekali. Mereka heran. Mas Gohell (Nama aslinya sholeh, asal Tegal) ini kalau ada orang dimintai duit tapi tidak memberi biasanya langsung dipukulinya sampai kelenger. Tapi kali ini tidak.
"Saya tidak bisa memberi apa-apa. Ini ada garam kalau sampeyan mau, katanya ibu sampeyan sekarang sakit,"
Pemuda bernama Gohell itu jadi heran setengah mati. Kok ada pemuda berpenampilan ala distro (Wali Paidi) mengetahui kalau sekarang ibunya sakit.
Selama beberap hari, hatinya galau memikirkan penyakit ibunya yang tak kunjung sembuh. Perhatian Wali Paidi terhadap ibunya membuat hati Gohell terenyuh. Selama ini semua orang di kampung tidak ada yang peduli dengan Gohell dan keluarganya. Bahkan banyak yang mencibir.
Tanpa bisa ditahan, pemuda ini terduduk di hadapan Wali Paidi dan menangis tersedu-sedu. [dutaislam.or.id/ab]
Apa yang dilakukan Wali Paidi kepada pemuda rampok tersebut? Lalu bagaimana sikap anak buah Gohell? Baca Edisi (8): Karena Sering Usul ke Gusti Allah, Wali Ini Terkenal "Cerewet" di Jagat Langit Malaikat.
Biar paham, baca edisi sebelumnya:
- Wali Paidi (Bag. 1) Hanya Wali Indonesia yang Kemana-Mana Bawa Rokok dan Kopi
- Wali Paidi (Bag. 2) Gagal Pakai "Doa Lipat Bumi", Wali Ini Balik Pulang Naik Pesawat
- Wali Paidi (Bag. 3) Hanya Karena Punya Rokok Tapi Tak Ada Korek, Kerajaan Jin Diobrak-Abrik Wali Sakti Ini
- Wali Paidi (Bag. 4) Sering Shalat di Atas Daun, Pemuda Ini Temui Kiai yang Biasa Jualan Minyak Wangi
- Wali Paidi (Bag. 5) Sang Wali Beri Amalan Cepat "Cling" Naik Haji Tanpa Ijazah Doa Wirid
- Wali paidi (Bag. 6) Saat Joget Bersama "Mulan Jameela", Wali Ini Justru Melihat Paha Berdzikir
- Wali Paidi (Bag. 7) Garam "Suwuk" Sakti dari Wali Paidi Untuk Begal-Bedugal
Baca: Serial Wali Paidi