Letak makam Syaik Nawawi Banten di Saudi Arabia. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Telah menjadi kebijakan Pemerintah Arab Saudi bahwa orang yang telah dikubur selama setahun, kuburannya harus digali. Tulang belulang si mayat kemudian diambil dan disatukan dengan tulang belulang mayat lainnya. Selanjutnya, semua tulang itu dikuburkan di tempat lain di luar kota.
Lubang kubur yang dibongkar dibiarkan tetap terbuka hingga datang jenazah berikutnya, begitu terus silih berganti. Kebijakan ini dijalankan tanpa pandang bulu. Siapapun dia, pejabat atau orang biasa, saudagar kaya atau orang miskin, sama-sama terkena kebijakan tersebut.
Inilah yang akhirnya menimpa makam Syeikh Nawawi al Batani. Setelah kuburnya genap berusia satu tahun, datang petugas dari pemerintah kota untuk menggali kubur. Tetapi hal tidak lazim terjadi. Para petugas kuburan itu tak menemukan tulang belulang seperti biasanya. Yang mereka temukan adalah satu jasad yang masih utuh. Tidak kurang satu apapun, tidak lecet dan juga tidak muncul tanda-tanda pembusukan seperti lazimnya jenazah yang telah lama dikubur.
Bahkan, kain putih kafan penutup jasad beliau tidak sobek, masih harum dan anehnya, tidak lapuk sedikitpun. Tentu saja kejadian ini mengejutkan para petugas. Mereka lari berhamburan mendatangi atasannya dan menceritakan apa yang telah terjadi.
Setelah diteliti, sang atasan kemudian menyadari bahwa makam yang digali itu bukan makam orang sembarangan. Langkah strategis lalu diambil. Pemerintah melarang membongkar makam tersebut. Jasad beliau lalu dikuburkan kembali seperti sediakala.
Tentang Mbah Nawawi Banten
Syekh Nawawi wafat di usia 84, 25 Syawal 1314 H/1897M. Setelah wafat Syekh Nawawi dikuburkan di daerah bernama Ma’la yang berjarak kurang lebih 2 km dari Masjidil Haram.
Hingga sekarang makam beliau tetap berada di Ma΄la, Makkah Mukarramah. Anehnya lagi, makam Mbah Nawawi Banten adalah satu-satunya kuburan yang ditumbuhi rumput. Bahkan rumputnya kian menghijau subur. Subhanallah.
Makam Syekh Nawawi terlihat istimewa karena terpisah dari makam yang lain. Hanya ada batu kecil menandai makam ulama besar Indonesia satu ini.
Katanya, perempuan dilarang masuk ke area makam Syekh Nawawi. Setiap waktu selalu dijaga oleh pihak keamanan setempat. Jamaah lelaki bisa berkunjung dan akan diantarkan sekaligus dikawal oleh pihak keamanan ke sana.
Ulama Internasional asli Indonesia
Syeikh Nawawi salah satu ulama terkenal dan berpengaruh di dunia yang berasal dari Indonesia. Syekh Nawawi sangat disegani keilmuannya oleh dunia internasional. Ulama bermadzhab Syafi’i yang paling produktif menulis kitab.
Tidak kurang dari 115 kitab sudah beliau tulis yang terdiri dari ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir dan juga hadits.
Syekh Nawawi memiliki nama asli Abû Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi bin Syekh ‘Umar bin Syekh ‘Arobi bin Syekh ‘Ali. Ibunya bernama Syaikhoh Siti Zubaidah. Lahir di Tanara, Serang Banten tahun 1813 M/1230 H.
Oleh karena itulah, ulama dan intelektual beraliran Sunni dan bermadzhab Syafi’i ini memiliki nisbah atau tambahan gelar At-Tanari, Al-Bantani, Al-Jawi, Asy-Syafi’i. Gelar itu dinisbahkan pada asal Syekh Nawawi yaitu Kampung Tanara, Kec. Tirtayasa, Serang, Banten.
Nama lengkap Syekh Nawawi sendiri yaitu Al-Imam wa Al-Fahm Al-Mudaqqiq As-Sayyid Al-‘Ulama Al-Hijaz Asy-Syaikh Muhammad Nawawi bin ‘Umar At-Tanari Al-Bantani Al-Jawi Asy-Syafi’i.
Syekh Nawawi juga dikenal sebagai pengajar dan Imam Masjidil Haram di Mekkah. Karena kemasyhurannya, Syekh Nawawi dijuluki Sayyid Ulama Al-Hijaz (Pemimpin ‘Ulama Hijaz), Al-Imam Al-Muhaqqiq wa Al-Fahhamah Al-Mudaqqiq (Imam yang Mumpuni ilmunya), A’yan Ulama Al-Qarn Al-Ram Asyar li Al-Hijrah (Tokoh ‘Ulama Abad 14 H), Imam Ulama’ Al-Haramain (Imam ‘Ulama Dua Kota Suci). Ada yang mengatakan bahwa beliau adalah keturunan ke-12 Sultan Banten yang silsilahnya sampai kepada Nabi Muhamad Saw.
Semasa menimba ilmu, Syekh Nawawi memiliki banyak guru dari ulama termasyhur. Dua diantara para gurunya juga berasal dari Nusantara, yaitu Syekh Ahmad Khotib Al-Syambasi (dari Sambas, Kalimantan Barat. Sumber lain menyebutkan berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat) dan Syekh Junaid Al-Batawi (dari Betawi).
Semasa mudanya, Syekh Nawawi pernah mengobarkan perlawanan penindasan terhadap pribumi. Bahkan beliau dituduh sebagai pengikut Pangeran Diponegoro. Syekh Nawawi menganggap penindasan oleh penjajah Belanda disebabkan karena kebodohan masyarakat pribumi.
Setelah itu beliau kembali ke Mekkah dan menetap di Syi’ib Ali. Memulai mengajar di halaman rumahnya hingga Syekh Nawawi masyhur dan memiliki banyak murid dari seluruh penjuru dunia.
Namanya makin melejit setelah ditunjuk menjadi pengganti Imam Masjidil Haram saat itu, Syekh Ahmad Khotib Al-Syambasi. Sejak itulah beliau dikenal dengan nama resmi Syekh Nawawi Al-Jawi Al-Bantani.
Dari keilmuannya, lahirlah ulama besar Indonesia yang sebelumnya menjadi muridnya, seperti KH Hasyim Asyari (pendiri NU), KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), KH Mas Abdurahman (pendiri Mathla’ul Anwar), KH Khalil Bangkalan (Madura), KH Asnawi Kudus, KH Tubagus Ahmad Bakri As-Sampuri (di kalangan santri dikenal dengan nama Mama Sempur, Plered, Purwakarta), Kiai Hasan Genggong (Probolinggo), dan masih banyak lagi.
Para ulama Indonesia memberinya gelar Bapak Kitab Kuning Indonesia berkat ratusan kitab yang dikarang Syekh Nawawi. [dutaislam.or.id/ab]