Foto: Ahmad Baso |
Dutaislam.or.id - Pemerintah sudah menetapkan 1 Juni sebagai Hari Pancasila dan dijadikan pula sebagai libur nasional. Itu adalah bentuk penghargaan terhadap jasa para pendiri bangsa yang selama ini dikaburkan oleh penguasa Orba.
Namun, Ahmad Baso, penulis buku NU Studies mengingatkan agar penetapan 1 Juni sebagai hari Pancasila tetap dikawal sebelum sejarahnya digelapkan oleh orang lain, terutama kaum radikal yang kini kian berani saja tampil mempertanyakan Pancasila.
"Pada malam 1 Juni 1945, Soekarno sowan ke rumah Mr Yamin di Menteng Jakarta. Ada rapat kecil tapi strategis untuk bangsa ini," tutur Baso di Jakarta, Sabtu (27/03/2017) di akun Facebooknya, dikutip Dutaislam.or.id (31/05/2017).
Menurutnya, ada empat kiai, dua dari NU dan dua dari Muhammadiyah yang dimintai masukan soal rencana pidato Sukarno di BPUPKI esok harinya. "Soekarno tidak pede kalau belum memperoleh kekuatan inspirasi spiritual dari tokoh tokoh kiai itu," imbuh Baso mengingatkan adanya dorongan spiritual dari para kiai.
Unsur spiritual itulah yang menurut Baso harus disertakan dalam penulisan sejarah lahirnya Pancasila. "Kalau lupa nama nama KH Wachid Hasyim, KH Masjkoer, KH Abd Kahar Muzakkir, Ki Bagus Hadikusumo, itu namanya rekayasa amnesia sejarah untuk melupakan kontribusi kiai-kiai kita," ujar Baso yang populer sebagai pengaji Poskolonial itu.
Dia menyatakan, penguatan aspek spiritual Pancasila yang ditulis dalam sejarahnya adalah satu kesatuan jiwa dengan rakyat Indonesia yang agamis. [dutaislam.or.id/ab]