Foto: nu.or.id |
Dutaislam.or.id - Ditengah-tengah pengajian yang biasa digelar Syeikh Nawawi Al-Bantani di Masjidil Haram tiba-tiba muncul seorang laki-laki berpakain adat Jawa lengkap dengan blangkon. Murid-murid Syeikh Nawawi dari berbagai penjuru negara, kaget setengah mati karena laki-laki itu tahu-tahu sudah berada di tengah-tengah halaqoh tanpa ada yang mengetahui sama sekali.
Setelah pengajian rampung, sang Syeikh mendekati laki-laki tadi. Sang Syeikh bertanya kepadanya:
"Kamu siapa dan dari mana?"
"Saya Abdulloh Syeikh, asal saya dari Jawa"
"Kok kamu tiba-tiba bisa berada di tengah pengajian?"
"Begini Syeikh, saya pernah berguru kepada panjenengan beberapa bulan yang lalu. Akan tetapi karena suatu hal saya harus pulang ke Jawa. Hal itu membuat keinginan saya untuk terus belajar kepada Syeikh harus saya lupakan. Pada saat-saat terakhir saya mau pulang ke Jawa saya sowan kepada panjenengan untuk meminta amalan yang kalau diamalkan akan dapat membawa saya ke Mekah tanpa mengeluarkan biaya. Maklum, saya berasal dari keluarga petani biasa. Dan panjenengan mengabulkannya."
"Setiap kali saya kepengin ngaji dan kangen kepada panjenengan saya baca do'a yang diajarkan panjenegan. Pesan panjenengan waktu itu yang penting saya yakin insyaAllah saya dapat ke Mekah. Dan nyatanya saya sudah tiga kali ini sampai ke Mekah. Akan tetapi tadi ada satu lafal yang tidak kebaca jadi saya muncul di tempat keramaian."
Syeikh Nawawi berkata: "Kok, aku tidak ingat pernah mengajarkan kepada sampean do'a lempit bumi (Thoyyul Ardhi) ini. Seingatku, aku belum pernah mengajarkan kepada siapapun. Coba bagaimana ijazah yang ku berikan kepadamu?"
"Ini do'a yang dulu panjenengan ijazahkan kepada saya: "Ya Kayuku Ya Kayumu Laa Ilaaha Illa Anta".
"Lho..lho..lho... kok a Kayuku Ya Kayumu? Bukan a Kayuku Ya Kayumu tapi yang benar Ya Hayyu Ya Qoyyumu Laa Ilaaha Illa Anta"
Setelah menerima penjelasan dari Syeikh Nawawi, Abdulloh bergegas mencari tempat yang sepi untuk kembali ke Jawa. Tapi apa yang terjadi. Setelah beberapa kali ia melafalkan do'a yang baru saja dibenarkan dari gurunya ia tetap berada di tempat semula. Ia bingung.
Mengapa setelah diajari do'a yang benar malah tidak bisa pulang ke Jawa? Selidik punya selidik ternyata ia kurang yakin atas do'a yang baru saja dibenarkan oleh sang guru. Dan singkat cerita akhirnya ia harus menetap di Mekah dan meninggal di sana. [dutaislam.or.id/ed].