![]() |
Sebut saja misalnya sanad yang bermuara kepada Syaikh ‘Abdul Qadir Al Jailani, dari Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki dan banyak lagi yang lain. Hal ini jelas membuktikan perhatian para ulama-ush shalihin agar kita mendapat fadhilahnya yang tak terhingga dan lepas dari kasih sayang (Rahman Rahimnya) Allah SWT. di mana pun kita berada. (Sayangnya, kita pada umumnya tidak istiqamah mengamalkannya).
Demikian pula dengan Kiai Shaleh Darat. Dalam kitab Minhajul Atqiya syarah Hidayatul Adzkiya ila Thariqil Awliya’ (hlm 11-12), beliau mengajarkan salah satu amalan Basmalah. Beliau menulis yang kurang lebih artinya:
“Berkata Sayidis Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jailani Al-Hasani : “Jika kalian ingin sampai pada derajat “Kekasih Allah / Orang shalih”, maka bangunlah setiap sepertiga malam terakhir (yakni pukul 03 dini hari), kemudian bacalah “Bismillaahirrahmaanirrahiim” sebanyak hitungan jumlah hurufnya berdasarkan abjad (Abajadun)”.
Kemudian bacalah shalawat Nabi sebanyak bilangan nama Muhammad, lalu berdo’alah kepada Allah Ta’ala:
“Ya Allah, dengan hak Bismillahirrahmanirrahim jadikanlah hamba termasuk golongan hambaMu yang shalih”.
Berapakah hitungan huruf basmalah? Kiai Shaleh Darat dalam Kitab tersebut tidak menjelaskan rinci. Tapi kalau kita menengok kebanyakan ijazah para ulama, maka yang dimaksud adalah 786 kali dengan perincian menurut Abajadun sebagai berikut :
Ba (2), Sin (60), Mim (40), Alif (1), Lam (30), Lam (30), Ha (5), Alif (1), Lam (30), Ro (200), Ha (8), Mim (40), Nun (50), Alif (1), Lam (30), Ro (200), Ha (8), Ya (10) dan Mim (40) = 786 kali.
Lalu berapakah hitungan nama Muhammad ?
Kiai Shaleh Darat menjelaskan dalam kitab tersebut, yakni 132 kali. Jika kita melihat tabel Abajadun maka kita temukan : Mim (40), Ha (8), Mim (40), Mim (40) dan Dal (4) = 132 kali.
Adapun lafadz shalawat yang dibaca sebanyak 132 kali tersebut adalah :
أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِهٖ, صَلَاةَ أَهْلِ السَّمٰوَاتِ وَالْأَرِضِ عَلَيْهِ, وَأَجِزْ يَا رَبِّ لُطْفِكَ الخَفِيِّ فِى أَمْرِيْ
Begitu besarnya perhatian Kiai Shaleh Darat kepada kita. Beliau menjelaskan secara rinci tata cara dzikirnya. Beliau berharap kepada kita (para santri yang membaca kitabnya) menjadi kekasih Allah dan menjadi orang shalih.
Sungguh ini harapan yang sangat agung. Hanya saja jika melihat diri ini, kita menyadari sangat jauh dari layak untuk mendapat derajat tersebut. Tapi, setidaknya kita belajar mencintai amalan orang shaleh dengan harapan kita dimasukkan dalam golongan mereka sebagaimana dalam hadits:
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia masuk dalam golongan kaum itu”.
Semoga kita mampu mengamalkannya. Amii ya robbal alamin. [dutaislam.or.id/pin]
Source: Wawan Setiawan/NU Online