Foto: Istimewa |
Dutaislam.or.id - Isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI)
yang makin santer belakangan ini dinilai kental kepentingan politik.
Sejumlah pengamat menilai isu PKI sengaja diangkat untuk kepentingan
Pilpres 2019.
Pengamat Politik Surabaya Shivas Al Asad mengatakan, masyarakat Indonesia harus membekali diri dengan informasi yang cukup tentang sejarah pemberontakan di Indonesia, termasuk PKI, DI/TII, Permesta, dll untuk meng-counter argumen agen Ikhwanul Muslimin (IM).
”Mereka akan mulai mempropagandakan komunis untuk tujuan pilpres,” katanya dalam diskusi di Grup WhatsApp Dutaislam.or.id #02, Jumat (22/09/2017).
Shivas menyatakan, agen IM di Indonesia tak lain adalah Partai Keadilan Indonesia (PKS). Mengapa PKS harus diwaspadai?
”Karena mereka wadah politik wahabi yang para pendirinya punya sejarah keluarga pemberontak. Lawan dengan cerdas,” tegasnya.
Isu PKI selama ini kental dengan kepentingan untuk memperburuk citra Presidan Joko Widodo. Meski demikian, kata Shivas, perjuangan bangsa Indonesia saat ini bukan untuk Jokowi atau Partai PDI Perjuangan.
”Jihad kita saat ini untuk Indonesia dan Islam yang sesungguhnya. Jangan biarkan kaum oportunis radikalis menguasai Indonesia!,” ujar Shivas.
Lebih lanjut, dia mengatakan, reformasi yang sesungguhnya harus dimulai dari bangkitnya orang baik untuk bersama melawan.
Sementara pengamat politik Sidoarjo Arya Cita mengatakan, bergabungnya dua kepentingan yaitu kekuasaan Partai Gerindra dan PKS menjadikan peta politik jadi dinamis dan cenderung kotor.
“Gerindra dengan jaringan dananya yang luar biasa ingin secepat mungkin berkuasa dengan memanfaatkan PKS yang sejatinya juga partai yang juga ngiler kekuasaan dan PKS memanfaatkan sumber dana gerindra untuk menyebarkan ideologi khilafahnya,” ujar Arya.
Misbahul Munir, pengamat politik asal Klaten, mengingatkan, bangsa Indoensia boleh mati-matian demi bangsa dan ulama. Tapi jangan mati-matian untuk partai.
“Kita boleh mati matian demi bangsa dan ulama tapi jangan mati matian untuk partai,” terang Munir. [dutaislam.or.id/pin]
Pengamat Politik Surabaya Shivas Al Asad mengatakan, masyarakat Indonesia harus membekali diri dengan informasi yang cukup tentang sejarah pemberontakan di Indonesia, termasuk PKI, DI/TII, Permesta, dll untuk meng-counter argumen agen Ikhwanul Muslimin (IM).
”Mereka akan mulai mempropagandakan komunis untuk tujuan pilpres,” katanya dalam diskusi di Grup WhatsApp Dutaislam.or.id #02, Jumat (22/09/2017).
Shivas menyatakan, agen IM di Indonesia tak lain adalah Partai Keadilan Indonesia (PKS). Mengapa PKS harus diwaspadai?
”Karena mereka wadah politik wahabi yang para pendirinya punya sejarah keluarga pemberontak. Lawan dengan cerdas,” tegasnya.
Isu PKI selama ini kental dengan kepentingan untuk memperburuk citra Presidan Joko Widodo. Meski demikian, kata Shivas, perjuangan bangsa Indonesia saat ini bukan untuk Jokowi atau Partai PDI Perjuangan.
”Jihad kita saat ini untuk Indonesia dan Islam yang sesungguhnya. Jangan biarkan kaum oportunis radikalis menguasai Indonesia!,” ujar Shivas.
Lebih lanjut, dia mengatakan, reformasi yang sesungguhnya harus dimulai dari bangkitnya orang baik untuk bersama melawan.
Sementara pengamat politik Sidoarjo Arya Cita mengatakan, bergabungnya dua kepentingan yaitu kekuasaan Partai Gerindra dan PKS menjadikan peta politik jadi dinamis dan cenderung kotor.
“Gerindra dengan jaringan dananya yang luar biasa ingin secepat mungkin berkuasa dengan memanfaatkan PKS yang sejatinya juga partai yang juga ngiler kekuasaan dan PKS memanfaatkan sumber dana gerindra untuk menyebarkan ideologi khilafahnya,” ujar Arya.
Misbahul Munir, pengamat politik asal Klaten, mengingatkan, bangsa Indoensia boleh mati-matian demi bangsa dan ulama. Tapi jangan mati-matian untuk partai.
“Kita boleh mati matian demi bangsa dan ulama tapi jangan mati matian untuk partai,” terang Munir. [dutaislam.or.id/pin]