Gus Muwafiq Yogyakarta. Foto: Istimewa |
Dutaislam.or.id – Adanya upaya dari kelompok tertentu untuk merusak NKRI dan Pancasila dengan memperngaruhi pikiran masyarakat mendapat reaksi keras dari Kiai Ahmad Muwafiq atau yang akrab disapa Gus Muwafiq Yogyakarta.
Reaksi keras Gus Muwafiq teruatama setelah menyaksikan serentetan peristiwa dimana sekelompok orang melakukan kritik terhadap pemerintah (negara) menggunakan agama.
“Dulu orang berbicara ketidaksuskaaan karena program pemerintah. Itu ndak apa-apa, namanya demokrasi. Tapi Sekarang orang mengktitik negara pakai agama. Ini yang kemudian saya harus bicara di sini. Karena kita sudah susah payah membangun negara,” ujar Gus Muwafiq dalam rekeman video pada Februari 2018 lalu.
Menurut Gus Muwafiq, Al Qur’an mengajarkan amanu (iman) dan amilussholihah (perbuatan baik), namun Al Qur’an juga mengajarkan ahsani taqwim (bentuk yang sempurna). Dan dalam kontek ini, bentuk terbaik adalah Indonesia yang sekarang.
“Al Qur’an mengajarkan waatiin, wazzaatun, waturisinin, wahadal baladil amin. Kita dimanapun mengajarkan amanuu wamilussholihah. Kalau mengajarkan amanu wa amilussholihat jangan lupakan ahsani taqwim, bentuk terbaik kita versi Indonesia karena bentuk kita ajarkan amanu waamilussholihat pada ahsani taqwimnya Indonesia. Dengan cara apa? Jangan lupa (juga) dengan cara Indonesia,” terang Gus Muwafiq.
Lebih lanjut Gus Muwafiq menjelaskan, wattin merupakan simbol Nabi Nuh, wazzaitun simbol Nabi Isa dan Nabi Ibrahim, dan waturisinin adalah simbol Nabi Musa. Sedangkan simbol Nabi Muhammad adalah wahadzal baladil amin, yakni demi ketentraman dan kemanan sebuah bangsa dan negara.
“Maka jangan mengaku umat Rasulullah kalau tidak mampu membentuk keamanan bangsa dan negara,” katanya.
Di sisi lain, lanjut Gus Muwafiq, bangsa Indonesia telah jadi bangsa yang besar sebelum Islam datang. Di Jawa Barat ada Kerajaan Padjajaran, di Jawa Timur ada Majapahit. Jika Islam waktu itu disebarkan dengan biasa (kekerasan) maka Islam tidak akan bisa diterima. Ungkapan pangeran, bukan Allah, sembahyang, bukan shalat, dan semacamnya, menurut Gus Muwafiq hal itu tak lain demi terciptanya baladil amin.
“Lha ini sekarang orang lupa,” katanya.
Gus Muwafiq juga menjelaskan mengapa kelompok Islam seperti Hizbut Tahriri Indonesia harus disingkirkan karena mereka hanya mengajarkan amanuu wa amilussholihat, tapi tidak baladil amin. Dan orang yang membela HTI sampai-sampai menilai negara telah menista ulama, mereka adalah orang yang pekok (goblok).
“Jadi mengapa polisi dan TNI menghajar HTI agar tidak hidup di Indoensia, kemudian kelompok yang pekok selalu bilang negara telah menistakan ulama, ulama mana yang dinistakan? nggak ada. Kenapa HTI dihinakan, kenapa HTI ditendang dari Indonesia. Karena HTI mengajarkan amanu wa amilussholihat, tapi mengingkari wahadzal baladil amin,” ucap Gus Muwafiq.
Demikian juga seperti Abu Bakar Baasyir yang mesti ditangkap dan tidak boleh keluar dari penjara. Karena Dia hanya mengajarkan amanu wa amilussholihat dengan melupakan wahadzal baladil amin.
“Dia mimpi baladil aminnya Saudi Arabiya. HTI (juga) mimpi baladil aminnya Palestina. Kita tidak pernah bermimpi itu. Kita orang Indonesia, mengajarkan amanu wa amiluusolihat, membetuk baladil amin Indoensa,” ungkap Gus Muwafiq.
“Makanya selama ini saya nggak pernah nyeletuk meneh (bicara lagi soal ini). Karena selama ini paling ribut masalah jenggot, masalah katok (celana, Red) cingkrang, ya biasa aja. Tapi akhir-akhir ini orang mulai mengingkari negara dengan bahasa agama,” jelasnya.
Gus Muwafiq mengingatkan peristiwa-peritiwa di Timur Tengah akibat dari pengingkaran-pengingkaran terhadap negara menggunakan agama. Menurutnya, jangan sampai hal itu terjadi di Indonesia.
“Mengingkari negara dengan bahasa agama di Suriah telah mengahcurkan Suriah. Mengkari negara dengan agama dipisihkan di Afganistan telah menghacurkan Afganistan. Begitu kalian mengajarkan itu di Indonesia, jangan harap kalian bisa hidup. Karena kami dari barisan NU akan menjaga baladil amin Indonesia,” ancam Gus Muwafiq pada kelompok yang sering menggaungkan khilafah.
“Makanya Islam tidak mengajarkan bentuk struktur negara, karena yang dipentingkan adalah baladil amin. “Setelah aman, kamu membentuk seperti apa terserah” dan Indonesia bentuknya seperti ini, Demokrasi dan Pancasila,” katanya.
Gus Muwafiq mengingatkan agar anak-anak sudah harus mulai diajarkan hidup berbangsa dan bernegara. [dutaislam.or.id/pin]
Reaksi keras Gus Muwafiq teruatama setelah menyaksikan serentetan peristiwa dimana sekelompok orang melakukan kritik terhadap pemerintah (negara) menggunakan agama.
“Dulu orang berbicara ketidaksuskaaan karena program pemerintah. Itu ndak apa-apa, namanya demokrasi. Tapi Sekarang orang mengktitik negara pakai agama. Ini yang kemudian saya harus bicara di sini. Karena kita sudah susah payah membangun negara,” ujar Gus Muwafiq dalam rekeman video pada Februari 2018 lalu.
Menurut Gus Muwafiq, Al Qur’an mengajarkan amanu (iman) dan amilussholihah (perbuatan baik), namun Al Qur’an juga mengajarkan ahsani taqwim (bentuk yang sempurna). Dan dalam kontek ini, bentuk terbaik adalah Indonesia yang sekarang.
“Al Qur’an mengajarkan waatiin, wazzaatun, waturisinin, wahadal baladil amin. Kita dimanapun mengajarkan amanuu wamilussholihah. Kalau mengajarkan amanu wa amilussholihat jangan lupakan ahsani taqwim, bentuk terbaik kita versi Indonesia karena bentuk kita ajarkan amanu waamilussholihat pada ahsani taqwimnya Indonesia. Dengan cara apa? Jangan lupa (juga) dengan cara Indonesia,” terang Gus Muwafiq.
Lebih lanjut Gus Muwafiq menjelaskan, wattin merupakan simbol Nabi Nuh, wazzaitun simbol Nabi Isa dan Nabi Ibrahim, dan waturisinin adalah simbol Nabi Musa. Sedangkan simbol Nabi Muhammad adalah wahadzal baladil amin, yakni demi ketentraman dan kemanan sebuah bangsa dan negara.
“Maka jangan mengaku umat Rasulullah kalau tidak mampu membentuk keamanan bangsa dan negara,” katanya.
Di sisi lain, lanjut Gus Muwafiq, bangsa Indonesia telah jadi bangsa yang besar sebelum Islam datang. Di Jawa Barat ada Kerajaan Padjajaran, di Jawa Timur ada Majapahit. Jika Islam waktu itu disebarkan dengan biasa (kekerasan) maka Islam tidak akan bisa diterima. Ungkapan pangeran, bukan Allah, sembahyang, bukan shalat, dan semacamnya, menurut Gus Muwafiq hal itu tak lain demi terciptanya baladil amin.
“Lha ini sekarang orang lupa,” katanya.
Gus Muwafiq juga menjelaskan mengapa kelompok Islam seperti Hizbut Tahriri Indonesia harus disingkirkan karena mereka hanya mengajarkan amanuu wa amilussholihat, tapi tidak baladil amin. Dan orang yang membela HTI sampai-sampai menilai negara telah menista ulama, mereka adalah orang yang pekok (goblok).
“Jadi mengapa polisi dan TNI menghajar HTI agar tidak hidup di Indoensia, kemudian kelompok yang pekok selalu bilang negara telah menistakan ulama, ulama mana yang dinistakan? nggak ada. Kenapa HTI dihinakan, kenapa HTI ditendang dari Indonesia. Karena HTI mengajarkan amanu wa amilussholihat, tapi mengingkari wahadzal baladil amin,” ucap Gus Muwafiq.
Demikian juga seperti Abu Bakar Baasyir yang mesti ditangkap dan tidak boleh keluar dari penjara. Karena Dia hanya mengajarkan amanu wa amilussholihat dengan melupakan wahadzal baladil amin.
“Dia mimpi baladil aminnya Saudi Arabiya. HTI (juga) mimpi baladil aminnya Palestina. Kita tidak pernah bermimpi itu. Kita orang Indonesia, mengajarkan amanu wa amiluusolihat, membetuk baladil amin Indoensa,” ungkap Gus Muwafiq.
“Makanya selama ini saya nggak pernah nyeletuk meneh (bicara lagi soal ini). Karena selama ini paling ribut masalah jenggot, masalah katok (celana, Red) cingkrang, ya biasa aja. Tapi akhir-akhir ini orang mulai mengingkari negara dengan bahasa agama,” jelasnya.
Gus Muwafiq mengingatkan peristiwa-peritiwa di Timur Tengah akibat dari pengingkaran-pengingkaran terhadap negara menggunakan agama. Menurutnya, jangan sampai hal itu terjadi di Indonesia.
“Mengingkari negara dengan bahasa agama di Suriah telah mengahcurkan Suriah. Mengkari negara dengan agama dipisihkan di Afganistan telah menghacurkan Afganistan. Begitu kalian mengajarkan itu di Indonesia, jangan harap kalian bisa hidup. Karena kami dari barisan NU akan menjaga baladil amin Indonesia,” ancam Gus Muwafiq pada kelompok yang sering menggaungkan khilafah.
“Makanya Islam tidak mengajarkan bentuk struktur negara, karena yang dipentingkan adalah baladil amin. “Setelah aman, kamu membentuk seperti apa terserah” dan Indonesia bentuknya seperti ini, Demokrasi dan Pancasila,” katanya.
Gus Muwafiq mengingatkan agar anak-anak sudah harus mulai diajarkan hidup berbangsa dan bernegara. [dutaislam.or.id/pin]