 |
| Twit Goenawan Muhammad. |
Dutaislam.or.id - Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salman Alfarisi yang menyebut KH Yahya Cholil Staquf dengan sebutan 'cecunguk' menuai banyak tanggapan, tak terkecuali sastrawan Goenawan Muhammad.
"PKS tak pantas membiarkan kadernya menggunakan makian kasar seperti itu," kata Goenawan, Ahad (17/06/2018) melalui akun twitternya @gm_gm.
Goenawan menceritakan tentang pengalaman tahun 1960-an, di mana kata-kata kasar menghambur bersama kebencian, dan akhirnya terjadi pertumpahan darah.
"Ketika politik hanya dibangun dengan demagogi dan fanatisme, ketika kata-kata kasar dianggap gagah berani, ketika kebencian menggantikan dialog — ketika itu kekerasan sedang menanti," lanjutnya.
Sastrawan Sitok Srengenge melalui akun facebooknya turut menanggapi cuitan Goenawan tersebut. Menurut Sitok perkataan tesebut bukan hanya tidak pantas, melainkan sekaligus mengandung penghinaan.
"Menyebut ulama yang melakukan kebaikan sebagai cecunguk bukan hanya tidak patut tapi sekaligus mengandung penghinaan. Ini sudah keterlaluan," kata Sitok, Ahad (17/06/2018). [dutaislam.or.id/gg]
"PKS tak pantas membiarkan kadernya menggunakan makian kasar seperti itu," kata Goenawan, Ahad (17/06/2018) melalui akun twitternya @gm_gm.
Goenawan menceritakan tentang pengalaman tahun 1960-an, di mana kata-kata kasar menghambur bersama kebencian, dan akhirnya terjadi pertumpahan darah.
"Ketika politik hanya dibangun dengan demagogi dan fanatisme, ketika kata-kata kasar dianggap gagah berani, ketika kebencian menggantikan dialog — ketika itu kekerasan sedang menanti," lanjutnya.
Sastrawan Sitok Srengenge melalui akun facebooknya turut menanggapi cuitan Goenawan tersebut. Menurut Sitok perkataan tesebut bukan hanya tidak pantas, melainkan sekaligus mengandung penghinaan.
"Menyebut ulama yang melakukan kebaikan sebagai cecunguk bukan hanya tidak patut tapi sekaligus mengandung penghinaan. Ini sudah keterlaluan," kata Sitok, Ahad (17/06/2018). [dutaislam.or.id/gg]
