Profil Twitter Hilmi Firdausi |
Dutaislam.or.id - Ustaz Hilmi Firdausi yang namanya agak terkenal sejak ikut bicara di ILC TVone, melalui akun twitternya @Hilmi28 mengatakan tidak ada Islam Nusantara.
Ia menganalogikan Islam Nusantara dengan Resto cepat saji, yang dianggapnya sebuah kesalahan. "Berarti nanti boleh donk budaya India, Jepang, dll dimasukan kdlm Islam sbg kearifan lokal," katanya, Kamis (05/07/2018).
Menanggapi Hilmi, Prof Nadirsyah Hosen (Gus Nadir) juga melalui akun twitternya @na_dirs mengatakan, "Boleh. Knp tidak? Selama budaya lokal tdk bertentangan dg Islam, bisa diadopsi dlm praktek dan ekspresi keislaman baik di Jepang, Eropa, Australia, dll," tandasnya.
"Gitu lho ustaz @Hilmi28," imbuh Gus Nadir.
Kepada Hilmi, Gus Nadir menjelaskan bahwa kaidah mengambil muatan lokal dalam Islam sudah dijelaskan para ulama.
"Kaidahnya: 1. al-‘Adah Muhakkamah, 2. al-Ma’ruf ‘urfan ka al-Masyrut Syartan, 3. al-Tsabit bil dalalatil urf kal tsabit bil dalalatin nash, 4. Ma raahu al-muslimun hasanan fa huwa ‘indallah hasan," ungkap Gus Nadir.
Menurut Gus Nadir, kalau Hilmi bisa membedakan mana syari’ah dan mana fiqh, mana ibadah mahdhah dan ghair mahdhah, dan mana ushul dan furu’, memahami Islam NUsantara itu tidaklah repot.
"Kecuali memang sengaja gak mau paham," kata Gus Nadir. Hingga berita ini ditulis (05/07/2018, pukul 20.02 WIB), belum ada tanggapan lagi dari Hilmi. [dutaislam.or.id/gg]
Ia menganalogikan Islam Nusantara dengan Resto cepat saji, yang dianggapnya sebuah kesalahan. "Berarti nanti boleh donk budaya India, Jepang, dll dimasukan kdlm Islam sbg kearifan lokal," katanya, Kamis (05/07/2018).
Twit gagal paham Hilmi. |
"Gitu lho ustaz @Hilmi28," imbuh Gus Nadir.
Kepada Hilmi, Gus Nadir menjelaskan bahwa kaidah mengambil muatan lokal dalam Islam sudah dijelaskan para ulama.
"Kaidahnya: 1. al-‘Adah Muhakkamah, 2. al-Ma’ruf ‘urfan ka al-Masyrut Syartan, 3. al-Tsabit bil dalalatil urf kal tsabit bil dalalatin nash, 4. Ma raahu al-muslimun hasanan fa huwa ‘indallah hasan," ungkap Gus Nadir.
Menurut Gus Nadir, kalau Hilmi bisa membedakan mana syari’ah dan mana fiqh, mana ibadah mahdhah dan ghair mahdhah, dan mana ushul dan furu’, memahami Islam NUsantara itu tidaklah repot.
"Kecuali memang sengaja gak mau paham," kata Gus Nadir. Hingga berita ini ditulis (05/07/2018, pukul 20.02 WIB), belum ada tanggapan lagi dari Hilmi. [dutaislam.or.id/gg]