Doa talak balak yang lazim diucapkan muslimin. Foto: istimewa. |
Dutaislam.or.id - Dalam kitab Al-Jawahir al-Khoms, Syech Kamil Fariduddin as-Syukarjanji di halaman ke 5, disebutkan pada tiap tahun hari Rabu terakhir di bulan Safar, Allah akan menurukan 320.000 bala' bencana ke muka bumi.
Hari itu akan menjadi hari-hari yang paling sulit diantara hari-hari dalam satu tahun. Dalam kitab tersebut, kita disunahkan untuk mendirikan Shalat pada hari tersebut sebanyak 4 rakaat dimana tiap rakaatnya membaca surat al-Fatihah dan surat al-kautsar sebanyak 17 kali, lalu Al-Ikhlas 4 kali, Al-Falaq dan An-Nas masing-masing satu kali.
Dalam bukunya “Kanzun Najah was-Surur fi Fadail al-Azmina wasy-Syuhur," Syech Abdul Hamid al-Quds, Imam Besar Masjidil Haram mengatakan,“Banyak auliya Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual telah menandai bahwa setiap tahun, ada 320 ribu penderitaan (baliyyat) jatuh ke bumi pada hari Rabu terakhir di Bulan Safar.
Rabu Wekasan dianggap sebagai hari yang sangat berat dibandingkan hari-hari lain sepanjang tahun. Beberapa ulama mengatakan bahwa ayat Al-Quran, “Yauma Nahsin Mustamir” yakni “Hari berlanjutnya pertanda buruk” merujuk pada hari ini, yakni Rabu Wekasan.
Nah, Dalam budaya Jawa (kekhalifahan/kerajaan mataram Islam), tradisi Rabu terakhir bulan Shafar ini diakomodir dalam tradisi Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan. Berbagai macam aktivitas islami hadir dalam tradisi Rabu Wekasan di masyarakat Jawa. Dari mulai berkumpul untuk tahlilan (zikir bersama), berbagi makanan baik dalam bentuk gunungan maupun selamatan, sampai sholat sunnah lidaf’il balaa bersama.
Shalat sunnah memohon ampun dari bala bencana (lidaf’il balaa) selalu dilakukan oleh pengikut Jamiyyah Nahdlatul Ulama di Indonesia dan dunia. Walau dalam khasanah pemikiran NU sendiri shalat ini diterima dengan baik dan memodifikasi/meluruskan ajaran islam-kejawen yang memelencengkannya menjadi Sholat Rebo Wekasan.
KH. Hasyim Asy’ari pendiri NU juga pernah berfatwa, tidak boleh mengajak atau melakukan sholat Rebo Wekasan karena hal itu tidak ada syariatnya. KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) berfatwa kalau di kampung-kampung masih ada orang yang menjalankan sholat Rebo Wekasan, "Ya niatnya saja yang harus diubah," paparnya.
Jangan niat sholat Rebo wekasan,tapi niat sholat sunat mutlak saja, atau niat sholat hajat walau hajatnya minta dijauhkan dari bala'. "Pokoknya jangan niat sholat Rebo wekasan karena memang tidak ada dasarnya. Dan kepada mereka yang jadi panutan masyarakat harus menjelaskan soal ini," kata Gus Mus.
Shalat sunnah lidaf’il bala' ini tak harus dilakukan di Hari Rabu terakhir bulan Shafar, tapi kapan saja ketika kita merasa firasat buruk akan adanya bala bencana. [dutaislam.or.id/ab]