Oleh M Abdulah Badri
Dutaislam.or.id – Jika dari Desa Karimun menuju ke
Bandara di Desa Kemujan, amatilah di kanan jalan, Anda akan menemukan plang kayu
tertulis “Makam Sayyid Abdullah”. Teksnya berwarna merah. Untuk menuju ke sana,
Anda perlu berjalan masuk sekitar 200 meter. Lokasi makam masih di kawasan Desa
Kemujan, Rt. 01 Rw. 02, Kec. Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah. Bisa dilalui mobil
karena jalan sudah dibeton sejak 2014.
Penduduk setempat rutin mengadakan haul Sayyid Abdullah
tersebut tiap Senin Pahing pada bulan Asyuro (Suro). Saking lamanya tradisi
haul itu berlangung, menurut Mbah Sapuan (56), juru kunci makam, ia tidak ingat
berapa puluh kiai di Jawa Tengah dan Jepara yang sudah diundang untuk mengisi
acara.
Cerita soal Mbah Sayyid Abdullah ini tidak banyak yang tahu
secara detail silsilahnya. Namun, juru kunci makam itu mengatakan bahwa penemu
maqbarah wali tersebut adalah Mbah Maryani, orang asal pulau Jawa. Hidup
puluhan tahun yang lalu.
Ketika itu, menurut Sapuan, Mbah Maryani datang ke Kemujan
untuk “mbalok”, yakni mencari kayu besar untuk kemudian dibuat ukuran balokan
segi empat agar bisa dijual kembali. Belum ada yang tahu kalau di daerah
tersebut ada begitu banyak makam.
Mbah Maryani kemudian tirakat tidur dimakam untuk “meramat”,
atau, orang menyebutnya nelik/ mencari tahu siapa pemilik makam yang
dikelilingi nisan-nisan banyak tersebut. Tiga makam ada di tengah, dan, yang
paling tengah panjangnya cukup lumayan. Ukuran makam itu sekitar 2 meter. Khas
makam kuno dan tua sekali.
Setelah tirakat berhasil, Mbah Maryani mendapatkan petunjuk
langsung kalau tiga makam tersebut adalah Siti Aminah (istri), Sayyid Abdullah
(suami) dan Nur Rahman (putra). Sementara, di sekeliling makam adalah
sahabat-sahabatnya. “Sayyid Abdullah menurut Mbah Marayani datang dari Baghdad
Iraq untuk memperjuangkan dakwah Islam di Kemujan,” papar Sapuan kepada Duta
Islam, di Rumahnya, Kemojan, Senin (7 Juni 2016).
Mbah Sapuan bercerita pernah ditemui dalam mimpi oleh Sayyid
Abdullah yang ciri fisiknya mirip orang Arab yang tinggi, besar, jenggotnya lumayan
panjang menutup leher saking lebatnya. Ketika itu, hujan lebat sedang turun. Ia
tidak mendapatkan pesan penting dalam mimpi kecuali hanya petunjuk bahwa harta
karun Sayyid Abdullah Kemujan akan bermanfaat kalau waktunya sudah tiba.
“Mbah Sayyid Abdullah bilang ke saya kalau harta dan kapalnya
ada di Pulang Bengkuang Karimun Jawa, letaknya satu kilometer dari Tambak
Karang. Tidak akan bisa diambil kecuali sudah waktunya bisa dimanfaatkan,” tandas
Sapuan.
Sayyid Abdullah juga punya punya tongkat. Tapi, lanjut
Sapuan, tongkat itu hanya bisa dimiliki oleh orang kelahiran Surabaya. Siapa
pun tidak akan bisa mengambil tongkat itu. “Diminta Mbah Parini yang juru makam
saja tidak boleh kok,” tuturnya.
Jika ada orang yang berhasil
karena wasilah nadzar ke makam Mbah Sayyid Abdullah, maka, harus segera
dilunaskan janji nadzarnya. Jika tidak, ujar Sapuan, ada murid Sayyid Abdullah
yang marah. “Sahabat Sayyid Abdullah Kemujan ada yang dari Sampang Madura. Itu
galak orangnya. Di makam, dia ibarat penjaga atau satpam. Dia itu yang tegas,”
terangnya.
Makam sahabat yang tegas itu sempat ditunjukkan Mbah Sapuan
kepada Duta Islam. Ia ada di bawah pohon besar sebelah kiri makam Sayyid
Abdullah dari jalan masuk makam. Saking galaknya, ada kejadian aneh menimpa orang yang akan syukuran
daging kambing bersama keluarga dan warga itu. Akibat mencicipi dulu masakan kambing tersebut sebelum dibawa ke makam, ia kualat. Mulutnya perot seperti orang habis ditampar. “Kurang adab menurut saya,”
tuturnya.
Ketika sedang dirundung hutang karena punya gawe mantu, Mbah
Sapuan juga pernah tidur di makam. Tapi tiba-tiba ada yang membangunkannya. “Muleh-muleh,
hasil kuwe. Nutuk-nutuk/ Pulang-pulang, kamu berhasil. Pasti tercapai,” teriak suara laki-laki dari arah makam.
Alhamdulillah, dilalah, berkah wasilah Mbah Sayyid Abdullah
dan atas kehendak Allah, tamu di acara mantu Mbah Sapuan banyak yang datang
melebihi undangan. Hutang 25 juta langsung lunas. Baginya, itu di luar
perkiraan karena kondisi ekonomi yang tidak mampu.
Mbah Sapuan adalah juru kunci Makam Sayyid Abdullah bersama
Mbah Parini hingga sekarang. Ia menggantikan Mbah Adnan yang meneruskan tugas
dari Mbah Syafawi, kakek Mbah Sapuan. Semuanya asli Karimun Jawa. [dutaislam.or.id/ab]