Dutaislam.or.id - Usai misa ratusan jemaat Gereja Katolik Redemptor Surabaya, KH Mohammad Nizam As-shofa, pemangku pondok pesantren Ahlus-Shofa Wal-Wafa didampingi puluhan anggota jamaah walima dan anggota Banser diminta naik ke podium menyampaikan pesan-pesan kemanusiaan, menceritakan sosok Gus Dur dan syiir tanpo waton.
KH Mohammad Nizam As-shofa yang akrab dipanggil Gus Nizam mengajak seluruh jamaah untuk terus menjaga perdamaian dan menjalin ukhwah basyariyah dan persaudaraan seiman antaragama dan menjaga persatuan keutuhan NKRI & cinta kasih kepada semua umat beragama.
Gus Nizam bercerita soal syiir Tanpo Waton miliknya yang sempat dianggap adalah suara Gus Dur. Ia mengaku sengaja tidak memberikan konfirmasi pada publik karena satu hal.
"Syiir Tanpo Waton" yang sebagian kalangan meyakini itu ciptakan dan dilantunkan Gus Dur sendiri, ternyata sebetulnya dilantunkan sendiri oleh KH Mohammad Nizam As-Shofa, yang beralamat di Desa Simoketawang Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Gus Nizam ini memiliki suara berat yang menandakan usia orang yang sudah sepuh dari lantunan syiir tanpo waton yang biasa terdengar di masjid-masjid selama ini.
Lulusan Universitas Al-Azhar Mesir ini mengaku bersyukur dan merasa mendapatkan barokah dari Gus Dur setelah melantukan lagu syiir tanpo waton tersebut. Malah dia bersyukur bila syiir yang diciptakannya itu bisa didengar banyak masyarakat.
“Kalau memang dengan sebutan Syiir Gus Dur masyarakat luas bisa mendengar, maka saya malah bersyukur dan tidak mempermasalahkannya. Toh tujuannya sama, demi syiar Islam,” tegasnya.
“Kalau memang dengan sebutan Syiir Gus Dur masyarakat luas bisa mendengar, maka saya malah bersyukur dan tidak mempermasalahkannya. Toh tujuannya sama, demi syiar Islam,” tegasnya.
Diakhir ceramahnya, gus Nizam kembali menegaskan bahwa wawasan keislaman sesungguhnya adalah anti kekerasan dan anti teroris. [dutaislam.or.id/msd/ab]