Iklan

Iklan

,

Iklan

Perjalanan Mencari Ijazah Burdah KH Shaleh Darat

8 Agu 2016, 18:57 WIB Ter-Updated 2024-08-31T00:07:04Z
Download Ngaji Gus Baha
Foto: Habib Abdul Qadir Alkaf, Rembang

Oleh M Abdullah Badri

Dutaislam.or.id – Ketika KH Ali Rahman, Pandangan, Sedan, Rembang merantau di Semarang, sambil ngaji Kitab Burdah Imam Bushiri di di ndalem Habib Ahmad, ia mendapatkan perintah untuk melakukan perjalanan ke arah Timur mencari dan menunggu naskah jembrak (syarah) Kitab Burdah yang ditulis tangan oleh KH Sholeh Darat dalam bahasa Jawa.

Atas ijin Allah, Mbah Ali melakukan perintah gurunya tersebut hingga sampai ke daerah Bonang, Lasem dan sempat tinggal beberapa lama di sana. Tidak juga menjumpai Burdah KH Sholeh Darat, Mbah Ali diperintah gurunya lagi untuk pindah ke arah Utara Bonang. Sampailah ke Pandangan, Rembang.

Pada tahun 1999, ketika Habib Abdul Qadir Alkaf yang asli Kudus pindah ke Rembang, ia sowan ke ndalem Mbah Ali dengan maksud minta doa. Ketika itulah, KH Ali Rahman menemukan kitab yang minta ditemukan oleh sang guru Habib Ahmad Semarang tersebut. Untuk menunggu kitab Mbah Sholeh Darat, KH Ali Rahman ternyata harus pindah tempat hingga tiga kali. Ini kitab yang dimaksud:


Menurut Habib Qadir, kitab Burdah Mbah Sholeh Darat yang asli tulisan tangan hanya ada 3 eksemplar. Salah satunya yang ia simpan tersebut. Ceritanya, waktu usia SMP kelas 2, Habib Qadir diberi wasiat oleh gurunya Habib Ali Mayong Jepara untuk menyimpan Burdah KH Sholeh Darat. Pada suatu saat nanti, jika ada yang meminta, silakan dikasih. Itu pesan Habib Ali.  

Puluhan tahun disimpan, ternyata yang memiliki ijazah tersebut antara lain adalah KH Ali Rahman. Habib Qadir tidak mendapatkan ijazah karena hanya dititipi kitab tersebut oleh Habib Ali, gurunya. Justru Mbah Ali yang memberikan ijazah Burdah kepada Habib Abdul Qadir dari Habib Ahmad Semarang, walau tidak memiliki kitab syarah Burdah karya KH Sholeh Darat sebelum bertemu Habib Qadir.

Silsilah ijazah syarah Burdah KH Sholeh Darat Semarang didapatkan Habib Ali Mayong dari mertuanya yang dimakamkan di belakang masjid Mayong Jepara. Keterangan yang didapatkan Duta Islam, mertua Habib Ali adalah murid KH Sholeh Darat.

Kini, sanad ijazah tersebut menurun kepada Habib Abdullah al-Hinduan Mayong, menantu Habib Ali yang asli Grobogan. Di Jepara, hingga sekarang ada beberapa majelis Burdahan di Jepara yang diasuh oleh Habib Abdul Qadir. Hampir setiap pekan, kata salah satu saksi, Habib Qadir motoran ke Jepara untuk memimpin Burdah.

Itu dilakukan hanya untuk memegang amanat gurunya, Mbah Ali, agar istiqomah membaca Burdah. Jarak tempuh antara Sedan, Rembang ke Jepara lumayan jauh, sekitar 4 jam. Sungguh, perjalanan sepanjang 150 kilometer ditempuh Habib Abdul Qadir dengan roda dua. Ikhlas, tidak ada yang membayar. Masyaallah. Semoga berkah melimpah. [dutaislam.or.id/ab]

Sumber: Habib Abdul Qadir Alkaf dalam sebuah perbincangan di Rumahnya, Desa Kenongo, Sedan, Rembang, Sabtu (06/08/2016) tengah malam. 

Iklan