Bukan saja Uthmaniyah dan Aceh, kitab Dalailul Khairat turut menjadi amalan pejuang-pejuang dan para tentera kerajaan-kerajaan Islam lain di seluruh dunia termasuk angkatan Kesultanan Malaka. Dalam buku Perang Sabil, Mualimbunsu Syam menyatakan seperti berikut:
"Dikabarkan bahwa panglima dan bala tentara Sultan (Melaka) banyak yang menghafal dan mempraktikkan amalan dalam kitab ini (Dalailul Khairat). Maka tidak heran kalau kitab tersebut sering dijumpai bersama jasad para syuhada yang melawan kafir penjajah di era awal 1511 Masehi, menghadapi pasukan kerajaan Katolik Portugis yang datang menyerang Kesultanan Malaka"
Kitab himpunan sholawat Nabi ini memberikan suntikan rohani yang luar biasa kepada para tentara Islam. Betapa pentingnya kitab ini sehinggakan tentara-tentara Islam dulu membawanya ke medan perang. Sebab itu ketika Raja Haji Fisabilillah syahid ditembak meriam Belanda, kitab Dalailul Khairat ada pada gengaman tangannya.
Pejuang Islam dulu, mereka kuat amalan-amalan agama, berhati bersih dan lembut serta mengangkat senjata pada musuh yang benar, maka musuh-musuh Islam gerun pada mereka. Orang sekarang yang mengaku pejuang agama seperti ISIS, longgar amalan agama, berhati buas dan zalim serta mengangkat senjata pada orang yang salah. Mereka ini ditertawakan oleh musuh. [dutaislam.or.id/ab]
Hasanuddin Yusof,
mukim Pattani, Malaysia