Buku karya KH Sholeh Darat Terjemah Sabilul Abid |
Dutaislam.or.id - Ada yang tanya, seberapa pentingkah ilmu tauhid? Jelas. Ibarat rumah, ilmu tauhid adalah pondasi awalnya. Nah, kalau pondasi dibangun asal-asalan apa jadinya rumah itu, baru dibangun robohlah ia.
Di dalam mempelajari Ilmu tauhid atau aqidah, madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) menggunakan dalil naqli dan aqli. Dalil naqli ialah dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. dan dalil aqli ialah dalil yang berdasarkan akan pikiran yang sehat. Paham Aswaja mengutamakan penggunaan dalil naqli di atas dalil aqli.
Nah, buku berjudul Terjemah Tauhid Sabilul ‘Abid ‘ala Jauharatut Tauhid karya KH Sholeh Darat ini akan membahas lugas dan komprehensif ilmu tauhid madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah. Biasanya ilmu tauhid dirasa susah mempelajarinya. Namun beda dengan buku ini, orang awam pun akan mudah memahaminya. Karena Kiai Sholeh Darat memang menulis dengan bahasa yang bisa dipahami masyarakat luas.
Buku ini merupakan syarah kitab “Jauharatut Tauhîd” karya Syekh Ibrahim al-Laqqani yang berbentuk nazham 144 bait. Meskipun terhitung pendek, tetapi kitab ini mencakup berbagai aspek perihal tauhid.
Kitab ini memiliki keistimewaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab syarah Jauharatut Tauhid yang lain. Selain karena berbahasa Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, juga karena bahasanya yang sederhana dan pembahasannya yang ringkas.
Buku ini memuat hal-hal yang dibutuhkan oleh masyarakat awam untuk memahami ilmu tauhid, tanpa dipusingkan oleh istilah-istilah dalam ilmu tauhid yang sangat rumit. Selain itu, kitab ini tidak hanya membahas masalah tauhid, tetapi juga membahas masalah tasawuf dan akhlak.
Dalam masalah tauhid, kitab ini membahas lima puluh akidah Ahlussunnah wal Jama’ah. Lima puluh akidah ini wajib diketahui oleh masyarakat awam secara terperinci dan wajib mengetahui dalilnya secara global.
Buku ini juga membahas rukun iman dan berbagai macam hal yang wajib diketahui dan diyakini oleh setiap umat Islam, seperti hisab, syafaat Rasulullah, shirâth, ruh, dibangkitkan dari kubur, surga dan neraka, dan lain-lain.
Dalam masalah tasawuf dan akhlak, kitab ini membahas perihal perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim seperti tawakal, memuliakan keturunan Nabi Muhammad Saw., juga membahas perilaku yang harus dijauhi oleh setiap muslim seperti ujub, takabur, dengki, mira’, dan perdebatan.
Melihat sekilas isi buku ini, meskipun dikarang sekitar abad 19, tetapi buku ini tetap relevan dan bahkan sangat dibutuhkan bagi masyarakat muslim yang mulai menyepelekan dan bahkan melupakan masalah akidah dan akhlak.
Tak heran, jika di pesantren tradisional, khususnya pesantren-pesantren berlatar belakang NU, hingga sekarang buku ini menjadi salah satu buku pegangan para santri dalam mempelajari ilmu tauhid, disamping kitab-kitab lain seperti ‘Aqidah al-Awwam karangan Ahmad al-Marzuqi al-Makki dan Tijân ad-Durari karangan Ibrahim al-Baijuri. Begitu populernya kitab Jauharatut Tauhid ini hingga ada sekitar 10 syarah dan Hasyiyah yang muncul kemudian.
Salah satunya adalah karya berjudul Sabilul ‘Abid ini. Kiai Sholeh Darat mensyarah kitab Jauharatut Tauhid dengan menggunakan bahasa Jawa beraksara Arab (pegon) untuk memudahkan masyarakat awam di Jawa mempelajari ilmu tauhid.
Untuk tujuan inilah seluruh karyanya menggunakan huruf pegon, seperti Syarah Al-Hikam Ibnu Atha’illah yang telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia. Penerbitan kembali kitab ini dalam bentuk terjemahan ke dalam bahasa Indonesia juga meneruskan ikhtiar Kiai Sholeh Darat untuk mempermudah masyarakat Islam Indonesia dalam mempelajari dan mengamalkan hal-hal prinsip dalam ilmu tauhid.
--------------
syarah al hikam kh sholeh darat | kitab faidhur rohman | syarah al hikam ibnu athaillah pdf | kitab lathoifut thoharoh | silsilah mbah sholeh darat | tarjamah sabilul abid
---------------
IDENTITAS BUKU TERJEMAH SABILUL ABID:
JUDUL BUKU:
|
Terjemah Tauhid, Sabîlul 'Abid Syarah ala Jauharatit Tauhid
|
Penulis:
|
KH Sholeh Darat |
---|---|
Bahasa:
|
Indonesia, Arab, Pegon Jawa |
Cetakan: | Pertama, 2017 |
Tebal: | XXVI + 427 Halaman |
ISBN: | 978-602-6264-31-2 |
Ukuran: | 14,8 x 21 cm | Kertas pakai Bookpaper dan Soft Cover |
Harga: | Rp. 95.000 (belum ongkir) | Dikirim dari Bandung |
Pesan WA: | Klik SINI. |
Nama lengkapnya adalah Muhammad Sholeh bin Umar al-Samarani, atau lebih dikenal dengan sebutan kiai Sholeh Darat. Ada dua alasan kenapa dipanggil “Kiai Sholeh Darat”. Kiai Sholeh Darat (1820-1903 M) semasa dan seperjuangan dengan Syekh Nawawi al-Bantani dan Kiai Kholil Bangkalan saat mengaji bertahun-tahun di tanah Haramain. Kiai Sholeh Darat juga merupakan guru para ulama besar Nusantara.
Di antara tokoh yang pernah belajar kepada Kiai Sholeh Darat adalah, Kiai Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Kiai Ahmad Dahlan, Pendiri Muhamadiyah, Syekh Mahfudz Tremas ahli Hadits terkemuka serta adiknya Kiai R. Dahlan Tremas, seorang ahli Falak, hingga Raden Ajeng Kartini, pahlawan emansipasi wanita dan banyak kiai dan tokoh lainnya.
Dan, mempelajari ilmu tauhid harus dari sanad yang jelas. Apa itu sanad? Transmisi atau silsilah keilmuan yang tersambung hingga Rasulullah Saw. Dengan sebuah sanad, kita bisa tahu darimana sebuah ilmu itu diambil. Sehingga Abdullah Ibnu Mubarok memaparkan bahwa “Sanad adalah bagian dari agama.
Jikalau tidak ada sanad, maka orang akan berkata sesuai kemauan nafsunya sendiri.” Lebih tegas lagi, Abdullah bin Umar juga berkata, “Ilmu adalah bagian dari agama, shalat juga bagian darinya. Maka dari itu, lihatlah dengan siapa engkau mengambil ilmu agama tersebut. Kelak di hari Kiamat kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas semua itu.”
Adapun dilihat dari sanad keilmuan tauhid, Kiai Sholeh Darat awal mula mempelajari ilmu Tauhid pada Kiai Ahmad Bafaqih Ba’ahvi Semarang belajar kitab Jauharatut Tauhid dan Minhajul ‘Abidin.
Sewaktu di Mekkah, Kiai Sholeh Darat mengaji lagi kitab Jauharatut Tauhid kepada Sayyid al-Makki dengan sanadnya yang sampai kepada Asy-Syinwani; dari Muhammad Al-Munir As-Samanudi; dari Muhammad bin Muhammad Al-Budairi; dari Abu Adh-Dhiya’ Ali Asy-Syabramalisi; dari pengarangnya Al-Burhan Abu Al-Amdad Ibrahim Al-Laqqani.
Dengan adanya sanad yang bersambung sampai ke sumbernya langsung, hal ini menunjukkan bahwa keilmuan Kiai Sholeh Darat bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya. [dutaislam.or.id/ab]