Dutaislam.or.id – KH Agus Sunyoto, antropolog dan sejarahwan senior NU menyebut Syeikh Maulana Malik Ibrahim bukan bagian dari Walisongo. Dia menjelaskan, periode Walisongo dimulai sejak munculnya Sunan Ampel. Sementara Syeikh Maulana Maghribi sudah wafat pada tahun 1419 ketika Sunan Ampel belum lahir.
"Apalagi Syeikh Jumadil Kubro, lebih tua dari Walisongo sebagai pendahulu," terang Kiai Agus saat menghadiri acara “Bedah Buku Atlas Walisongo” dalam rangka Hari Santri 2017 oleh PCNU Jepara di Gedung Setda Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara, Rabu (18/10/2017) siang.
Selain itu, Kiai Agus yang juga Ketua PP Lesbumi NU tersebut menyatakan bahwa Islam pertama kali besar di Jawa itu bukan di Demak, melainkan di Lumajang karena Aria Wiraraja (penguasa Lumajang) itu muslim.
“Dia punya anak namanya Ronggolawe, muslim juga, ada makamnya di Tuban,” terangnya, “ciri muslim itu ada kuburan dan makamnya, Hindu itu matinya dibakar”, lanjutnya.
Kiai Agus menyebut, semua yang dikatakan dia itu ada bukti dan fakta sejarahnya walau tidak diajarkan di sekolah. Sumber utama sejarah tersebut dia ambil dari naskah-naskah kuno yang jika dijual pernah ada yang laku hingga Rp. 60 juta per naskah.
“Satu-satunya naskah tulisan Pegon Arab justru dibawa Mbah Sunan Ampel. Bahasanya Campa dan isinya primbon,” tandas Kiai Agus yang mengaku 7 naskahnya pernah hilang usai dipinjam untuk sebuah pameran di Jakarta tahun 2016.
Sejak itu, ia sangat hati-hati mengeluarkan naskah orisinil Walisongo yang dimiliki mengingat tidak ada duanya, tidak ada di toko dan bedah informasinya sangat mahal serta berguna untuk meluruskan sejarah yang direkayasa penguasa pada zaman kononial.
Baca laporan sebelumnya: Soal Film G 30 S PKI, Kiai Agus Sunyoto: Itu Dongeng yang Merusak Pikiran. Laporan bersambung ke: KH Agus Sunyoto: Ken Arok Tokoh Fiktif Buatan Belanda Untuk Diskreditkan Diponegoro. [dutaislam.or.id/ab]
"Apalagi Syeikh Jumadil Kubro, lebih tua dari Walisongo sebagai pendahulu," terang Kiai Agus saat menghadiri acara “Bedah Buku Atlas Walisongo” dalam rangka Hari Santri 2017 oleh PCNU Jepara di Gedung Setda Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara, Rabu (18/10/2017) siang.
Selain itu, Kiai Agus yang juga Ketua PP Lesbumi NU tersebut menyatakan bahwa Islam pertama kali besar di Jawa itu bukan di Demak, melainkan di Lumajang karena Aria Wiraraja (penguasa Lumajang) itu muslim.
“Dia punya anak namanya Ronggolawe, muslim juga, ada makamnya di Tuban,” terangnya, “ciri muslim itu ada kuburan dan makamnya, Hindu itu matinya dibakar”, lanjutnya.
Kiai Agus menyebut, semua yang dikatakan dia itu ada bukti dan fakta sejarahnya walau tidak diajarkan di sekolah. Sumber utama sejarah tersebut dia ambil dari naskah-naskah kuno yang jika dijual pernah ada yang laku hingga Rp. 60 juta per naskah.
“Satu-satunya naskah tulisan Pegon Arab justru dibawa Mbah Sunan Ampel. Bahasanya Campa dan isinya primbon,” tandas Kiai Agus yang mengaku 7 naskahnya pernah hilang usai dipinjam untuk sebuah pameran di Jakarta tahun 2016.
Sejak itu, ia sangat hati-hati mengeluarkan naskah orisinil Walisongo yang dimiliki mengingat tidak ada duanya, tidak ada di toko dan bedah informasinya sangat mahal serta berguna untuk meluruskan sejarah yang direkayasa penguasa pada zaman kononial.
Baca laporan sebelumnya: Soal Film G 30 S PKI, Kiai Agus Sunyoto: Itu Dongeng yang Merusak Pikiran. Laporan bersambung ke: KH Agus Sunyoto: Ken Arok Tokoh Fiktif Buatan Belanda Untuk Diskreditkan Diponegoro. [dutaislam.or.id/ab]