Sutiyono: Juru Kunci Makam Syeikh Abu Bakar bin Ahmad Pulau Panjang |
Dutaislam.or.id - Ada dua tujuan orang-orang mau datang ke pulau terpencil di Jepara, Pulau Panjang, yang masih ada di wilayah Ujungbatu, Jepara Kota. Pertama, ziarah, dan kedua, wisata. Dalam sepekan, ribuan orang datang ke untuk wisata snorkeling di Pulau Panjang sekaligus ziarah ke Makam Syaikh Abu Bakar. Ziarah sekaligus wisata. Wisata religi.
Pasir pantainya masih putih dan bersih saat laporan Dutaislam.or.id ini dibuat. Namun, untuk ziarah dan menikmati pesona Pulau Panjang, harus dilalui dengan transportasi laut parahu kecil berkapasitas 20-25 orang sekali jalan. Dari Pantai Kartini, waktu tempuh antara 10-15 menit perjalanan kapal Sapta Pesona yang jumlahnya ada 16 armada.
Hanya pada Sabtu, Ahad dan hari libur saja Pulau Panjang dipadati ribuan peziarah dan wisatawan. Tiket masuk ke pulau Rp. 5000,- per orang. Sementara biaya naik kapal dari Pantai Kartini hanya Rp. 20.000,- per orang (pulang-pergi).
Selain akhir pekan dan hari libur, tiket masuk dari Dinas Pariwisata Jepara tidak ditarik, kecuali transportasi kapal, yang jika tidak ramai, sewanya bisa bisa mencapai ratusan ribu rupiah.
Pulau Panjang makin populer sejak haul waliyyullah Habib Abu Bakar bin Ahmad digelar pertama pada tahun 2001 atas inisiatif Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan. Menurut Sutiyono (42), juru kunci makam, 70 persen pengunjung Pulau Panjang adalah para zairin (peziarah). Selebihnya, penikmat wisata pantai.
Pasir pantainya masih putih dan bersih saat laporan Dutaislam.or.id ini dibuat. Namun, untuk ziarah dan menikmati pesona Pulau Panjang, harus dilalui dengan transportasi laut parahu kecil berkapasitas 20-25 orang sekali jalan. Dari Pantai Kartini, waktu tempuh antara 10-15 menit perjalanan kapal Sapta Pesona yang jumlahnya ada 16 armada.
Hanya pada Sabtu, Ahad dan hari libur saja Pulau Panjang dipadati ribuan peziarah dan wisatawan. Tiket masuk ke pulau Rp. 5000,- per orang. Sementara biaya naik kapal dari Pantai Kartini hanya Rp. 20.000,- per orang (pulang-pergi).
Selain akhir pekan dan hari libur, tiket masuk dari Dinas Pariwisata Jepara tidak ditarik, kecuali transportasi kapal, yang jika tidak ramai, sewanya bisa bisa mencapai ratusan ribu rupiah.
Pulau Panjang makin populer sejak haul waliyyullah Habib Abu Bakar bin Ahmad digelar pertama pada tahun 2001 atas inisiatif Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan. Menurut Sutiyono (42), juru kunci makam, 70 persen pengunjung Pulau Panjang adalah para zairin (peziarah). Selebihnya, penikmat wisata pantai.
Tanpa makam, kata Sutiyono, Pulau Panjang tidak berpesona. "Ada rombongan dua bisa yang selalu menginap di Pulau Panjang kalau ziarah. Jama'ahnya Habib Thohir Cirebon," terang Sutiyono kepada Dutaislam.or.id, Ahad (15/10/2017) siang, saat ditemui di teras rumahnya, sekitar kompleks makam.
Sutiyono adalah satu-satunya penghuni sah Pulau Panjang karena pulau itu dimiliki secara yuridis oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Jepara. Ia menghuni rumah petak kecil di sebelah Timur makam sejak tidak menjadi pengemudi kapal Karimunjawa, sementara ayahnya, Mbah Ali Kromo, sudah sangat sepuh dan sendirian mengurus makam Habib Abu Bakar Pulau Panjang.
Sejak tahun 1950-an, Ali Kromo sudah menjadi penghuni Pulau Panjang untuk mengurus makam dan sekaligus menjaga pulau. Mulai tahun 2000, Sutiyono sering membantu pekerjaan ayahnya mengelola makam, yang menurut dia, atas perintah langsung dari Habib Abu Bakar bin Ahmad, empunya makam.
"Dulu ayah saya Mbah Ali Kromo itu tahunya hanya makam Sayyid. Kalau ke pulau, fatihahnya ya hanya ila hadrati sayyid wali saja," papar Sutiyono yang menggantikan penuh profesi ayahnya sejak wafat pada tahun 2012 itu.
Menurut penuturannya, sejak ditunjuk jadi juru kunci makam, Mbah Ali Kromo muda pernah diminta Habib Abu Bakar untuk kuliah dan belajar langsung selama dua tahun kepada para Walisanga. "Kepada Sunan Kalijaga, belajarnya selama tiga bulan. Yang mengantar kuliah ya Habib Abu Bakar sendiri," jelas Sutiyono.
Cara belajarnya jelas bukan secara kasat mata, tapi ruhiyah. "Selama belajar itu, ayah saya mati sirri (rahasia) dua tahun. Jasadnya ada di mbale (tempat tidur), tapi ruhnya diajak ngaji kemana-mana," lanjut Sutiyono yang mengaku dapat cerita itu langsung dari Mbah Ali Kromo.
Sejak dipilih jadi juru kunci makam, Mbah Kromo baru mengetahui bahwa nama pemilik makam itu adalah Habib Abu Bakar setelah bertahun-tahun di Pulau Panjang, "itupun katanya diberitahu oleh ndoro habib langsung di alam keenam (gaib)," imbuh Sutiyono, "dan untuk mendapatkan silsilah "bin" beliau, butuh jeda waktu hingga 10 tahun menunggu Abah Luthfi Pekalongan," terangnya.
"Kalau bukan Habib Luthfi yang buat saya tidak berani mengedarkan (silsilah). Jenengan tanya Abah Luthfi saja soal pangkat wali beliau," tandas Sutoyono yang tidak berani menceritakan riwayat detail, kilas biografi serta karomah Syeikh Habib Abu Bakar Pulau Panjang. Dutaislam.or.id hanya mendapatkan silsilah tertulis.
Jika silsilah para Walisanga rata-rata keturunan ke 22 dari Rasulullah SAW, maka Habib Abu Bakar bin Ahmad Pulau Panjang berada di urutan ke 29 dari Sayyidil Mursalin, Nabi Muhammad SAW. Berikut urutan silsilahnya, diketik ulang tanpa editan.
Menurut Sutiyono, Habib Abu Bakar termasuk waliyullah sepuh yang ada di Jepara. Dari 450 an jumlah auliya di Jepara (daftar makam wali Jepara, klik SINI), makam Habib Abu Bakar paling cepat ramai dikunjungi selain makam Nyai Ratu Kalinyamat, Mantingan, Jepara.
Sutiyono adalah satu-satunya penghuni sah Pulau Panjang karena pulau itu dimiliki secara yuridis oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Jepara. Ia menghuni rumah petak kecil di sebelah Timur makam sejak tidak menjadi pengemudi kapal Karimunjawa, sementara ayahnya, Mbah Ali Kromo, sudah sangat sepuh dan sendirian mengurus makam Habib Abu Bakar Pulau Panjang.
Sejak tahun 1950-an, Ali Kromo sudah menjadi penghuni Pulau Panjang untuk mengurus makam dan sekaligus menjaga pulau. Mulai tahun 2000, Sutiyono sering membantu pekerjaan ayahnya mengelola makam, yang menurut dia, atas perintah langsung dari Habib Abu Bakar bin Ahmad, empunya makam.
"Dulu ayah saya Mbah Ali Kromo itu tahunya hanya makam Sayyid. Kalau ke pulau, fatihahnya ya hanya ila hadrati sayyid wali saja," papar Sutiyono yang menggantikan penuh profesi ayahnya sejak wafat pada tahun 2012 itu.
Menurut penuturannya, sejak ditunjuk jadi juru kunci makam, Mbah Ali Kromo muda pernah diminta Habib Abu Bakar untuk kuliah dan belajar langsung selama dua tahun kepada para Walisanga. "Kepada Sunan Kalijaga, belajarnya selama tiga bulan. Yang mengantar kuliah ya Habib Abu Bakar sendiri," jelas Sutiyono.
Cara belajarnya jelas bukan secara kasat mata, tapi ruhiyah. "Selama belajar itu, ayah saya mati sirri (rahasia) dua tahun. Jasadnya ada di mbale (tempat tidur), tapi ruhnya diajak ngaji kemana-mana," lanjut Sutiyono yang mengaku dapat cerita itu langsung dari Mbah Ali Kromo.
Sejak dipilih jadi juru kunci makam, Mbah Kromo baru mengetahui bahwa nama pemilik makam itu adalah Habib Abu Bakar setelah bertahun-tahun di Pulau Panjang, "itupun katanya diberitahu oleh ndoro habib langsung di alam keenam (gaib)," imbuh Sutiyono, "dan untuk mendapatkan silsilah "bin" beliau, butuh jeda waktu hingga 10 tahun menunggu Abah Luthfi Pekalongan," terangnya.
"Kalau bukan Habib Luthfi yang buat saya tidak berani mengedarkan (silsilah). Jenengan tanya Abah Luthfi saja soal pangkat wali beliau," tandas Sutoyono yang tidak berani menceritakan riwayat detail, kilas biografi serta karomah Syeikh Habib Abu Bakar Pulau Panjang. Dutaislam.or.id hanya mendapatkan silsilah tertulis.
Jika silsilah para Walisanga rata-rata keturunan ke 22 dari Rasulullah SAW, maka Habib Abu Bakar bin Ahmad Pulau Panjang berada di urutan ke 29 dari Sayyidil Mursalin, Nabi Muhammad SAW. Berikut urutan silsilahnya, diketik ulang tanpa editan.
- Sayyidul Imam Quthubil Habib Abu Bakar
- Bin Sayyid Ahmad
- Bin Sayyid Syeikh
- Bin Sayyid Imam Ahmad
- Bin Sayyid Yahya
- Bin Sayyid Hasan
- Bin Sayyid Ali
- Bin Sayyid Alwi
- Bin Sayyid Muhammad Maulad Dawilah
- Bin Sayyid Ali
- Bin Sayyid Alwy
- Bin Sayyid Muhammad Al Faqih Al-Muqaddam
- Bin Sayyid Sayyid Ali
- Bin Sayyid Muhammad Shohibul Murobath
- Bin Sayyid Ali Kholi'i Qosim
- Bin Sayyid Alwy
- Bin Sayyid Muhammad
- Bin Sayyid Alwy
- Bin Sayyid Ubaidillah
- Bin Sayyid Ahmad Muhajir
- Bin Sayyid Isa Al-Bashri
- Bin Sayyid Muhammad An-Naqib
- Bin Sayyid Ali Al-'Uraidli
- Bin Sayyid Ja'far Shodiq
- Bin Sayyid Muhammad Al-Baqir
- Bin Sayyid Ali Zainal 'Abidin
- Bin Sayyidinal Imam Husain As-Sibthi
- Bin Sayyidinal Imam Ali Bin Abi Tholib Wabni Sayyidatina Fatimah Azzahro
- Binti Sayyidil Mursalin Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib Al-Hasyimi shollallahu alaihi wa sallam.
Menurut Sutiyono, Habib Abu Bakar termasuk waliyullah sepuh yang ada di Jepara. Dari 450 an jumlah auliya di Jepara (daftar makam wali Jepara, klik SINI), makam Habib Abu Bakar paling cepat ramai dikunjungi selain makam Nyai Ratu Kalinyamat, Mantingan, Jepara.
"Seingat saya, sejak 2004, hampir seluruh Indonesia ada yang datang ziarah ke Pulau Panjang," ungkap Sutiyono.
Jika Anda tertarik mengetahui misteri dan mitos Pulau Panjang Jepara dengan menginap, jangan lupa bawa snorkeling, tenda dan alat masak. Tidak ada penginapan di Pulau Panjang. Penjaja makanan juga hanya ada di akhir pekan dan hari libur, kecuali warung depan makam Habib Abu Bakar yang buka 24 jam jika banyak pengunjung.
Hingga laporan ini dibuat, listrik hanya bersumber dari genset kompleks makam. Air tawar untuk mandi juga hanya ada di sekitar makam. Di malam hari, juru kunci makam hanya mengandalkan surya sell untuk penerangan. Wisata tanpa ziarah, muspra. Ingat, Pulau Panjang bukan tempat maksiat. [dutaislam.or.id/ab]
Jika Anda tertarik mengetahui misteri dan mitos Pulau Panjang Jepara dengan menginap, jangan lupa bawa snorkeling, tenda dan alat masak. Tidak ada penginapan di Pulau Panjang. Penjaja makanan juga hanya ada di akhir pekan dan hari libur, kecuali warung depan makam Habib Abu Bakar yang buka 24 jam jika banyak pengunjung.
Hingga laporan ini dibuat, listrik hanya bersumber dari genset kompleks makam. Air tawar untuk mandi juga hanya ada di sekitar makam. Di malam hari, juru kunci makam hanya mengandalkan surya sell untuk penerangan. Wisata tanpa ziarah, muspra. Ingat, Pulau Panjang bukan tempat maksiat. [dutaislam.or.id/ab]