Iklan

Iklan

,

Iklan

Mati Sirri Dua Tahun, Juru Kunci Makam Syaikh Abu Bakar Pulau Panjang Ngaji ke Walisanga

16 Okt 2017, 20:50 WIB Ter-Updated 2024-08-12T08:30:33Z
Download Ngaji Gus Baha
Sutiyono: Juru Kunci Makam Syeikh Abu Bakar bin Ahmad Pulau Panjang

Dutaislam.or.id - Ada dua tujuan orang-orang mau datang ke pulau terpencil di Jepara, Pulau Panjang, yang masih ada di wilayah Ujungbatu, Jepara Kota. Pertama, ziarah, dan kedua, wisata. Dalam sepekan, ribuan orang datang ke untuk wisata snorkeling di Pulau Panjang sekaligus ziarah ke Makam Syaikh Abu Bakar. Ziarah sekaligus wisata. Wisata religi.

Pasir pantainya masih putih dan bersih saat laporan Dutaislam.or.id ini dibuat. Namun, untuk ziarah dan menikmati pesona Pulau Panjang, harus dilalui dengan transportasi laut parahu kecil berkapasitas 20-25 orang sekali jalan. Dari Pantai Kartini, waktu tempuh antara 10-15 menit perjalanan kapal Sapta Pesona yang jumlahnya ada 16 armada.

Hanya pada Sabtu, Ahad dan hari libur saja Pulau Panjang dipadati ribuan peziarah dan wisatawan. Tiket masuk ke pulau Rp. 5000,- per orang. Sementara biaya naik kapal dari Pantai Kartini hanya Rp. 20.000,- per orang (pulang-pergi).

Selain akhir pekan dan hari libur, tiket masuk dari Dinas Pariwisata Jepara tidak ditarik, kecuali transportasi kapal, yang jika tidak ramai, sewanya bisa bisa mencapai ratusan ribu rupiah.

Pulau Panjang makin populer sejak haul waliyyullah Habib Abu Bakar bin Ahmad digelar pertama pada tahun 2001 atas inisiatif Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan. Menurut Sutiyono (42), juru kunci makam, 70 persen pengunjung Pulau Panjang adalah para zairin (peziarah). Selebihnya, penikmat wisata pantai.

ziarah makam habib abu bakar bin ahmad pulau panjang
Antri: Tiap Sabtu-Ahad dan hari libur, lalu lintas kapal padat. Harus antri untuk datang dan pulang. Tampak rombongan peziarah dari Magelang sedang mengantri di dermaga Pulau Panjang, Ahad (15/10/2017) siang.

Tanpa makam, kata Sutiyono, Pulau Panjang tidak berpesona. "Ada rombongan dua bisa yang selalu menginap di Pulau Panjang kalau ziarah. Jama'ahnya Habib Thohir Cirebon," terang Sutiyono kepada Dutaislam.or.id, Ahad (15/10/2017) siang, saat ditemui di teras rumahnya, sekitar kompleks makam.

Sutiyono adalah satu-satunya penghuni sah Pulau Panjang karena pulau itu dimiliki secara yuridis oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Jepara. Ia menghuni rumah petak kecil di sebelah Timur makam sejak tidak menjadi pengemudi kapal Karimunjawa, sementara ayahnya, Mbah Ali Kromo, sudah sangat sepuh dan sendirian mengurus makam Habib Abu Bakar Pulau Panjang.

Sejak tahun 1950-an, Ali Kromo sudah menjadi penghuni Pulau Panjang untuk mengurus makam dan sekaligus menjaga pulau. Mulai tahun 2000, Sutiyono sering membantu pekerjaan ayahnya mengelola makam, yang menurut dia, atas perintah langsung dari Habib Abu Bakar bin Ahmad, empunya makam.

"Dulu ayah saya Mbah Ali Kromo itu tahunya hanya makam Sayyid. Kalau ke pulau, fatihahnya ya hanya ila hadrati sayyid wali saja," papar Sutiyono yang menggantikan penuh profesi ayahnya sejak wafat pada tahun 2012 itu.

Menurut penuturannya, sejak ditunjuk jadi juru kunci makam, Mbah Ali Kromo muda pernah diminta Habib Abu Bakar untuk kuliah dan belajar langsung selama dua tahun kepada para Walisanga. "Kepada Sunan Kalijaga, belajarnya selama tiga bulan. Yang mengantar kuliah ya Habib Abu Bakar sendiri," jelas Sutiyono.

Cara belajarnya jelas bukan secara kasat mata, tapi ruhiyah. "Selama belajar itu, ayah saya mati sirri (rahasia) dua tahun. Jasadnya ada di mbale (tempat tidur), tapi ruhnya diajak ngaji kemana-mana," lanjut Sutiyono yang mengaku dapat cerita itu langsung dari Mbah Ali Kromo.

Sejak dipilih jadi juru kunci makam, Mbah Kromo baru mengetahui bahwa nama pemilik makam itu adalah Habib Abu Bakar setelah bertahun-tahun di Pulau Panjang, "itupun katanya diberitahu oleh ndoro habib langsung di alam keenam (gaib)," imbuh Sutiyono, "dan untuk mendapatkan silsilah "bin" beliau, butuh jeda waktu hingga 10 tahun menunggu Abah Luthfi Pekalongan," terangnya.

"Kalau bukan Habib Luthfi yang buat saya tidak berani mengedarkan (silsilah). Jenengan tanya Abah Luthfi saja soal pangkat wali beliau," tandas Sutoyono yang tidak berani menceritakan riwayat detail, kilas biografi serta karomah Syeikh Habib Abu Bakar Pulau Panjang. Dutaislam.or.id hanya mendapatkan silsilah tertulis.

Jika silsilah para Walisanga rata-rata keturunan ke 22 dari Rasulullah SAW, maka Habib Abu Bakar bin Ahmad Pulau Panjang berada di urutan ke 29 dari Sayyidil Mursalin, Nabi Muhammad SAW. Berikut urutan silsilahnya, diketik ulang tanpa editan.

  1. Sayyidul Imam Quthubil Habib Abu Bakar 
  2. Bin Sayyid Ahmad
  3. Bin Sayyid Syeikh
  4. Bin Sayyid Imam Ahmad
  5. Bin Sayyid Yahya
  6. Bin Sayyid Hasan
  7. Bin Sayyid Ali
  8. Bin Sayyid Alwi
  9. Bin Sayyid Muhammad Maulad Dawilah
  10. Bin Sayyid Ali
  11. Bin Sayyid Alwy
  12. Bin Sayyid Muhammad Al Faqih Al-Muqaddam
  13. Bin Sayyid Sayyid Ali
  14. Bin Sayyid Muhammad Shohibul Murobath
  15. Bin Sayyid Ali Kholi'i Qosim
  16. Bin Sayyid Alwy
  17. Bin Sayyid Muhammad
  18. Bin Sayyid Alwy
  19. Bin Sayyid Ubaidillah
  20. Bin Sayyid Ahmad Muhajir
  21. Bin Sayyid Isa Al-Bashri
  22. Bin Sayyid Muhammad An-Naqib
  23. Bin Sayyid Ali Al-'Uraidli
  24. Bin Sayyid Ja'far Shodiq
  25. Bin Sayyid Muhammad Al-Baqir
  26. Bin Sayyid Ali Zainal 'Abidin
  27. Bin Sayyidinal Imam Husain As-Sibthi
  28. Bin Sayyidinal Imam Ali Bin Abi Tholib Wabni Sayyidatina Fatimah Azzahro
  29. Binti Sayyidil Mursalin Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib Al-Hasyimi shollallahu alaihi wa sallam.

Menurut Sutiyono, Habib Abu Bakar termasuk waliyullah sepuh yang ada di Jepara. Dari 450 an jumlah auliya di Jepara (daftar makam wali Jepara, klik SINI), makam Habib Abu Bakar paling cepat ramai dikunjungi selain makam Nyai Ratu Kalinyamat, Mantingan, Jepara.

Kompleks Makam Habib Abu Bakar bin Ahmad Pulau Panjang Jepara

"Seingat saya, sejak 2004, hampir seluruh Indonesia ada yang datang ziarah ke Pulau Panjang," ungkap Sutiyono.

Jika Anda tertarik mengetahui misteri dan mitos Pulau Panjang Jepara dengan menginap, jangan lupa bawa snorkeling, tenda dan alat masak. Tidak ada penginapan di Pulau Panjang. Penjaja makanan juga hanya ada di akhir pekan dan hari libur, kecuali warung depan makam Habib Abu Bakar yang buka 24 jam jika banyak pengunjung.

Hingga laporan ini dibuat, listrik hanya bersumber dari genset kompleks makam. Air tawar untuk mandi juga hanya ada di sekitar makam. Di malam hari, juru kunci makam hanya mengandalkan surya sell untuk penerangan. Wisata tanpa ziarah, muspra. Ingat, Pulau Panjang bukan tempat maksiat. [dutaislam.or.id/ab]

Iklan