Prof Nadirsyah Hosen (Foto: www.monash.edu) |
Dutaislam.or.id - Prof Nadirsyah Hosen, pengajar di Universitas Monash, Australia, termasuk salah satu orang yang mengikuti perkembangan Islam di Indonesia. Tak ketinggalan pula terhadap kasus Felix Siauw yang dibatalkan ceramahnya oleh Banser dan keluarga besar PCNU Bangil, di Masjid Manarul, Bangil, Sabtu (04/11/2017) pagi.
Berikut ini pernyataan lengkap Prof Nadirsyah Hosen yang diterima Dutaislam.or.id, Selasa (07/11/2017):
Dalam kasus Felix di Bangil, apa yang dilakukan Banser sudah cerdas dan benar. Tidak ada kekerasan. Tidak ada pentungan. Yang ada Banser bersama Polri menyodorkan surat pernyataan agar di-ttd Felix bahwa dia setuju Pancasila.
Felix tidak mau ttd, pergi diantar Polri dan kemudian koar-koar seolah sebagai victim. Maka orang di luar yang gak suka dengan NU langsung menggoreng. Orang di dalam NU yang gak cocok dengan PBNU dan Ansor ikut-ikutan mengkritik. Yang pakar HAM dan demokrasi menyerang pula Banser seolah lupa Felix itu mau ngancurin demokrasi Pancasila.
Kenapa Felix gak mau ttd? Karena dia gak mau jadi kafir mendukung sistem thogut. Ini masalah akidah buat dia. Bukan masalah demokrasi atau masalah NU.
Saya mengambil sikap: saya MENDUKUNG 100% Banser dan Polri yg meminta semua tokoh HTI utk ttd di surat pernyataan sebelum bisa ceramah. Ini masalah menjaga NKRI.
HTI sudah bubar tapi tokoh-tokohnya masih bebas berceramah. Mereka pintar berlindung dibalik pengajian untuk terus menyebarkan paham khilafah.
Kalau pemerintah dan polri yang di depan melarang dan membubarkan maka polri dan jokowi dianggap anti Islam oleh kelompok seperti Amien Rais dkk.
Polri dan Pemerintah jadi gamang bersikap. Belum lagi TNI lewat Panglimanya bersikap merangkul pihak-pihak yang secara politik dan ideologis berseberangan dengan Pemerintah dan Pancasila. Polri tidak mau dibenturkan dengan TNI.
Maka diaturlah strategi. Banser ditaruh di depan menghadang Felix dkk. Polri memback-up di belakang. Yang kena caci maki adalah Banser. Dan saya merasa tidak layak saya ikut-ikutan mengkritik dan mencaci Banser atas upaya mereka berdiri di depan menjaga Pancasila dan NKRI.
Kalau bukan Banser yang bergerak, siapa lagi?
Buka mata dan lihatlah bahwa Felix, Bachtiar Nasir, FPI dkk bahkan diundang ceramah di kantor polisi, kementrian, BUMN dan lain-lain.
Apa gak gendeng ini? Kalian yang sekarang mengkritik Banser jangan menyesal kalau Banser mutung dan gak mau lagi turun menjaga NKRI. Emang enak terus menerus disalahkan dan dicaci maki?
Banser perlu dirangkul, bukan malah kalian merangkul HTI dan FPI. Banser perlu dijaga dan ditemani, bukan malah terus dikritik oleh internal NU sendiri. Banser perlu terus diberdayakan, bukan malah dipermalukan oleh elit NU sendiri.
Saya, Nadirsyah Hosen, sekali lagi mendukung apa yang dilakukan para sahabat Banser di Bangil terhadap Felix Siauw.
Maju terus Banser dengan senyum dan doa.
[dutaislam.or.id]
Berikut ini pernyataan lengkap Prof Nadirsyah Hosen yang diterima Dutaislam.or.id, Selasa (07/11/2017):
Dalam kasus Felix di Bangil, apa yang dilakukan Banser sudah cerdas dan benar. Tidak ada kekerasan. Tidak ada pentungan. Yang ada Banser bersama Polri menyodorkan surat pernyataan agar di-ttd Felix bahwa dia setuju Pancasila.
Felix tidak mau ttd, pergi diantar Polri dan kemudian koar-koar seolah sebagai victim. Maka orang di luar yang gak suka dengan NU langsung menggoreng. Orang di dalam NU yang gak cocok dengan PBNU dan Ansor ikut-ikutan mengkritik. Yang pakar HAM dan demokrasi menyerang pula Banser seolah lupa Felix itu mau ngancurin demokrasi Pancasila.
Kenapa Felix gak mau ttd? Karena dia gak mau jadi kafir mendukung sistem thogut. Ini masalah akidah buat dia. Bukan masalah demokrasi atau masalah NU.
Saya mengambil sikap: saya MENDUKUNG 100% Banser dan Polri yg meminta semua tokoh HTI utk ttd di surat pernyataan sebelum bisa ceramah. Ini masalah menjaga NKRI.
HTI sudah bubar tapi tokoh-tokohnya masih bebas berceramah. Mereka pintar berlindung dibalik pengajian untuk terus menyebarkan paham khilafah.
Kalau pemerintah dan polri yang di depan melarang dan membubarkan maka polri dan jokowi dianggap anti Islam oleh kelompok seperti Amien Rais dkk.
Polri dan Pemerintah jadi gamang bersikap. Belum lagi TNI lewat Panglimanya bersikap merangkul pihak-pihak yang secara politik dan ideologis berseberangan dengan Pemerintah dan Pancasila. Polri tidak mau dibenturkan dengan TNI.
Maka diaturlah strategi. Banser ditaruh di depan menghadang Felix dkk. Polri memback-up di belakang. Yang kena caci maki adalah Banser. Dan saya merasa tidak layak saya ikut-ikutan mengkritik dan mencaci Banser atas upaya mereka berdiri di depan menjaga Pancasila dan NKRI.
Kalau bukan Banser yang bergerak, siapa lagi?
Buka mata dan lihatlah bahwa Felix, Bachtiar Nasir, FPI dkk bahkan diundang ceramah di kantor polisi, kementrian, BUMN dan lain-lain.
Apa gak gendeng ini? Kalian yang sekarang mengkritik Banser jangan menyesal kalau Banser mutung dan gak mau lagi turun menjaga NKRI. Emang enak terus menerus disalahkan dan dicaci maki?
Banser perlu dirangkul, bukan malah kalian merangkul HTI dan FPI. Banser perlu dijaga dan ditemani, bukan malah terus dikritik oleh internal NU sendiri. Banser perlu terus diberdayakan, bukan malah dipermalukan oleh elit NU sendiri.
Saya, Nadirsyah Hosen, sekali lagi mendukung apa yang dilakukan para sahabat Banser di Bangil terhadap Felix Siauw.
Maju terus Banser dengan senyum dan doa.
[dutaislam.or.id]
Nadirsyah Hosen, Pengajar di Monash University
dan Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama
Australia - New Zealand