Dutaislam.or.id - Jadi, tidak perlu heran jika hari ini, atau pada suatu saat nanti, akan banyak yang kebakaran rambutnya melihat kebijakan para elite PBNU dan kiai NU lainnya, mereka langsung menggunakan dunia maya dan media abal-abal untuk membuat permainan isu.
Mau menyerang NU dengan isu hot seputar perempuan pun, mereka jelas tidak punya amunisi. Menyerang elite NU di PBNU, PCNU, atau bahkan MWC NU seputar korupsi dan kriminalisme, jelas belepotan dan berisiko.
Tidak peduli santri, habaib, FPI, HTI, MTA, MM, GNPF, jika mereka dipenuhi semangat bela Islam tanpa tabayun, lalu mendengar ada ustadz muallaf Snock Hurgronje ceramah di masjid dan tidak jadi karena ditolak massa, mereka akan membuat isu bersama di media sosial, serentak menyalahkan.
Lihatlah, ketika ustadz Snock Hurgronje ditolak, antara pasukan PKS, FPI, Alumni 212, dan lainnya, kompak langsung menyerang Banser dan umumnya NU. Tanpa tabayun, isu yang mereka buat adalah seputar:
- Perusak persatuan umat,
- Pembela penista agama,
- Lemah lembut ke orang kafir, keras ke sesama muslim,
- Liberal,
- Pro pemerintah,
- PKI,
- Pro Syiah, suka kawal ulama Syiah,
- Tukang jaga gereja,
- Suka joget dengan seragam Banser,
- Pembubar pengajian, tidak nahi mungkar kemaksiatan,
- Paling Pancasilais tapi pemberontak OPM dibiarkan
Semua itu bukan perkara yang selesai di meja fakta dan hukum, tapi propaganda. Ini hanya dalam tataran kebijakan. Belum lagi soal penghinaan dan tuduhan mereka dalam aspek ideologi aswaja dan keyakinan, mereka ini memang kompak menyebut ahli bid'ah, quburiyyun, suka tahayul, merokok, dan sebutan lainnya, yang tidak disertai dalil.
Mereka hanya just menuduh, lalu pergi tanpa pamit. Seperti hantu, isu digulirkan, orang awam diajak untuk mengikuti alur propganda mereka.
Kekompakan mereka dipicu oleh tokoh-tokoh (seleb maya) macam muallaf Snock Hurgronje, Jonru, Dus Nur, Firanda, Khalid Basalamah, Idrus Ramli, Buya Yahya, Abdul Somad, dan lainnya, untuk lebih memassifkan gerakan mengganyang massa yang tidak pro mereka.
Jika Anda menemukan orang-orang yang memiliki pikiran semacam itu kepada kebijakan NU, baik di tingkat lokal maupun pusat, pastikan, mereka terbuat dari tanah sengketa daerah mana? Masyumi, Poso, Solo atau Jakarta? [dutaislam.or.id/ab]