Foto: Istimewa |
Dutaislam.or.id - Ustad Felix Siauw yang akun Fanpagenya sudah punya 4 juta lebih pengikut terus nyerocos soal kejadian penolakan dirinya di Bangil Pasuruan, Sabtu (04/11/2017). Di hari yang sama, setidaknya ada dua postingan soal Bangil dengan tulisan agak panjang.
Postingan pertama berjudul “Tentang Fitnah dan Tuduhan Kajian di Bangil” diunggah pukul 14.28. Postingan kedua berjudul “Hikmah dan Pelajaran Dari Bangil” diunggah pukul 14.49. Pujian dan cercaan kepada Felix memenuhi kolom komentar pada dua postingan tersebut.
Postingan pertama bernada sombong setelah menolak tanda tangan menngakui Pancasila sebagai ideologi negara. Baca: Sombong Tolak Tandatangan Setia Pancasila, Felix Tuduh Massa Lakukan Fitnah
Postingan kedua bernada merendah namun isinya menghantam banyak pihak termasuk pemerintah dan pihak kepolisian. Mula-mula Felix menganggap kejadian di Bangil sebagai sebuah tantangan. Dakwah yang dia klaim diibaratkan dengan kompetisi sepak bola. Semakin tinggi tahapan, semakin besar tantangan. Saat itulah dia menyadari bahwa akan ada gesekan yang semakin kuat.
“Lihat saat ini, partai final. Bila engkau tidak membela Islam maka pasti ada di kubu lainnya. Dan ini yang sesungguhnya terjadi, mengapa ulama dikriminalisasi,” tulis Felix, ngaco.
Apakah membela Felix kemudian sama arti dengan membela Islam? Lalu kalau tidak membelanya lantas tidak membela Islam?
Felix kemudian mengklaim bahwa aksi 411 dan 212 beberapa waktu lalu telah membuka mata kaum dzalim bahwa kaum Muslim ternyata bisa bersatu dan dekat dengan kebangkitan. Tapi Felix kemudian menuduh bahwa kebangkitan itu dihadang dengan isu makar, kudeta, intoleransi, anti-pancasila.
Sebagaimana diketahui, dugaan makar dalam aksi-aksi yang mengatasnamakan seluruh umat Islam itu ditangani langsung oleh pemerintah, dalam hal ini pihak kepolisian. Siapa yang dimaksud Felix sebagai kaum dzalim?
Felix menggenalisir seolah-olah aksi-aksi 411 dan 212 disepakati seluruh umat Islam. Padahal banyak dari umat Islam yang tidak ikut mendukung aksi tersebut, termasuk NU. Apakah NU dzalim karena tidak ikut mendukung aksi tersebut? Felix juga menuduh bahwa yang lain boleh menjarah Indonesia, korupsi, asal pendukung penguasa (pemerintah, red).
”Kepada siapa itu dialamatkan? Tentu kepada kaum muslim, dan tidak selain itu. Yang lain boleh menjarah Indonesia, boleh juga korupsi, hate speech, asal anda pendukung penguasa,” katanya.
Apakah pihak yang korupsi, hate speech, dan penjarah Indonesia sebagaimana dituduhkan Felix lantas tidak disebut umat Islam? Di paragraf yang lain, Felix menuduh pihak kepolisian Bangil pilih kasih.
”Pihak berwenang harusnya melindungi, malah pilih kasih. Bila ummat Islam didemo, yang kalah harus ummat Islam. Bila ummat Islam yang aksi, juga yang salah ummat Islam,” tulis Felix.
Apakah pernyataan di atas tidak berarti tuduhan bahwa yang menolak Felix dianggap bukan umat Islam? Adakah yang menolak Felix di Bangil beragama non Islam, Kristen, Hindu, atau Budha, misalnya?
Sampai di sini bisa dilihat poin penting tulisan Felix. Dia terlihat ingin membangun logika pengikutnya bahwa umat Islam (versi Felix) adalah pendukung aksi 411 dan 212. Oleh Felix, umat Islam akhirnya dibeda-pisahkan dengan penguasa.
Menurutnya, mereka yang korupsi, hate speech, dan yang dituduh menjarah Indonesia tidak masuk kategori umat Islam. Dalam hal ini, Felix terlihat nyata menyempitkan Islam dan ingin membenturkan antara umat dengan pemerintah.
Anggapan ini juga diungkapkan akun bernama Ahmad Bactiar. Dia menilai Felix telah mengkotak-kotakkan umat dan anak bangsa. Berikut komentar lengkap akun Ahmad:
"Saya muslim. Tidak perlu membenturkan antar umat Islam, antar anak bangsa. Jika ustadz memang belajar sejarah pembetukan bangsa ini, tidak perlu mengkotak kotakan bahwa negara ini memusuhi Islam. Islam diletakan sebagai agama yang harus dipinggirkan. Kita tidak sedang berhadap-hadapan. Jadilah islam yang rahmatan lilalamin. Jangan jadikan Islam kerdil hanya menjadi ideologi bagi bangsa ini. Terlalu kecil peran islam kalau dijadikan ideologi bangsa ini," tulisnya.
"Islam telah menjadi ideologi umat seluruh dunia. Jika ingin dijadikan ideologi bangsa ini hanya akan mendelegitimasikan peran islam. Bangsa ini telah berideologikan pancasila dan itu final. Para pejuang muslim dulu telah sepakat tidak menggunakan piagam Jakarta sebagai UUD bagi bangsa ini. Mengapa orang-orang Islam berusaha mengingkarinya?" ujar Ahmad mempertanyakan.
Tuduhan Felix kepada pihak kepolisian tidak berhenti di situ. Di pragraf berikutnya dia menuduh polisi mati-matian pada kasus fake chatsex (Riziq Syihab) dan dia menuduh polisi telah menahan ulama dan aktivis ditahan tanpa alasan yang jelas.
“Polisi masih mati-matian pada kasus fake chatsex, ulama dan aktivis ditahan tanpa alasan yang jelas, dan kita diminta percaya bahwa mereka mengamankan,” katanya.
Pada tulisan selanjutnya, Felix tanpak merendah namun sejatinya menghantam dan menuduh Ansor dan Banser Bangil sebagai organisiasi yang tidak memuliakan agama.
Berikut kutipan langsung tulisan Felik asli tanpa edit:
Karena Felix ditolak, apakah pihak Ansor dan Banser lantas tidak disebut sebagai organisasi yang memuliakan agama? Duh! [dutaislam.or.id/pin]
Postingan pertama berjudul “Tentang Fitnah dan Tuduhan Kajian di Bangil” diunggah pukul 14.28. Postingan kedua berjudul “Hikmah dan Pelajaran Dari Bangil” diunggah pukul 14.49. Pujian dan cercaan kepada Felix memenuhi kolom komentar pada dua postingan tersebut.
Postingan pertama bernada sombong setelah menolak tanda tangan menngakui Pancasila sebagai ideologi negara. Baca: Sombong Tolak Tandatangan Setia Pancasila, Felix Tuduh Massa Lakukan Fitnah
Postingan kedua bernada merendah namun isinya menghantam banyak pihak termasuk pemerintah dan pihak kepolisian. Mula-mula Felix menganggap kejadian di Bangil sebagai sebuah tantangan. Dakwah yang dia klaim diibaratkan dengan kompetisi sepak bola. Semakin tinggi tahapan, semakin besar tantangan. Saat itulah dia menyadari bahwa akan ada gesekan yang semakin kuat.
“Lihat saat ini, partai final. Bila engkau tidak membela Islam maka pasti ada di kubu lainnya. Dan ini yang sesungguhnya terjadi, mengapa ulama dikriminalisasi,” tulis Felix, ngaco.
Apakah membela Felix kemudian sama arti dengan membela Islam? Lalu kalau tidak membelanya lantas tidak membela Islam?
Felix kemudian mengklaim bahwa aksi 411 dan 212 beberapa waktu lalu telah membuka mata kaum dzalim bahwa kaum Muslim ternyata bisa bersatu dan dekat dengan kebangkitan. Tapi Felix kemudian menuduh bahwa kebangkitan itu dihadang dengan isu makar, kudeta, intoleransi, anti-pancasila.
Sebagaimana diketahui, dugaan makar dalam aksi-aksi yang mengatasnamakan seluruh umat Islam itu ditangani langsung oleh pemerintah, dalam hal ini pihak kepolisian. Siapa yang dimaksud Felix sebagai kaum dzalim?
Felix menggenalisir seolah-olah aksi-aksi 411 dan 212 disepakati seluruh umat Islam. Padahal banyak dari umat Islam yang tidak ikut mendukung aksi tersebut, termasuk NU. Apakah NU dzalim karena tidak ikut mendukung aksi tersebut? Felix juga menuduh bahwa yang lain boleh menjarah Indonesia, korupsi, asal pendukung penguasa (pemerintah, red).
”Kepada siapa itu dialamatkan? Tentu kepada kaum muslim, dan tidak selain itu. Yang lain boleh menjarah Indonesia, boleh juga korupsi, hate speech, asal anda pendukung penguasa,” katanya.
Apakah pihak yang korupsi, hate speech, dan penjarah Indonesia sebagaimana dituduhkan Felix lantas tidak disebut umat Islam? Di paragraf yang lain, Felix menuduh pihak kepolisian Bangil pilih kasih.
”Pihak berwenang harusnya melindungi, malah pilih kasih. Bila ummat Islam didemo, yang kalah harus ummat Islam. Bila ummat Islam yang aksi, juga yang salah ummat Islam,” tulis Felix.
Apakah pernyataan di atas tidak berarti tuduhan bahwa yang menolak Felix dianggap bukan umat Islam? Adakah yang menolak Felix di Bangil beragama non Islam, Kristen, Hindu, atau Budha, misalnya?
Sampai di sini bisa dilihat poin penting tulisan Felix. Dia terlihat ingin membangun logika pengikutnya bahwa umat Islam (versi Felix) adalah pendukung aksi 411 dan 212. Oleh Felix, umat Islam akhirnya dibeda-pisahkan dengan penguasa.
Menurutnya, mereka yang korupsi, hate speech, dan yang dituduh menjarah Indonesia tidak masuk kategori umat Islam. Dalam hal ini, Felix terlihat nyata menyempitkan Islam dan ingin membenturkan antara umat dengan pemerintah.
Anggapan ini juga diungkapkan akun bernama Ahmad Bactiar. Dia menilai Felix telah mengkotak-kotakkan umat dan anak bangsa. Berikut komentar lengkap akun Ahmad:
"Saya muslim. Tidak perlu membenturkan antar umat Islam, antar anak bangsa. Jika ustadz memang belajar sejarah pembetukan bangsa ini, tidak perlu mengkotak kotakan bahwa negara ini memusuhi Islam. Islam diletakan sebagai agama yang harus dipinggirkan. Kita tidak sedang berhadap-hadapan. Jadilah islam yang rahmatan lilalamin. Jangan jadikan Islam kerdil hanya menjadi ideologi bagi bangsa ini. Terlalu kecil peran islam kalau dijadikan ideologi bangsa ini," tulisnya.
"Islam telah menjadi ideologi umat seluruh dunia. Jika ingin dijadikan ideologi bangsa ini hanya akan mendelegitimasikan peran islam. Bangsa ini telah berideologikan pancasila dan itu final. Para pejuang muslim dulu telah sepakat tidak menggunakan piagam Jakarta sebagai UUD bagi bangsa ini. Mengapa orang-orang Islam berusaha mengingkarinya?" ujar Ahmad mempertanyakan.
Tuduhan Felix kepada pihak kepolisian tidak berhenti di situ. Di pragraf berikutnya dia menuduh polisi mati-matian pada kasus fake chatsex (Riziq Syihab) dan dia menuduh polisi telah menahan ulama dan aktivis ditahan tanpa alasan yang jelas.
“Polisi masih mati-matian pada kasus fake chatsex, ulama dan aktivis ditahan tanpa alasan yang jelas, dan kita diminta percaya bahwa mereka mengamankan,” katanya.
Pada tulisan selanjutnya, Felix tanpak merendah namun sejatinya menghantam dan menuduh Ansor dan Banser Bangil sebagai organisiasi yang tidak memuliakan agama.
Berikut kutipan langsung tulisan Felik asli tanpa edit:
”Saya juga mendoakan saudara saya GP Ansor dan Banser, semoga Allah berikan mereka izzah, hingga mampu memuliakan agama, santun dan lembut pada saudara seiman,” tulisnya.
Karena Felix ditolak, apakah pihak Ansor dan Banser lantas tidak disebut sebagai organisasi yang memuliakan agama? Duh! [dutaislam.or.id/pin]