Iklan

Iklan

,

Iklan

Salah Kaprah Julukan Ustadz Untuk Pengasong Khilafah

4 Nov 2017, 23:32 WIB Ter-Updated 2024-08-27T23:35:33Z
Download Ngaji Gus Baha
Pandita Khilafah Felix Siauw

Dutaislam.or.id - Ustadz (dalam bahasa Arab jamaknya: asatidz) adalah istilah yang sangat sering dipakai di Indonesia untuk panggilan kalangan orang yang dianggap pintar dan ahli di bidang ilmu agama.

Ustadz akhirnya hampir disejajarkan dengan istilah buya, kyai, da'i, tuan guru, mubaligh yang melebih guru sekolah. Di sebagian pesantren, pengasuh/pimpinan pesantren ada yang disebut ustadz, walau banyak yang hanya disebut "kang" (senior). Di sebagian pesantren, ustadz statusnya masih di bawah kiai.

Pengertian Istilah Ustadz
Sebenarnya, kata ustadz bukan asli bahasa Arab. Ia adalah kata ajami (non-Arab) yang berasal dari bahasa Persia (Iran), diserap ke bahasa Arab (muarrob). Keterangan ini bisa dililihat dalam kitab [اللامع العزيزي شرح ديوان المتنبي لأبي العلاء المعرّي] halaman 1/27, yang menyebutkan bahwa asal kata dari ustadz (أُستاذ) adalah ustad.

Dalam kamus Arab-Arab Al-Mu'jamul Wasith (المعجم الوسيط), kata ustadz memiliki beberapa makna sebagai berikut:

الأُستاذ - أُستاذ:
الأُستاذ : المعلِّم .
و الأُستاذ الماهر في الصناعة يُعلِّمها غيرَه .
و الأُستاذ لقب علمي عالٍ في الجامعة . والجمع : أَساتذة ، وأَساتيذ

1. Pengajar
2. Orang yang ahli dalam suatu bidang industri dan mengajarkan pada yang lain.
3. Julukan akademis level tinggi di universitas. Jamaknya adalah asatidzah dan asaatiidz.

Dr. Ali Jasim Salman dalam kitab Mausuah al-Akhta' al-Lughawiyah as-Syai'ah (موسوعة الأخطاء اللغوية الشائعة) menguraikan sebagai berikut: kata ustadz (Arab, أستاذ) berasal dari bahasa Persia klasik yang dalam bahasa Persia (Iran) ditulis istad (Persia, إستاد). Dari segi arti ia mendekati kata khawaajah (خواجة), sebuah kata bahasa Parsi yang bermakna pengajar, tuan, atau orang tua.

Sejarah penyebutan "ustadz" berasal dari kisah sejarah di mana kalangan elit suatu komunitas tertentu mendidik anak-anak mereka secara private dengan mendatangkan para pengajar ke istana mereka. Ketika mereka kuatir akan istri-istri mereka takut berselingkuh dengan para guru private ini, maka mereka mengebiri guru privat tersebut supaya hati mereka tenang saat para guru itu memasuki rumah mereka. Orang yang dikebiri dalam bahasa kaum tersebut adalah 'ustadz'. Seiring berjalannya waktu, maka setiap guru diberi julukan sebagai orang yang dikebiri. Saat praktik itu tidak terjadi lagi saat ini, maka julukan 'ustadz' lah yang dipakai saat ini.

Namun Al-Khaffaji dalam Shifa al-Ghalil fima fi Kalam al-Arab min ad-Adakhil tidak sependapat dengan asumsi itu. Ia menyatakan, kata ustadz dengan makna "orang yang dikebiri" tidak ada dalam kosa kata para ahli bahasa maupun kalangan awam di era jahili (pra Islam). Ustadz mengajar anak kecil dengan gaji tinggi.

Kata ustadz tidak terdapat dalam syair Jahili atau era pra Islam dan bukanlah bahasa Arab. Ia berasal dari bahasa Persia. Semua huruf dalam ustadz adalah bentuk asal. Seandainya ia berasal dari bahasa Arab, niscaya huruf asalnya adalah astadza ( أستـَذ) ikut wazan fu'lal ( فُعلال ) bukan dari satadza ( سَتـَذ َ). Apabila tidak, niscaya ia ikut wazan af'al (أفعالا). Ini tidak ada dalam bahasa Arab. Penduduk Irak memakainya karena hubungan mereka dengan bangsa Parsi (Iran). Lalu mereka pindah ke Teluk dan Suriah lalu ke belahan negara Arab yang lain.

Istilah ustadz lalu dimaknai secara umum sebagai profesi tenaga ahli seperti ahli hukum, pengacara di pengadilan di mana profesi ini setingkat dengan level pengajar di perguruan tinggi. Kata ustadz tidak ada bentuk muannats (bentuk perempuan) karena ia bukan sifat. Jadi, yang benar adalah kata ustadz dipakai untuk laki-laki dan perempuan

Muhammad Al-Murtadha Az-Zubaidi dalam kitab Tajul Arus min Jawahiril Qamus menyatakan: "Guru kami menjelaskan tentang kata ustadz. Kata ini berasal dari kata yang populer yang harus dijelaskan walaupun ia bukan berasal dari bahasa Arab. Huruf hamzah yang menjadi asal telah membuat penulis buku As-Syihab Al-Fayyumi memasukkannya dalam daftar huruf hamza. Ia mengatakan, ustadz adalah kata non-Arab (ajami); maknanya adalah orang yang ahli di bidang tertentu.

Menurut Al-Hafidz Abul Khattab bin Dihya dalam kitab Al-Muttarib fi Ash'ari Ahlil Maghrib menyatakan bahwa kata ustadz bukan dari bahasa Arab dan tidak terdapat dalam syair jahiliyah. Masyarakat awam memakai kata ini apabila mereka mengagungkan orang yang disuka mereka menyebutnya dengan ustadz seperti orang yang ahli dengan pekerjaannya.

Karena ketika dia mendidik anak-anak maka seakan-akan dia seorang ustadz karena kebaikan perilakunya. Segolongan ahli di Baghdad mengisahkan hal ini pada saya salah satunya adalah Abul Faraj bin Al-Jauzi. Dia berkata, "saya mendengar dari guru bahasaku Abu Manshur Al-Jawaliq dalam kitabnya Al-Mu'arrob". 

Pengertian lain dari kata ustadz adalah orang yang sangat ahli dalam suatu bidang. Menurut pengertian ini, maka seseorang tidak pantas disebut Ustadz kecuali apabila dia memiliki keahlian dari 18 atau 12 ilmu atau bidang studi. Dalam sastra Arab seperti ilmu nahwu, shorof, bayan, badi', ma'ani, adab, mantiq, kalam, perilaku, ushul fiqih, tafsir. hadits. Lihat keterangan ini pada kitab [المعرّب للجواليقي] halaman 25.

Konon, orang pertama yang mendapat gelar ustadz adalah Kafur Al Ikhsyidi Al Isfirayini. Di negara Arab, istilah ustadz merujuk pada dosen atau ahli/akademisi yang memiliki kepakaran di bidang tertentu. Seperti pakar tafsir dikatakan الأستاذ في التفسير

Pandit Hindustan dan Ustadz di Indonesia
Kata ustad (tanpa huruf 'z') juga cukup populer dipakai di India, Pakistan dan Bangladesh (dulu ketiga negara ini bernama Hindustan). Namun dengan konotasi makna yang berbeda.

Di ketiga negara tersebut, ustad lebih dikenal sebagai master or maestro, yaitu orang yang memiliki keahlian khusus tertentu terutama di bidang seni. Baik seni sastra atau musik. Dan umumnya beragama Islam sedang yang Hindu biasanya disebut Pandit (pundit). Tidak semua pemusik dapat kehormatan mendapat julukan ustad. Beberapa seniman yang mendapat julukan ustad di India dan Pakistan antara lain:

Ustad Salamat Ali Khan, Ustad Nusrat Fateh Ali Khan, Ustad Talib Hussain Pakhawaji, Ustad Muhammad Hussain Alvi, Ustad Tafo Khan, dll.

Sedang di Indonesia, seperti disebut di atas, kata ustadz merujuk pada banyak istilah yang terkait dengan orang yang memiliki kemampuan ilmu agama dan bersikap serta berpakaian layaknya orang alim. Baik kemampuan riil yang dimilikinya sedikit atau banyak. Ini yang jadi salah kaprah.

Orang yang disebut ustadz antara lain: da'i, mubaligh, penceramah, guru ngaji Quran, guru madrasah diniyah, guru ngaji kitab di pesantren, pengasuh/pimpinan pesantren (biasanya pesantren modern). Bahkan, baru masuk Islam saja jika berpakaian ala cingkrang, berjenggot, berjidat hitam lalu memperjuangkan khilafah atau ikut aksi bela-belaan, mendadak disebut ustadz.

Wartawan yang mampu mengedit video gubernur hingga bisa menjadi penyebab munculnya kans radikalisme Indonesia, bisa juga langsung disebut ustadz. Ironis bukan? [dutaislam.or.id/ab]

Keterangan:
Diolah dari pelbagai sumber oleh redaksi Dutaislam.or.id

Iklan