Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan. (Foto: Istimewa) |
Dutaislam.or.id - Ada seorang tamu yang bertanya kepada Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, “Habib, Saya minta diceritakan kisah Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam walaupun sedikit saja”. Maulana Habib Luthfi terdiam.
Kemudian tamu bertanya kembali, Apakah perasaan rindu kepada Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam nyata atau halusinasi? Maulana Habib Luthfi menjawab, perasaan itu nyata, itu hubungan antara Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam dengan umatnya. Bukan halusinasi.
Kemudian sambil terisak menahan tangis, bertanya kepada Habib Luthfi bin Yahya, “Apakah Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam tahu dinamika dan detail kehidupan yang dijalani oleh umatnya?”.
Maulana Habib Luthfi bin Yahya menjawab, “Kalau tidak tahu, dunia ini akan hancur. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam dengan ijin Allah menjaga kehidupan umat manusia, menjaga bumi ini. Jangankan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, para walipun tahu. Oleh sebab itu, para wali senantiasa memohon kepada Allah untuk menghindarkan musibah dari manusia dan memberikan segala kebaikan bagi kehidupan manusia di bumi”.
Maulana Habib Luthfi bin Yahya melanjutkan, “Karena kasih sayang Nabi kepada umatnya, umat mudah sekali bertemu dengan Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam (melalui mimpi maupun secara langsung). Bahkan, lebih mudah bertemu Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam daripada bertemu para wali, wakil-wakil Nabi di bumi ini”.
Kemudian Maulana Habib Luthfi bin Yahya membaca beberapa bagian dari kitab Sa’adat Darain, yang disusun oleh Syeikh Yusuf bin Ismail al-Nabhani.
“Diantara manfaat terbesar membaca Shalawat kepada Nabi Saw adalah dapat melihat Nabi saw dalam mimpi. Dan akan terus meningkat kualitas mimpinya seiring semakin banyaknya shalawat yang dibaca, sampai bisa melihat Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam dalam keadaan terjaga. Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bersabda,
من رانى فى المنام فقد رأني حقا
“Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia telah melihatku secara nyata (hak)”.
Jika ingin bertemu Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam maka hidupkanlah waktumu dengan memperbanyak shalawat. Ada beberapa hadits lain tentang mimpi bertemu Nabi, yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar:
من رأنى فى المنام فقد رأنى فأن الشيطان لا يتمثل بي
“Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia telah melihatku secara nyata, karena sesungguhnya syaithan tidak dapat menyerupaiku”.
Dalam hadits lain riwayat Abu Hurairah,
من رانى فى المنام فقد رأنى فان الشيطان لايتصور أو قال لا يتشبه بي.
“Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia telah melihatku secara nyata, karena sesungguhnya syaithan tidak dapat menyerupaiku”.
Hadits ketiga diriwayatkan oleh Thariq bin Asyim RA, Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bersabda,
من رأنى فى المنام فقد رأنى
Dalam hadits lain disebutkan,
من رأنى فى المنام فسيرانى فى اليقظة ولا يتمثل بي
“Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia akan melihatku dalam keadaan terjaga, dan Syaithan tidak dapat menyerupaiku.
Menurut ulama, hadits ini berlaku secara umum, baik dahulu ketika Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam masih hidup, maupun saat ini, ketika Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam sudah wafat. Lalu apakah ini berlaku bagi mukmin ahli maksiat yang bermimpi melihat Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam?
Menurut ulama, berlaku secara umum baik yang bermimpi orang yang taat maupun mukmin yang tidak taat. Mukmin yang tidak taat yang bermimpi bertemu Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam menjadi pertanda ia akan mendapatkan petunjuk untuk melakukan ketaatan. Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bersabda, “Kalian yang akan dimasukan ke dalam surga, akan diberi taufiq untuk beramal baik, meskipun hanya tinggal selangkah lagi ke neraka”.
Hadits-hadits ini menjadi kabar baik dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam untuk umatnya di akhir zaman. Sebagaimana disampaikan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, di akhir zaman kelak ada umatnya yang secara suka cita mengeluarkan sedekah, dan beramal kebaikan dengan harapan bisa bertemu Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam. Nah, hadits-hadits tadi menjadi pelipur lara bagi umat yang ingin melihat Nabi. Dan Nabi menyatakan, bahwa mereka yang melihat Nabi dalam mimpi, akan berjumpa dengan Nabi dalam keadaan terjaga.
Dikisahkan suatu ketika, Ibn Abbas bermimpi bertemu Nabi, Ibn Abbas ingat sabda Nabi tentang orang yang melihat Nabi dalam mimpi. Kemudian Ibnu Abbas menceritakan mimpinya kepada Shafiyah istri Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam. Shafiyah memberikan jubah dan cermin yang pernah digunakan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam. Pada saat Ibn Abbas bercermin, yang nampak dalam cermin adalah wajah Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, bukan wajahnya.
Habib Luthfi menambahkan, melihat Nabi secara langsung bisa dengan dua kondisi, bisa dengan yaqdztan, bisa dengan thariq kasyf. Melihat Nabi dengan thariq kasyf, terjadi seketika, seperti saat berhadapan dengan orang lain, saudara, guru, atau orang lainnya, tiba-tiba yang tampak dari wajah orang lain itu adalah wajah mulia Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam. Seperti kasus, Ibnu Abbas bercermin dengan cermin Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, akan tetapi yang tampak dalam cermin bukan wajah Ibnu Abbas melainkan wajah mulia Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam.
Terakhir Maulana Habib Luthfi mengatakan, untuk menjaga hubungan dengan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam adalah dengan memperbanyak shalawat kepada Nabi. Dan shalawat adalah tali silaturahim kita kepada Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam. Allahuma sholi 'ala sayidina Muhammad nabiyil umiyi wa 'ala 'alihi wa shohbihi wa salim. [dutaislam.or.id/gg]
Source: Ala_nu