Iklan

Iklan

,

Iklan

Melestarikan Rebana Sebagai Media Dakwah yang "Asyik" Tanpa "Kegarangan"

Duta Islam #02
31 Des 2017, 19:53 WIB Ter-Updated 2024-08-17T14:23:10Z
Download Ngaji Gus Baha
Foto: Istimewa

Oleh Muhammad Miqdad Sya'roni

Dutaislam.or.id - Mengajak serta menyeru dalam Islam yang sering disebut dengan dakwah, memiliki banyak cara dalam penerapannya. Ada yang menggunakan media seni, media komunikasi dan teknologi yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh banyak kalangan, mulai dari anak remaja hingga dewasa. Zaman yang semakin canggih perlunya kita tidak gaptek (gagap teknologi atau gagal pakai teknologi) dalam menyebarkan serta mensyiarkan agama Islam agar semakin terkemas menjadi indah namun mengena sasarannya.

Menggunakan media seni merupakan salah satu cara dalam mengembangkan Islam, karena ini sudah terbukti dan sudah dilakukan oleh para Wali Songo, diantaranya Sunan Bonang, Sunan Kalijaga dan Sunan Muria yang menyebarkan Islam di tanah Jawa untuk bisa menarik simpati dan mempengaruhi masyarakat untuk masuk ke agama Islam. Media yang digunakan dalam seni tidaklah kaku namun lebih pada estetika dan keindahan, bisa keindahan secara rupa maupun rasa, dan unsur keindahan itu jika dimaksimalkan akan menjadikan orang atau masyarakat bisa tertarik untuk mengikuti dan terpengaruh untuk bergabung.

Dakwah yang dilakukan para Wali Songo di tanah Jawa merupakan perpaduan antara seni dan budaya, dengan menggunakan media wayang dan lagu-lagu jawa yang penuh akan makna, tidak merubah isi namun mengena dengan penuh ajaran-ajaran agama Islam. sehingga masyarakat awam merasa nyaman dan tidak merasa asing. Hal yang dilakukan Wali Songo itu juga meniru ajaran Rasulullah Muhammad SAW dalam menyebarkan ajaran Islam di tanah Arab dengan mengedepankan akhlak dan saling menghormati budaya suatu bangsa.

Berkaitan dakwah dan seni, seperti yang pernah dilakukan oleh para Wali Songo, di antara dakwah masa kini yang banyak diminati oleh masyarakat adalah rebana atau hadrah (menghadirkan), yaitu sebuah seni musik yang memadukan antara alat rebana dan iringan dengan lagu-lagu shalawat, religi serta lagu yang lainnya.

Akhir-akhir ini banyak digandrungi oleh masyarakat yaitu dakwah melalui shalawat seperti yang dilakukan oleh Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf dari Kota Solo, melalui dakwahnya dengan shalawat ia sudah pernah dakwah hingga penjuru dunia, dan dakwah yang seperti terbukti banyak diminati oleh masyarakat, sehingga banyak yang meniru dan mengikuti jejak seperti yang dilakukan oleh Habib Syech.

Di Kabupaten Jepara khususnya, banyak berdiri jam’iyah dan grup rebana/hadrah. Ini banyak dibuktikan dengan semakin semaraknya rebana di masyarakat. Mulai dari anak-anak di tingkatan PAUD, TK, SD/MI, SMP/MTs, MA/SMA/SMK hingga perguruan tinggi. Belum lagi yang ada di desa-desa, kalau mungkin didata ada kurang lebih ratusan grup. Ini menunjukkan kesenian rebana sangat diminati di masyarakat masa kini, belum lagi di Jepara yang banyak menjamur para pengrajin rebana yang kualitasnya sudah ekspor luar negeri, dan permintaan rebana di wilayah nasional pun juga semakin ramai pemesanan.

Metode dakwah melalui media rebana/hadrah nampaknya sangat simpel sekali, yaitu dengan mengajak masyarakat (jamaah) melantunkan shalawat, dengan diiringi rebana/hadrah melalui kreativitas yang bervariatif yang menjadikan tidak bosan mendengarnya. Meski begitu, tidak semua orang bisa memainkan rebana. Dan karena dapat menjadikan pendengar tidak bosan, media rebana/hadrah bisa menjadi alternatif dakwah yang "asyik" tanpa "kegarangan" sebagaimana terjadi di sebagian kelompok akhir-akhir ini.

Mengenai hukum menabuh rebana, telah banyak dalil yang menjelaskan kebolehan menabuh rebana pada acara pernikahan, khitan, penyambutan, majelis dll. Karenanya Rebana itu sendiri sudah ada semenjak zaman Nabi Muhammad SAW.

Dikisahkan pernah suatu ketika Rasulullah didatangi seorang wanita bernama Shobihah 'Arsy dan ia menabuh rebana di samping Rasulullah SAW, lantas Rasulullah SAW membiarkannya. Kisah lainnya tentang penyambutan kepada Rasulullah (hijrah dari Makkah ke Madinah) oleh para wanita Bani Najjar saat datang ke Madinah dan rombongan Rasulullah disambung dengan menabuh rebana sembari menyanyikan shalawat "Tholaal Badru Alaina" untuk Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW lantas menjawab: "Allah Maha mengetahui bahwa aku mencintai kalian". Hal ini tidak lain merupakan bentuk Ekspresi kebahagiaan dengan melihat Rasulullah SAW.

Ulama telah sepakat akan kebolehan menabuh rebana, sebagaimana DR. Wahbah Az-Zuhaili menyebutkan dalam Fiqh Al-Islami juz 3 hal. 574: "Diperbolehkan menyenandungkan lagu yang mubah dan memukul rebana pada pernikahan", berdasarkan Hadits Nabi "Syiarkan pernikahan dan mainkanlah rebana".

Rebana yang ada di Indonesia sudah sangat sesuai dengan ketentuan syariat apa lagi jika rebana tersebut digunakan sebagai media dakwah dan pemersatu umat melalui shalawat. Sedangkan apa yang kita lihat dari fenomena yang ada di Indonesia, dimana rebana menjadi sarana dakwah yang masih digeluti banyak orang, besar harapan rebana masih terus bisa dilestarikan. Sebab sudah dibuktikan banyak peneliti bahwa kesuksesan Walisongo berdakwah, di antaranya melalui seni. [dutaislam.or.id/gg]

Muhammad Miqdad Sya'roni, Owner Anugrah 768 Management "Shalawat Tanpa Batas".

Iklan