Iklan

Iklan

,

Iklan

Peringatan Tak Digubris, Organisasi Mahasiswa Afiliasi HTI di ITB Akhirnya Dibekukan

Duta Islam #03
6 Jun 2018, 21:46 WIB Ter-Updated 2024-08-25T00:37:53Z
Download Ngaji Gus Baha
Organisasi Kemahasiswaan HATI ITB Bandung Dibekukan. Foto: Istimewa.

Dutaislam.or.id – Peringatan tak mempan, Organisasi Mahasiswa Harmoni Amal dan Titian Ilmu (HATI) Institut Teknologi Bandung ( ITB) akhirnya dibekukan pihak rektorat. Organisasi tersebut diduga kuat berafiliasi dengan Hizbut Tahrir Indonesia ( HTI) yang beberapa waktu lalu telah dibubarkan pemerintah.

Pembekuan HATI dismpaikan Wakil Rektor Bidang Akademi dan Kemahasiswaan ITB Prof Bermawi P Iskandar sebagaimana dilansir kompas.com, Rabu (06/06/2018). Pembekuan HATI sebagai peringatan terakhir dari pihak rektorat setelah peringatan tak digubris.

Bermawi mengatakan, pembuakan HATI dilakukannya dua pekan lalu. ITB telah memberikan teguran dan peringatan lantaran organisasi ini sempat beberapa kali mengundang tokoh-tokoh HTI dalam diskusinya.

 "Organisasi ini sebetulnya sudah dua tahun lalu kami berikan peringatan karena mengundang tokoh-tokoh HTI," katanya.

Sebelum dibekukan, HATI diketahui telah dua kali mengadakan diskusi di kampus ITB. Hasil diskusi yang mengarah pada aspirasi kepada HTI kemudian diposting di Media Sosial.

“Kami mengingatkan mereka. Namun, tidak ada perubahan yang signifikan. Nah berapa minggu lalu kami bekukan itu organisasinya," imbuhnya.

Pembekuan HATI, kata Bernawi, sebagai satu langkah karena dikhawatirkan bisa membawa pemahaman buruk bagi mahasiswa lainnya.

HATI sendiri sudah eksis di ITB sejak lima tahun lalu. Dari 15.000 mahasiswa S-1 ITB, ada 59 orang yang menjadi anggota HATI. Di Kampus ITB HTI memang diketahui kerap menggaungkan falsafah negara khilafah.

"Dari 59 orang, kalau mereka mengundang tokoh dari luar untuk diskusi itu yang hadiri hanya 6-14 orang," ujarnya.

Pihaknya masih mencari informasi detail terkait pelanggaran tersebut. Tidak menutup kemungkinan organisasi ini bisa dibubarkan apabila ada indikasi yang dianggap membahayakan di institusi pendidikan. Sementara ini, organisasi  HATI didiskusikan oleh pihak kampus.

"Ya alhamdulillah tidak ada yang sifatnya merusak ya. Mereka pada tataran berdikusi, pemikiran. Jadi masih wacana. Kalaupun sistem negara khilafah ini masih wacana. Untuk itu, kami perlu meluruskan mereka," tuturnya.

Karena, lanjut Bermawi, usia mahasiswa relatif muda dan masih mencari jati diri, tidak lepas dari belajar satu aliran agama tertentu, studi sosial, dan lainnya. ITB sudah menekankan kepada mahasiswa sejak awal masuk untuk membuat komitmen, berjanji, bahwa mereka berkegiatan untuk menuntut ilmu serta mengikuti aturan yang ada di ITB.

Ketika berorganisasi pun harus berdasarkan empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Apabila dalam berorganisasi kemahasiswaan di ITB tidak sejalan dengan empat pilar itu, pihaknya menilai organisasi tersebut melanggar ketentuan yang ada.

"Kebetulan yang memang tidak sejalan dengan empat pilar kebangsaan kita Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhineka Tunggal Ika, ya ini, satu organisasi ini yang namanya HATI. Yang punya kedekatan dengan HTI. HTI kan udah dibubarkan. HTI ini ujung-ujungnya selalu menyampaikan syiarnya untuk membentuk apa yang disebut negara khilafah," tutur Bermawi.

Pihak kampus melakukan pendekatan persuasif terhadap mahasiswa sangat diperlukan. Mahasiswa dipandangnya sebagai amanah yang diberikan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

“Kalau tidak bisa diingatkan tentunya nanti ada sanksi. Sebelum dia dipecat jadi mahasiswa tentunya ada tahapannya karena ini aset bangsa. Kalau masih bisa kita luruskan, kita luruskan," imbuhnya.

Bermawi menceritakan, di ITB pernah ada salah satu mahasiswanya yang sempat viral karena mengikuti rapat HTI. Mahasiswa S-2 ITB itu terang-terangan mendukung HTI. Namun, setelah menyebar luas, mahasiswa tersebut memahami kesalahannya dan meminta maaf. [dutaislam.or.id/pin]

Iklan

close
Iklan Flashdisk Gus Baha